Ashoka Young Changemaker 2021, 9 Remaja Indonesia yang Inspiratif
Nabila Ishma (19) CDEF Metamorfosa/Bandung/Jawa Barat; Merangkul anak anak 'bermasalah' dengan membangun empati, membina pengertian, dan memfasilitasi kebebasan berekspresi.
Kekerasan antar geng masih menjadi sisi gelap di masa muda sebagian anak Indonesia. Di sekolah, Nabila melihat bagaimana guru menghukum anak anak bandel secara verbal maupun fisik. Nabila sadar bahwa kekerasan seperti itu tidak akan menghilangkan kebiasaan buruk mereka. Nabila memberanikan diri untuk berempati dengan anak anak geng, mendengarkan ceritanya, dan membuka cara agar mereka dapat bebas berekspresi. Langkah langkah tersebut ia namakan metode CDEF; Curiosity/ cari tau lebih lanjut, Dekati, Empati, dan Forum / menyediakan forum yang mendukung. Forum juga berarti tempat untuk anak anak yang dianggap bermasalah ini melepaskan amarah dan menunjukkan bakat mereka. Pada awalnya, Nabila hanya menggerakkan CDEF sendiri. Namun, setelah merasa semakin banyak yang tertarik, ia mengembangkan CDEF Metamorfosis sebagai dukungan psikologis dini. Ada juga beberapa anak yang dilatih sebagai konselor sebaya. Kementerian Pendidikan dan organisasi masyarakat sipil lainnya membantu Nabila dalam meciptakan program pendamping untuk 60 anak yang terlibat aktivitas geng di Bandung.
Azzam Habibullah (19} Tuntungan Ground Board Game/Deli Serdang / Sumatra Utara; Memupuk kecintaan pada “changemaking” melalui permainan yang seru dan menarik.
Anak muda hanya akan bisa menjadi bonus demografi ketika menjadi pembuat solusi dan mampu bekontribusi untuk masyarakat. Inilah yang disadari oleh Azzam yang menaruh perhatian kepada metode belajar sambil bermain, di saat teman temannya tengelam dalam permainan online. Azzam menemukan metode mengasyikkan ini dari laporan pendidikan World Economy Forum. Azzam Bersama timnya mendesain sebuah permainan edukatif nan menyenangkan dimana pemain menjadi pahlawan yang berusaha mengalahkan seorang monster, si penyerang kota. Melalui pendekatan yang lebih mementingkan proses daripada hasil, permainan ini dirancang untuk kelompok kecil berisikan 4 8 orang sebagai instrumen untuk meningkatkan kesadaran, memicu diskusi dengan sesama tentang berbagai topik sosial, dan mengembangkan panggilan hati untuk berempati dan berkreasi dalam memecahkan masalah. Azza merekrut 4 anggora tim dari provinsi yang berbeda. Mereka telah memperkenalkan permainan papan tanah Tuntungan kepada enam institusi pendidikan di empat provinsi dan berhasil memikat hati 100 siswa usia 14 18 tahun.
Komentar