Apresiasi Anak-Anak Muda Kelola Pesantren Tanpa Biaya di Pesisir Selatan

Apresiasi Anak-Anak Muda Kelola Pesantren Tanpa Biaya di Pesisir Selatan
Apresiasi Anak-Anak Muda Kelola Pesantren Tanpa Biaya di Pesisir Selatan

satunusantaranews, Surantih - Saat melakukan reses di daerah pemilihan, Anggota DPD RI Emma Yohanna sangat terharu dengan adanya anak-anak muda yang penuh keikhlasan dan dedikasi yang tinggi mau mengelola lembaga pendidikan di daerah terpencil tanpa biaya alias gratis.

Salah satu anak muda tersebut Heru Kisnanto (27), Pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Ashabul Kahfi yang berlokasi di Nagari Rawan Gunung Malelo, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Sejak berdiri Juni 2018, pesantren tersebut telah mampu menampung santri sebanyak 21 orang tanpa dipungut biaya, sedangkan para guru-guru yang berjumlah 12 orang juga menerima dengan iklhas tidak digaji demi pengabdian mereka terhadap generasi penerus bangsa.

“Saya sangat mengapresiasi usaha anak muda millenial kita mampu mewujudkan berdirinya pesantren dan tempat belajar agama. Saya berbangga masih ada yang punya kepedulian untuk menggerakkan pendidikan pesantren walaupun bersusah payah dan dengan kondisi apa adanya,” kata Senator Sumbar itu.

Emma Yohanna mengatakan bahwa mendirikan lembaga pendidikan adalah tugas mulia, sehingga harus dikerjakan dengan niat iklhas tanpa pamrih. Dari segi materi, guru-guru MTI Ashabul Kahfi memang belum mendapatkan yang terbaik, tetapi dari sisi ibadah mereka sudah mendapatkannya. Kehadiran pesantren tersebut mampu mengetuk hati pemerhati lembaga pendidikan dan para donatur untuk membantu serta keberadaan pesantren telah mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat disekitar pesantren.

“Menuntut ilmu tidak ada batasnya, santri harus selalu bersyukur dengan kondisi yang ada dan memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Sebagai alumni pesantren, saya juga merasakan manfaat yang luar bisa terutama untuk memupuk kemandirian sejak dini. Kita biasanya tinggal di rumah dengan aturan yang longgar tetapi saat kita tinggal di asrama memiliki aturan sendiri sehingga kita dididik dengan kemandirian,” ucap Emma.

Menurut Pendiri MTI Ashabul Kahfi Heru Kisnanto, berdirinya pesantren tersebut dengan harapan mampu bisa menjadi pusat pendidikan agama di Pesisir Selatan. Dan bisa melahirkan santri-santri yang berakhlak mulia. Ia mengungkapkan bahwa bangunan sekolah merupakan sumbangan dari donatur dan masyarakat yang sudah semi permanen dan berjumlah 3 lokal yang dilengkapi dengan asrama.

“Pesantren kami berbasis salafiyah lebih fokus pada pembelajaran kitab kuning dan juga mengajarkan mata pelajaran umum, santri semuanya menetap di asrama. Tentunya kami sangat berterima kasih kepada Ibunda Emma Yohanna yang sudah membantu Al-Quran dan dana untuk pembangunan pesantren kami, ” ungkap Heru.

Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang itu mengatakan yayasan dari MTI Ashabul Kahfi sekarang sudah berbadan hukum, dengan adanya Akte notaris dan SK Menkumham, didukung 12 orang guru. Kendala yang dihadapi pesantren saat ini kurangnya lahan sehingga tidak bisa menampung santri lebih banyak karena bangunan untuk asrama belum tersedia. Ia menerangkan bahwa MTI Ashabul Kahfi sedang melakukan pembebasan tanah yang berlokasi disekitar sekolah yang berjumlah 7 ribu meter dengan biaya 100 juta. Untuk itu, Ia sudah menggalang bantuan dari masyarakat dan donatur yang memiliki kelebihan rezeki untuk membeli tanah tersebut.

“Sumbangan dari para donatur sangat kami harapkan untuk membantu pembelian tanah demi pengembangan pesantren kedepan. Bantuan yang telah donatur berikan kami mendoakan agar dapat bernilai ibadah wakaf, yang amalannya yg terus mengalir. Kami bisa dihubungi di nomor 085376341552 an. Heru Kisnanto,” harap alumni HMI ini.

Penulis: Pribadi
Editor: Nawasanga

Baca Juga