Festival Film Wartawan Indonesia, Golden Globe Dari Indonesia
satunusantaranews, Jakarta - Puncak acara Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) akan dihelat pada 28 Oktober 2021, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Pada dasarnya FFWI bisa disebut sebagai Golden Globe-nya Indonesia mengingat Golden Globe juga diadakan dan dinilai oleh para wartawan Hollywood yang tergabung dalam Hollywood Foreign Press Association (HFPA).
Keterlibatan wartawan dalam dunia perfilman Indonesia sudah berlangsung lama, atau hampir sama panjangnya dengan sejarah perfilman Indonesia itu sendiri. Tercatat, pada awal lahir dan tumbuhnya perfilman Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari peran kunci wartawan.
Karena sejarah telah mencatat dalam tinta emasnya, “Film Indonesia” pertama, dalam artian seluruh pekerjanya orang Indonesia, dipelopori oleh Usmar Ismail, yang notabene seorang wartawan. Jauh sebelumnya, sudah banyak wartawan tampil, baik sebagai penulis cerita, pemain, maupun sekaligus sebagai pewarta berita-berita film.
Begitu pula dalam penyelenggaraan festival film di Indonesia, bukan hal baru untuk para wartawan. Kalau diurut sejak Festival Film Indonesia (FFI) pertama tahun 1955, wartawan sudah ikut bahu membahu dengan para insan film menyelenggarakan festival tahunan itu. Sehingga sejatinya wartawan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan festival film di Indonesia.
Tetapi penyelenggaraan festival film oleh juri yang seluruh wartawan, antara lain, baru tercatat pada tahun 1970 manakala PWI menyelenggarakan Pemilihan The Best Actor dan The Best Actress selama enam tahun berturut-turut.
Kemudian ada Festival Film Jakarta yang diadakan oleh dua tabloid yang berbeda dengan juri para wartawan film, masing-masing pada tahun 2006 dan 2007. Tradisi itu berlanjut pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan nama Usmar Ismail Awards (UIA).
“Nah, “semangat” dan ‘roh” penyelenggaraan festival film oleh wartawan itulah yang kemudian kami adopsi dan kami jadikan bagian dari sejarah tak terpisahkan dalam penyelenggaraan festival film oleh wartawan, termasuk penghormatan kami kepada para pendahulu wartawan yang telah melaksanakan festival film oleh para wartawan,” kata @WinaArmadaSukardi, Ketua Tim Tujuh yang menggagas kembali festival film wartawan, dalam rilis resmi FFWI secara daring di Jakarta, Rabu (7/7).
Berdasarkan data itulah, Tim Tujuh menyebut festival ini; Festival Film Wartawan Indonesia, atau disingkat FFWI, sekaligus dihitung merupakan FFWI XI, dan bukan yang pertama. Atau kesinambungan dari festival film wartawan yang sudah ada di Indonesia.
Bedanya, dalam gelaran tahun ini, Tim Tujuh yang mendapatkan sokongan penuh dari Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Kemendikbud Ristek RI, mempertegas nama “wartawan” sebagai pelaksanaan festival. Itulah yang membuat nama festival ini Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI).
“Kami mendukung sepenuhnya FFWI, karena wartawan dikenal dengan independensinya, peka dan relevan. FFWI sangat diperlukan karena akan memperkaya ekosistem perfilman Indonesia,” kata @AhmadMahendra, Direktur PMMB, dalam sambutannya, saat merilis secara resmi FFWI. Dia menambahkan, akan bekerja keras untuk kembali turut menggelar FFWI di tahun selanjutnya. Sehingga berkesinambungan.
Untuk kriteria penjurian dalam FFWI terutama diarahkan kepada “dimensi pendekatan wartawan,” dengan tetap sangat memperhatikan aspek-aspek mutu teknis sinematografis dan atau elemen-elemen filmis.
Berdasarkan latar belakang itu pula, dengan kesengajaan didesain, seluruh Anggota Dewan Juri dalam FFWI adalah mereka yang memiliki latar belakang wartawan, terutama wartawan bidang kebudayaan, lebih khusus wartawan perfilman.
Dengan Dewan Juri yang seluruhnya wartawan, FFWI memakai kriteria yang lebih mengutamakan aspek-aspek kontekstual atau memiliki relevansi dengan potret, problematik dan solusi sosial kebangsaan Indonesia. Dengan tetap sangat memperhatikan mutu aspek-aspek sinematografis atau elemen-elemen filmis, baik secara keseluruhan maupun bagian per bagiannya.
Selain itu tidak semua 14 atau 17 unsur perfilman dinilai dalam FFWI. Bagaimanapun, pengetahuan wartawan terhadap teknis detail elemen-elemen tertentu dari film, dengan lapang dada, harus diakui ada keterbatasannya. Oleh sebab itu, pada item-item yang para wartawan, merasa tidaklah terlampau ahli, tidak dimasukkan sebagai kategori penilaian.
Sebaliknya, FFWI memberikan kesempatan kepada berbagai jenis atau genre film untuk dinilai secara mandiri. Dari sanalah dalam FFWI setiap genre yang memenuhi minimal jumlah peserta tertentu, film itu dinilai sesuai genrenya.
Komentar