Satunusantaranews, Jakarta –
Salus Populi Supreme Lex Esto atau “Keselamatan Rakyat” sebagai hukum tertinggi, mungkin itulah yang dianut Jenderal Besar HM Soeharto saat memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998 silam atau hampir dua puluh tahun lebih.
Namun kini, masih ada pihak-pihak yang ‘merindukan’ sosok Soeharto dalam memimpin negeri ini. Meskipun Soeharto sendiri tidak bisa menyelamatkan kondisi ekonomi nasional yang jatuh dihantam krisis ekonomi 1998, namun sekarang beberapa pihak seolah ‘kangen’ dengan kondisi ekonomi di era Soeharto.
Seperti kinerja Presiden Soeharto yang lebih tegas pada pengelolaan utang luar negeri, dimana jumlah utang luar negeri juga disebut tidak sebesar sekarang. Utang luar negeri pada masa itu hanya jadi pelengkap dan sementara. Mayoritas utang luar negeri juga jangka panjang sehingga tidak memberatkan ekonomi.
Begitu pun de melepaskan BUMN dari struktur Kementerian datang dari Soeharto. Waktu itu punya 154 BUMN, awalnya mau dikembalikan ke menteri keuangan. Tapi Soeharto berpikir, Menkeu mengurus fiskal saja sudah luar biasa parah. Soeharto ingin BUMN ditingkatkan nilainya, kalau sudah tinggi jual sebagian. Jadi maksud Soeharto value creation melalui privatisasi.
Penataan perdagangan pun dilakukan Soeharto untuk menghindari neraca defisit perdagangan makin lebar. Kebijakan perdagangan gagal, semua defisit itu karena impornya besar. Untuk impor kita rakus. Di era kepemimpinan Soeharto, masalah seperti ini mendapat prioritas untuk diselesaikan dengan memperkuat sistem ketahanan pangan nasional agar Indonesia tidak tergantung pada impor dari negara lain.
Pemerintah saat ini dan pemerintahan selanjutnya bisa mengambil pelajaran dan mencontoh kebijakan di era Presiden Soeharto. Padahal zaman Pak Soeharto memimpin ini harus menjadi suatu perhatian dari pemerintah. Indonesia kini dikenal sebagai salah satu negara importir lantaran banyak komoditas kebutuhan masyarakat yang terpaksa harus dipenuhi dengan cara impor.
Di era Soeharto Indonesia pernah mengalami swasembada kedelai karena diatur pemerintah dimulai sejak 1979 – 1998 hampir 20 tahun dikelola dan monopoli oleh Bulog. Selama 20 tahun kehidupan petani dan pengrajin baik dan tahun 1992- 1993 kita sudah swasembada kedelai di Indonesia. Sebenarnya Indonesia bisa kembali ke masa kejayaan kedelai pada 1992. Syaratnya konsisten pada aturan Perpres 32 tahun 2013. Dalam beleid ini diatur HJP (Harga Jual Pengrajin) serta dibatasinya kuota impor. Tapi sama pemerintah dicabut lagi dan impor dibuka lebar lagi, berarti perdagangan bebas lagi. Dengan begitu importir bisa saling bunuh membunuh.
Mantan Presiden Soeharto adalah pemimpin yang berkarakter tegas, menggagas, dan melaksanakan pembangunan dengan terencana serta serius mengurus masalah pangan dan pertanian. Terlepas dari kritik atas kekurangannya, terutama menjalankan pemerintahan yang otoriter, sisi baik Soeharto sepatutnya tetap bisa diteladani.
Soeharto adalah pemimpin yang serius berusaha memakmurkan masyarakat. Meski tak lepas dari berbagai kritik, mantan Presiden itu telah menyumbangkan jasa besar, terutama dalam mengembangkan ideologi pembangunan, pertumbuhan, dan program pembangunan lima tahun yang terencana baik. Program itu mampu mengangkat martabat rakyat Indonesia.
Soeharto telah melakukan sesuatu yang besar dan berkorban untuk bangsa Indonesia. Dia pemimpin yang berani, tegas, dan menerima tanggung jawab dengan segala risikonya. Hal itu dibuktikan saat dia mengunjungi Bosnia Herzegovina yang masih dalam terlibat konflik. ”Dia menekankan pentingnya bersikap ikhlas. Sekali kita menerima tanggung jawab, ikhlaslah dengan apa yang terjadi. Dia tak mau melakukan politik pencitraan”.
Soeharto tak hanya pintar, tetapi juga berani mengambil keputusan yang tepat di saat yang genting. Setelah keputusan diambil, dia juga berani menanggung risiko. Karakter semacam itu merupakan ciri-ciri pemimpin yang baik. Dan pemimpin sekarang sepatutnya juga jangan hanya pintar, tapi mau belajar dari pemimpin-pemimpin terdahulu.
Soeharto sangat serius memikirkan dan memperjuangkan kebutuhan rakyat kecil. Itu terlihat dari pemihakannya pada pertanian dan masalah pangan. Tak hanya menyusun konsep dan melaksanakannya, dia juga turun ke lapangan untuk mengecek proses pembangunan itu.
Belajarlah dari pemimpin yang pernah berkuasa lebih dari 30 tahun itu. Dan salah satu hal penting, Soeharto pernah mengungkapkan, memimpin Indonesia tak mudah karena begitu rumit.
Kepemimpinan Soeharto tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Soeharto sukses memimpin dan memakmurkan Indonesia.
Kuncinya adalah ketegasan dan pemahamannya atas masalah di negeri ini. Indonesia bisa maju dari negara miskin menjadi negara berkembang.
Bagi mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, Soeharto adalah pemimpin yang berhasil menciptakan stabilitas dan kemajuan di Indonesia. Itu menciptakan keyakinan internasional dan menarik investasi asing. Soeharto mengubah Indonesia yang miskin menjadi macan ekonomi baru, mendidik rakyat, dan membangun infrastruktur.
(**Penulis : Bambang Tjoek/dari berbagai sumber
Leave a Comment