Tinjau Pengrajin Perak Salim Silver di Kota Gede

satunusantaranews, Yogyakarta - Dalam kunjungan kerja ke Yogyakarta, agenda pertama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno yaitu meninjau salah satu pengrajin perak yang bernama Salim Silver, yang terletak di Kota Gede, Yogyakarta.

Menparekraf didampingi Deputi Bidang Ekonomi Digital Dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Neil El Himam, Direktur Industri Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf/ Baparekraf Yuke Sri Rahayu, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita Pemilik Salim Silver Jewelry Priyo Salim, melihat berbagai macam hasil para pengrajin perak berupa cincin, gelang, hingga kalung dan cara pembuatan perhiasan perak tersebut.

Salim Silver di Kota Gede merupakan salah satu pusat perak yang terkenal di Indonesia. Dan Menparekraf menilai bahwa pandemi COVID-19 memacu pelaku ekonomi kreatif khususnya para pengrajin perak untuk meningkatkan skill dari dua hal.

Pertama, adaptasi dengan digitalisasi, mulai dari menjual produk melalui online hingga menciptakan konten. Kedua, Menparekraf melihat ini sebagai bentuk dari ekonomi yang berkeadilan, karena artisan atau UMKM menyentuh banyak sekali lini kehidupan masyarakat yang terdampak karena COVID-19.

“Tadi saya mendengar cerita pada puncaknya Salim Silver ini membuka lapangan kerja bagi 60 orang, namun sekarang turun menjadi 16 orang. Jadi kita melihat satu peluang baru, terutama di masa depan berkaitan dengan B2C, dari Salim Silver langsung ke customer dengan penciptaan konten-konten yang menarik melalui platform digital.

"Sehingga bisa membantu menjual hasil dari Salim Silver ini ke target-target pasar yang selama ini belum kita jelajahi,” kata Menparekraf.

Setelah mampu menghadirkan konten yang menarik, ia ingin membuat sebuah exhibition atau expo berbasis virtual. Sehingga setelah situasi pandemi sudah kondusif kita bisa membawa ke pameran- pameran bertaraf internasional, ujarnya.

Disamping itu, ia juga menceritakan sebagai tanda kelulusan pada saat bersekolah di Amerika, para mahasiswa diberikan sebuah cincin yang disebut cincin almamater. Hal ini dilakukan sebagai bentuk buah tangan bagi para lulusan sekaligus dukungan terhadap ekonomi kreatif di Amerika kala itu. Langkah tersebut tentunya bisa diimplementasikan untuk memajukan produk artisan ekonomi kreatif lokal.

Sebelumnya, Kemenparekraf melalui Deputi Bidang Ekonomi Digital Dan Produk Kreatif telah menginisiasi program Aksilirasi (Aksi Selaras Sinergi), untuk memberikan pendampingan bagi pelaku ekraf dalam menciptakan produk kreatif unggulan di subsektor seni musik, seni pertunjukan, seni rupa, dan penerbitan.

Dan Salim Silver Jewelry ini sebagai salah satu pelaku ekraf di Yogyakarta yang pernah mengikuti program inkubasi Aksilirasi pada tahun 2020. Harapan kita bahwa program yang kita usung bisa tepat sasaran kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan. Dan Salim Silver ini sudah tiga generasi, jadi membutuhkan sekali keberpihakan program pemerintah, katanya.

Seperti diketahui, kerajinan tangan memiliki kontribusi yang cukup besar ke dalam PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sebesar 14,9 persen, dengan nilai ekspor 6,4 miliar US Dollar. Selain itu, terdapat 700,000 unit usaha dan telah menciptakan lapangan kerja bagi 1,32 juta masyarakat Indonesia.

Pemilik Salim Silver Jewelry Priyo Salim menuturkan situasi pandemi ini berinovasi dan dengan platform digital sangat diperlukan untuk memasarkan produk melalui media sosial. Seperti yang sudah dikatakan oleh Menteri, memang kita perlu solusi untuk memperluas pasar, jadi tidak hanya mengandalkan pasar lokal atau pasar offline tapi kita mencoba memasuki pasar online, kata Priyo.

Setelah meninjau pengrajin perak Salim Silver, Menparekraf langsung bergerak menuju kawasan Candi Borobudur untuk menghadiri #FestivalJoglosemar yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian dalam upaya mendukung kampanye nasional Bangga Buatan Indonesia.

Penulis:

Baca Juga