Ekonomi Bisnis

Atasi Krisis Pandemi Pemerintah Siaga Stimulus Fiskal Rp.695,2 triliun, Perlebar Defisit Anggaran 6,34 persen PDB

satunusantaranews-Jakarta. Salah satu upaya Pemerintah untuk mengatasi krisis pandemi atau dalam masa-masa ketidakpastian karena hampir seluruh sektor publik hingga swasta terkena imbas wabah Covid-19, yakni dengan menyiagakan stimulus fiskal hingga Rp.695,2 triliun dan memperlebar defisit anggaran hingga 6,34 persen PDB.

“Krisis kali ini berbeda sekali karena kita harus melindungi manusia dan perekonomiannya sekaligus. Untuk membendung penyebaran virus, kita harus membatasi pergerakan manusia,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta (30/6).

Krisis kali ini sangat berbeda dengan 1998 dan 2008 karena merupakan guncangan besar yang tidak pernah dialami negara-negara manapun di era modern. Lantaran Pandemi Covid-19 juga telah memukul perekonomian masyarakat secara luas termasuk rumah tangga dan pelaku usaha (terutama UMKM, red).

Pemerintah pun merumuskan kebijakan untuk dua hingga tiga langkah ke depan dengan mengarahkan stimulus itu untuk perlindungan sosial serta dukungan bagi UMKM. Dimana UMKM mendapatkan restrukturisasi kredit serta subsidi bunga dan kemudahan untuk mendapatkan kredit modal kerja baik melalui penempatan dana murah pada perbankan maupun penjaminan kredit. Selain juga membuat pemerintah berupaya keras untuk merumuskan strategi pembiayaan yang baru mengingat penerimaan negara yang terbatas.

“Dan gejolak pasar keuangan yang terjadi di tengah tengah pandemi, menjadikan pendalaman pasar dan mengandalkan pembiayaan domestik menjadi sangat penting,” jelas Sri Mulyani.

Dalam situasi ini Sri Mulyani memastikan pemerintah masih bergantung pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri dan memberikan kesempatan pada bank sentral untuk ikut terlibat di pasar primer. Terakhir, peran lembaga keuangan multilateral dan bilateral juga sangat penting dalam memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah, tambah Sri Mulyani.

Namun satu hal yang berbeda pada krisis kali ini adalah adanya pembatasan sosial dan beruntung kita punya teknologi sehingga banyak transaksi dilakukan secara online. Peran teknologi dapat membuat kehidupan masyarakat tetap berjalan dengan baik dan transaksi ekonomi tidak terhambat, meski kontak fisik menjadi terbatas. Hal ini mengakselerasi penggunaan teknologi yang (selanjutnya) mentransformasi ekonomi ke digital. Krisis ini juga berdampak positif yang dapat mempercepat terjadinya inklusi keuangan, ujar Sri Mulyani optimis. (tjbm/foto ist)

Leave a Comment
Share
Published by
admin