Nasional

Ayat Al-Qur’an Yang Biasa Dijadikan Modus Perekrut Anggota Terorisme

satunusantaranews, Jakarta – Pernah saya menyampaikan pada sebuah kuliah tafsir terkait sebuah ayat Al-Qur’an yang biasanya dijadikan modus oleh perekrut anggota terorisme. Ayat yang saya maksud tertera pada Ayat ke-25 surah al-Baqarah. Secara sekilas, ayat tersebut menggambarkan balasan yang akan diterima oleh orang yang beriman (amanu) dan melakukan amal shaleh (amilu ash-shalihat).

 

Mereka ini akan mendapatkan balasan surga yang di bawahnya terdapat sungai yang mengalir. Penghuninya akan mendapatkan jaminan berupa makanan yang lezat serta pasangan yang rupawan alias bidadari surga.

 

Memang Tuhan menggambarkan surga sangat indah dibayangkan dan menakjubkan dipandang. Bahkan, keindahan surga tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, termasuk kalimat dalam Al-Qur’an. Maksudnya, keindahan surga melebihi dari gambaran yang terekam dalam Al-Qur’an.

 

Sayangnya, balasan surga yang memang benar adanya dipelintirkan atau dijadikan modus oleh kelompok teroris untuk mencuci otak orang lain. Mereka diyakini sehingga pada akhirnya benar-benar yakin, bahwa melakukan tindakan teror semisal mengebom atau bom bunuh diri bakal mendapat jaminan masuk surga dengan bonus bidadari yang rupawan.

 

Modus yang disampaikan kelompok teroris ini adalah bayangan yang keliru alias sesat dan menyesatkan. Perhatikan pada ayat tersebut, bahwa balasan surga hanya diberikan kepada orang mukmin yang gemar melakukan perbuatan yang baik.

 

Pertanyaannya, apakah aksi-aksi kekerasan semisal pengemboman dan bom bunuh diri adalah perbuatan yang baik? Tentu, semua agama, termasuk Islam mengecam tindakan teror ini.

 

Aksi-aksi terorisme adalah perbuatan picik yang berpotensi merusak managemen semesta yang telah Tuhan ciptakan dan membunuh banyak jiwa yang semestinya dilindungi. Sebab, membunuh satu jiwa saja sama dengan membunuh semua manusia. Sehingga, Tuhan akan memberikan balasan siksa neraka kepada pelaku pembunuhan ini (kelompok teroris).

 

Terus, sesuatu yang penting saya garis bahwahi terkait uraian ayat tadi adalah dua hal. Pertama, orang yang beriman (amanu). Siapakah orang mukmin ini?

 

Secara sederhana orang mukmin, sebagaimana diuraikan dalam pembukan surah al-Baqarah, adalah orang yang percaya kepada Allah. Percaya di sini dapat mengantarkan seseorang merefleksikan sifat-sifat-Nya, seperti ar-Rahim atau Maha Pengasih.

 

Kasih sayang Allah dapat dibuktikan dengan perbuatan-Nya yang tidak gampang mengkafirkan makhluk-Nya. Tuhan dengan sifat ar-Rahim-Nya selalu menyeru manusia untuk gemar melakukan taubat atau kembali kepada jalan kebenaran ketika mereka tersesat. Uluran tangan Tuhan di sini adalah sebuah bukti bahwa Allah adalah mencintai seluru manusia, meski ada beberapa yang menentang eksistensi-Nya.

 

Sifat ar-Rahim Allah bila direfleksikan sedalam mungkin secara tidak langsung menentang aksi-aksi kelompok teroris yang menghilangkan kesempatan seseorang yang bermaksiat untuk bertaubat. Kelompok teroris ini benar-benar tertutup mata hatinya melihat kebenaran yang sesungguhnya, sehingga keburukan yang mereka lihat dianggap sebagai kebenaran. Naudzu billah!

 

Kedua, melakukan perbuatan yang baik (amilu ash-shalihat). Perbuatan yang baik, bagi pakar tafsir Indonesia Prof. Quraish Shihab, adalah sesuatu yang bernilai. Dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan, bahwa perbuatan yang baik ini bisa jadi bersifat wajib (al-farud) dan bisa jadi bersifat anjuran (an-nawafil).

 

Perbuat baik yang wajib dilakukan, di antaranya, menjaga jiwa (tidak membunuhnya), menghormati perbedaan, dan lain-lain. Sedang, yang bersifat anjuran, antara lain, berupa meringankan beban orang lain yang membutuhkan dan seterusnya.

 

Beberapa bentuk perbuatan baik yang dapat menghadirkan kemaslahatan jelas berlawanan dengan aksi-aksi terorisme yang berpotensi membunuh jiwa yang semestinya dilindungi, menghilangkan ketenangan hidup orang lain (orang ini takut terbunuh akibat perbuatan terorisme), dan merusak tatanan bumi yang sesungguhnya Tuhan perintahkan kepada manusia untuk menjaganya.

 

Sebagai penutup, berhati-hatilah mendengarkan modus yang dimainkan kelompok teroris. Modus ini telah banyak memakan korban, termasuk warga Indonesia. Sudah pernah terjadi sekeluarga melakukan bom bunuh diri setelah terpengaruh dengan modus surga dan bidadari yang rupawan. Sesuatu yang bisa menyelamatkan seseorang dari terorisme adalah belajar agama secara mendalam kepada guru yang benar. Shallallah ala Muhammad.

 

Leave a Comment
Published by
Kahfi SNN