Gencatan Senjata Israel Palestina, Perjuangan Berakhir Saat Agresi
satunusantaranews, Jakarta - Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, selama Israel terus melakukan agresi, kekerasan bersenjata, mengusir warga Palestina dari tanahnya, menghalangi akses beribadah di Masjid Al-Aqsa, dan berbagai tindak kejahatan kemanusiaan lainnya maka selama itu juga rakyat Palestina akan berdiri melawan walau harus kehilangan nyawanya.
Gencatan antara Israel dan Palestina (Hamas) yang disambut sukacita oleh rakyat Palestina diharapkan menjadi momentum bagi warga dunia untuk mendesak PBB dan negara-negara di dunia untuk segera mengakhiri kebrutalan dan kejahatan Israel terhadap warga Palestina yang sudah berlangsung selama berpuluh tahun.
Selama Palestina masih dijajah oleh Israel maka selama itu juga semua bentuk kejahatan serius terhadap warga Palestina mulai dari okupasi, pengusiran paksa, dehumanisasi, politik apartheid dan upaya pembersihan etnis akan terus terjadi.
Perjuangan rakyat Palestina berakhir saat agresi dan penjajahan Israel dihentikan dan Palestina mendapat keadilan, merdeka serta berdaulat penuh. Perdamaian hanya bisa terwujud jika keadilan bagi Palestina dihadirkan. Selama hak-hak rakyat Palestina dirampas dan diinjak-injak maka perlawanan akan terus tumbuh dan membesar.
"Penjajahan Israel atas Palestina adalah satu-satunya kolonialisme yang tersisa di dunia saat ini. Bagaimana mungkin di masa modern saat ini masih ada kolonialisme dan praktik politik apartheid. Penjajahan Israel atas Palestina menjadi noktah hitam peradaban manusia modern,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta (21/5).
Kebrutalan Israel terhadap warga sipil Palestina yang berlangsung puluhan tahun sudah tidak dapat ditolerir lagi. Dalam setiap agresi militer yang mereka lakukan, warga sipil selalu menjadi sasaran. Selama 11 Hari kemarin, Israel tidak hanya menyasar gedung-gedung penting di Gaza, tetapi juga rumah-rumah warga, kamp pengungsi, fasilitas kesehatan (klinik laboratorium tes Covid-19) bahkan rumah sakit.
Israel juga meratakan gedung tempat perwakilan media-media internasional sebagai strategi untuk membungkam media agar tidak bisa memberitakan kebengisan mereka terhadap Palestina.
“Indonesia dan semua negara di dunia sejatinya mempunyai hutang dan beban untuk mengakhirinya satu-satunya kolonialisme yang tersisa di dunia saat ini. Rakyat Palestina harus hidup setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Rakyat Palestina harus merasakan kemerdekaan dan kedamaian seperti yang dirasakan semua penduduk di dunia,” pungkas Fahira Idris.
Komentar