Aksi Pemberdayaan Menuju Adaptasi Fase Baru
satunusantaranews, Jakarta - ICCVEF (Indonesia Climate Change Virtual Expo & Forum) 2021 merupakan sebuah upaya penyebarluasan aktivitas pengendalian perubahan iklim di Indonesia dengan isu berkisar pada konten NDC, Updated NDC Indonesia, maupun Dokumen Long-term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience 2050 (LTS-LCCR 2050) yang termaktub dalam Paris Agreement. Kegiatan tersebut berlangsung sejak 5 Juni s/d 15 Desember 2021 dengan rangkaian program kegiatan Virtual Expo dan Webinar.
Kegiatan tersebut juga dimaksudkan guna mendapatkan pembelajaran baik dari pengendalian perubahan iklim di Indonesia sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai agenda bersama, agar mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dimasa yang penuh tantangan. Selain itu, kegiatan tersebut sebagai penguatan bagi delegasi Indonesia pada Conference of the Parties COP 26 – UNFCCC yang telah berlangsung pada 1 s/d 12 November 2021 di Glasgow, Scotland – UK dan Jakarta.
Pada webinar terakhir dari rangkaian ICCVEF, pada (28/12/2021), hal tersebut sesuai agenda kegiatan mengusung tema “Aksi Pemberdayaan Menuju Adaptasi Fase Baru“. Didasari oleh kebutuhan penguatan aksi perubahan iklim (empowering action), guna membantu mengubah cara hidup dan meninggalkan "bisnis-seperti-biasa", dengan memperkuat sains dan tindakan inovatif menghadapi janji masa depan, sebagai kompleksitas tantangan memasuki adaptasi fase baru yang perlu untuk dikomunikasikan terkait dengan ketidakpastian pandemi Covid – 19.
Dalam memberikan ruang komunikasi sekaligus promosi pemangku keengtingan dalam usahanya teradap pengendalian iklim, dijelaskan pemberdayaan aksi perubahan iklim pada webinar tersebut. Mengatasi kenaikan suhu bumi yang lebih tinggi, kondisi cuaca yang lebih ekstrem, membuka peluang dalam adaptasi gaya hidup manusia dan mengubah filosofi kehidupan yang bersinggungan dengan penurunan emisi merupakan sebuah tantangan karena tuntutan dalam mempertimbangkan dampak dari perubahan iklim.
Kepala Biro Humas KLHK Nunu Anugrah, S.Hut, M.Sc menjadi moderator pada webinar tersebut. Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, Dr.Ir. Agus Juatianto M.Sc.menjelaskan bahwa kondisi update aksi pengendalian perubahan iklim dengan materi “Perubahan Iklim dan Aspek Pengelolaan Hutan Lestari”. Dilanjutkan dengan Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI) Ir. Sarwono Kusumaatmadja dengan menguraikan secara komprehensif arti penting “Aksi Pemberdayaan Menuju Adaptasi Fase Baru”.
Forum webinar memberikan porsi dunia usaha dalam mempresentasikan program kerja dan kebijakan perusahaan sebai pilar kekuatan untuk bertindak atas ambisi iklim yang tumbuh berbasis kemitraan. Webinar tersebut bertemakan “Pemberdayaan Perubahan Iklim Terpadu : Pengelolaan Hutan Lestari & Hutan Rakyat“ yang disampaikan langsung oleh Fitrawan Yusran selaku Environment and Sustainability Development SAMPOERNA KAYOE. Selain itu, Ardi Nugroho selaku Kabid Pengembangan Teknologi Kelistrikan PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI memberikan materinya yang bertemakan “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Dalam Upaya Transisi Energi Bersih (Energy Transition Mechanism)”.
Sebelum sessi tanya – jawab dan penutupan webinar, Ibu Diah Suradiredja Senior Advisor KEHATI menyampaikan konklusinya dengan kesimpulan yang memberikan makna bahwa “Aksi Pemberdayaan Adaptasi Untuk Fase Baru“, lebih didasari oleh pentingnya penguatan aksi perubahan iklim (empowering action), dalam upaya perubahan cara hidup dan meninggalkan "bisnis-seperti-biasa", dengan memperkuat sains dan tindakan inovatif, sebagai kompleksitas tantangan memasuki adaptasi fase baru yang perlu untuk dikomunikasikan terkait dengan ketidakpastian pandemi Covid – 19.
Indonesia Climate Change Expo & Forum (ICCEF) merupakan forum pendekatan dari pemerintah, swasta nasional dan investasi, NGO, dan profesionalist. Forum tersebut memfasilitasi ruang informasi dan edukasi terhadap program mitigasi dan adaptasi dalam membentuk kekuatan luar biasa dalam bertindak atas ambisi iklim berbasis kemitraan, sehingga hal terbut memungkinkan aksi iklim kolektif yang lebih inklusif.
Komentar