Yang Benar Bernafas Melalui Hidung atau Mulut Ya?

Yang Benar Bernafas Melalui Hidung atau Mulut Ya?
Yang Benar Bernafas Melalui Hidung atau Mulut Ya?

satunusantaranews, Jakarta - Manusia biasa bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon di oksida lewat hidung. Namun, ketika hidung kita bermasalah seperti tersumbat atau meler akibat pilek, pasti SNReaders jadi “terpaksa” harus bernafas lewat mulut. Apalagi ketika kita lelah sehabis lari atau olahraga berat, tanpa disadari kita cenderung bernafas lewat mulut. Nah, apa efeknya pada tubuh akan berbeda jika kita bernapas lewat hidung atau dengan mulut?

SNReaders Bernapas dengan hidung menciptakan tekanan udara yang lebih besar, sehingga pernapasan Anda melambat. Hal tersebut justru meluangkan waktu yang lebih banyak agar paru dapat menyimpan oksigen dalam jumlah yang lebih besar loh.

Dijelaskan dalam ulasan ilmiah The Health Benefits of Nose Breathing, bernapas dengan hidung merangsang produksi nitrit oksida yang mampu meningkatkan kemampuan paru menyerap oksigen dan mengedarkannya ke seluruh jaringan serta organ tubuh. Nitrit oksida juga membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus, parasit, hingga bakteri.

Itu sebabnya bernapas lewat hidung lebih dianjurkan dibanding bernapas lewat mulut. Namun, bukan berarti kalian tidak boleh sama sekali bernapas lewat mulut. Apalagi jika ada masalah kesehatan yang mengganggu proses bernapas dengan hidung. Masa iya SNReaders harus dipaksa ya kan... hehehe…

Bernapas dengan mulut sebenarnya tidak terlalu dianjurkan. Cara ini hanya dianjurkan jika hidung tersumbat, atau mau tidak mau dilakukan setelah melakukan olahraga berat agar udara masuk lebih banyak.

Bernapas lewat mulut memang membantu paru-paru meraup lebih banyak oksigen dengan lebih cepat ketimbang lewat hidung. Dengan begitu, udara bisa langsung disalurkan ke otot-otot tubuh. Namun kenyataannya jika terlalu sering bernapas dengan mulut maka tidak akan baik.

Seperti yang dijelaskan dalam studi pada jurnal The Layngoscope, bernapas dengan mulut bisa berakibat buruk pada kesehatan karena tidak ada organ atau bagian khusus di dalam mulut yang bertugas menghangatkan, menyaring, dan melembapkan udara yang masuk.

Akibatnya, udara yang masuk ke dalam mulut langsung mengalir ke saluran napas begitu saja tanpa disaring dan dilembapkan. Kondisi ini rentan menyebabkan berbagai masalah pernapasan dan kesehatan tubuh secara umum akibat infeksi bakteri, virus, jamur, maupun parasit.

SNReaders, selain itu dampak negatif lain jika kalian terbiasa bernapas dengan mulut dibandingkan melalui hidung dalam jangka panjang lainnya adalah suara serak, merasa capek setelah bangun tidur, dan muncul lingkaran hitam di bawah mata. Duh... sayang banget skincare yang udah kita pakai sehari-hari jadi sia-sia.

Jika kalian sudah terbiasa dengan bernapas melewati mulut, maka inilah yang harus kalian lakukan menurut berapa sumber:

Yang pertama adalah biasakan untuk selalu menutup mulut, kecuali saat berbicara, makan, atau berolahraga. Mungkin kebiasaan ini terdengar sepele, namun tanpa disadari kita selalu membuka mulut ketika melakukan beberapa aktivitas.

Nah selanjutnya, Kedua, Melakukan meditasi atau beberapa pose yoga yang dapat membantu Anda melatih pernapasan menggunakan hidung.

Yang ketiga adalah konsultasi ke dokter jika kalian sering bernapas lewat mulut. Seperti yang telah disebutkan, tanda-tanda orang yang terbiasa bernapas lewat mulut meski tidak sedang pilek adalah tidur mendengkur, mulut cepat kering, bau mulut, suara serak, dan mudah lelah.

Jika SNReaders mengalami gejala-gejala tersebut, segera pergi ke dokter untuk mendapat penanganan medis yang tepat. Tidak banyak orang tahu bahwa kecenderungan bernapas lewat mulut bisa menandakan adanya sumbatan pada jalur napas lewat hidung. Di antaranya adalah alergi, pilek, sinusitis, polip hidung, asma, hingga masalah mental (stres, gangguan panik, atau gangguan kecemasan kronis).

Nah, SNReaders bagaimana menurut kalian tentang pernapasan ini? Mungkin kedengarannya simple sebab kasus ini sudah menjadi suatu yang biasa dalam hidup kita. Namun, pada praktiknya ternyata sangat serius.

Penulis: Icha
Editor: Bambang

Baca Juga