satunusantaranews, Bogor – Sebuah hutan buatan yang sudah ada sejak zaman Prabu Siliwangi. Dahulu hutan ini digunakan untuk memelihara benih-benih kayu yang langka. Namun, setelah kerajaan Sunda jatuh dibawah Kesultanan Banten, hutan butan ini dibiarkan terlantar. Hingga pada tahun 1745 Gubernur Jendral Van Imhof menemukan areal ini yang disebut dengan Buitenzorg.
Kemudian dibangun sebuah pesanggrahan yang dikembangkan menjadi lebih luas dan megah oleh Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811). Hutan buatan ini sekarang dikenal dengan sebutan Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor mulai berkembang saat Gubernur Jenderal Thomas Stamford Rafles memerintah. Dengan dibantu seorang ahli botani dari Inggris yang bernama W.Kent, kebun ini disulap menjadi kebun bergaya Inggris klasik. Dari Stanford Rafles kebun ini semakin berkembang di bawah pemerintahan Van der Capellen.
Pada tanggal 18 Mei 1817 Gubernur Jenderal Van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama Lands Plantentuin Te Buitenzorg. Pembangunan kebun raya ditandai dengan menancapkan cangkul pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan. Pembangunan ini dipimpin langsung oleh Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt, seorang ahli botani dan kimia yang menjadi Menteri Bidang Pertanian, Seni, dan Ilmu Pengetahuan di Jawa dan sekitarnya.
Istana pada mulanya adalah bangunan pesanggarahan yang didirikan oleh Gubernur Jendral Van Imhof. Proses pembangunan ini dilanjutkan oleh Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 – 1761. Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang.
Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels (1808 – 1811), pesanggrahan diperluas dengan memberikan penambahan ke sebelah kiri gedung dan sebelah kanannya dan bangunan ini dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas, dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal. Bangunan berupa istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856 – 1861). Pada pemerintahan selanjutnya tepatnya tahun 1870, istana ini ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda. Beberapa ratus kemudian setelah Belanda dan Jepang menyerah, istana ini berubah menjadi istana resmi kepresidenan. Sekarang istana ini dikenal dengan sebutan Istana Bogor.
Berjalan ke arah Utara, terdapat sebuah bangunan yang berbentuk seperti kubah dengan gaya Indis. Di dalam kubah ini terdapat sebuah tugu. Tugu ini merupakan tugu peringatan kematian seorang wanita. Dia adalah istri dari Gubernur Jendral Raffles yang bernama Lady Olivia Mariamme. Lady Olivia Mariamne wafat pada tahun 1814 karena penyakit malaria di Istana Bogor. Sebenarnya, makam istri Rafles berada di Museum Prasasti yang terletak di Tanah Abang, namun Rafles memutuskan mendirikan tugu peringatan di Istana untuk memperingati kematian istri nya. “Oh thou whom near my constant heart. One moment hath forgot, thou fate severe hath bid us part. Yet still forget me not.”
Leave a Comment