Quarter Life Crisis Itu Penyakit Atau Bukan Sih??
satunusantaranews, Jakarta - SNReaders sudah denger “Quarter Life Crisis” belum? Atau jangan-jangan kalian lagi di fase itu? Memang menjadi dewasa merupakan keharusan bagi setiap orang, tentu saja kita sebagai makhluk hidup gak bisa menahan laju waktu. Tak jarang itu memunculkan krisis dalam diri.
Oleh sebab itu, yang bisa SNReaders lakukan hanyalah mempersiapkan sebaik-baiknya masa dewasa tersebut. Salah satunya dengan cara mengenali ciri dari fase quarter life crisis.
Di fase quarter life crisis, mungkin bakal muncul pertanyaan, misalnya dalam karier, “Apakah gue melakukan pekerjaan yang benar-benar gue sukai? Rasanya kok bosen banget ya ngerjain hal yang itu-itu aja? Kok gua kayak gaada tujuan hidup.” Pertanyaan semacam ini mungkin terus menghantui pikiran kalian dalam sehari-hari. Mulai saat SNReaders bangun tidur, bekerja di kantor, sampai balik lagi ke rumah untuk istirahat.
Tidak hanya itu, orang yang mengalami quarter life crisis bahkan kerap mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia. Ada juga orang yang sampai merasa bahwa dirinya tidak memiliki tujuan hidup.
Biasanya apa sih penyebab dari Quarter Life Crisis ini? Quarter life crisis biasanya dimulai bila ada masalah “orang dewasa” yang muncul pertama kalinya pada hidup seorang dewasa muda. Diantaranya adalah, mengalami masalah pekerjaan atau finansial, merencanakan karier dan masa depan, menjalani hidup mandiri untuk pertama kalinya, menjalani hubungan romantis yang serius untuk pertama kalinya, melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya lebih dulu dan membuat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam QLC. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi. Selanjutnya, periode membangun kembali hidup yang baru. Yang terakhir adalah fase mengukuhkan komitmen anyar terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Tenang saja SNReaders, meski semuanya mungkin terasa mustahil saat mengalami quarter life crisis, ada beberapa tips yang bisa dicoba untuk menghadapinya lohh.. yaitu
Pertama-tama Jangan Membandingkan diri sendiri dengan orang lain yaaa.. Era digital membuat semua orang seakan berlomba membagikan momen-momen dalam hidupnya di media sosial, termasuk pencapaian. Kamu mungkin melihat teman lama sudah berhasil menduduki jabatan tertentu, liburan keliling dunia, atau menikah dan hidup bahagia.
Saat mengalami quarter life crisis, melihat pencapaian orang lain bisa terasa sangat menyedihkan dan membuat frustasi. Sebab, tanpa sadar kamu sudah membandingkan kehidupan teman (yang tampaknya bahagia), dengan kehidupanmu sendiri.
Padahal, sebenarnya apa yang dibagikan di media sosial biasanya hanya hal-hal baik saja. Percayalah bahwa setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya, dan berhentilah untuk membandingkan diri dengan orang lain, karena itu hanya akan membuang waktu kamu.
Oke lanjut yang kedua, kejar apa yang berarti bagi SNReaders. Alih-alih fokus pada pencapaian orang lain, cobalah tanyakan pada diri sendiri. Apa yang paling kamu pedulikan? Apa yang ingin kamu lakukan untuk dunia? Apa yang benar-benar kamu kuasai? Setelah mendapatkan jawaban dari itu semua, mulailah fokus pada diri sendiri. Kejar hal-hal yang ingin kamu capai.
Nah ini dia yang harus diperhatikan, ubah keraguan menjadi tindakan. Wajar untuk merasa ragu akan banyak hal. Namun, jika ragu terus, kapan kamu akan mulai melangkah? Jadi, cobalah untuk lebih fokus pada hal-hal positif dan mulai lakukan sesuatu. Bisa jadi, apa yang membuat kamu takut ternyata tidaklah terjadi.
Komentar