2 Fokus Sebagai Jawaban Tantangan Bonus Demografi
satunusantaranews, Jakarta - Tahun 2045, Indonesia diprediksi memasuki puncak bonus demografi. Bonus demografi adalah berkah atau peluang, namun bisa jadi musibah atau ancaman, jelas Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, yang harus disiapkan dalam menjawab tantangan tersebut.
"Melimpahnya usia produktif bisa menjadi peluang, karena dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, jika tidak dibarengi tersedianya lapangan kerja, berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan permasalahan lain," ujarnya saat menjadi keynote speaker Webinar Kebangkitan Budaya Nusantara (21/5).
Apalagi saat itu, Indonesia berada di era disrupsi. Bahkan diprediksi mencapai puncak era revolusi bisnis 4.0. Makanya kita harus mampu memproyeksikan dan memetakan apa yang akan terjadi, dan apa yang dibutuhkan Indonesia pada saat itu. Termasuk SDM yang sesuai, lanjutnya.
Agar tidak terlambat, semua harus ditata ulang sehingga dapat berintegrasi dengan kebutuhan industri 4.0. Termasuk penataan roadmap untuk penciptaan pengusaha-pengusaha baru yang dibutuhkan saat itu.
"Menjawab tantangan bonus demografi, ada dua fokus yang perlu disiapkan. Pertama, penyiapan SDM yang mampu berintegrasi dengan era industri 4.0. Kedua, melahirkan entrepreneur yang siap melakukan optimalisasi keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki Indonesia," jelasnya.
Untuk SDM, caranya dengan melakukan revitalisasi di sektor pendidikan dengan memperkuat Pendidikan Vokasi. Namun konsepnya harus beda dibandingkan dengan sebelum era 4.0. Di sini, Pendidikan Vokasi perlu mengembangkan kurikulum yang tidak hanya menyiapkan tenaga siap kerja, namun juga mampu melihat peluang bisnis. Misalnya dengan mata kuliah bagaimana terjun ke dunia bisnis sehingga bisa menciptakan lapangan kerja, ujarnya.
Yang kedua, Indonesia harus mulai fokus kepada sektor atau komoditi yang tidak dimiliki negara lain. Misalnya optimalkan sektor pangan dan sektor alam untuk destinasi pariwisata.
Ini semua harus dijadikan target utama posisi tawar, sekaligus keunggulan
Indonesia sehingga mengubah tantangan menjadi peluang. Di sinilah pentingnya peran organisasi atau institusi yang concern kepada penguatan peran kaum milenial, papar La Nyalla.
Seperti diketahui Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2040. Dimana penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun lebih banyak dibandingkan penduduk dengan usia tidak produktif.
Disisi lsin, Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari total penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Puncaknya, angkatan kerja Indonesia mencapai 71 persen.
Komentar