satunusantaranews, Ketapang – Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA) berkolaborasi dengan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) terus mendorong pemberdayaan masyarakat di sekitar Kawasan TANAGUPA, yakni Kelompok Kayek Melayet Besame yang berasal dari Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang.
Lihat juga: Inovasi di Masa Pandemi, Balai TANAGUPA Berdayakan Masyarakat
Dan Pemberdayaan yang dilakukan adalah pembelian kerajinan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam bentuk Ecopolybag sebanyak 15.000 unit sampai dengan akhir tahun 2020, demikian jelas Kepala Balai TANAGUPA, M. Ari Wibawanto.
Baca juga: Membumikan IPTEK dan Inovasi Bidang Lingkungan dan Kehutanan
Adapun ecopolybag yang dibuat oleh kelompok Kayek Melayet Besame ini adalah contoh inovasi yang luar biasa, dan patut diberikan apresiasi.
Hal ini juga merupakan bentuk kemitraan konservasi yang digagas oleh Kementerian LHK melalui Ditjen KSDAE, dengan memberikan akses yang legal kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan HHBK dari dalam kawasan konservasi.
“Kami apresiasi Yayasan ASRI yang terus mendukung program-program pemberdayaan masyarakat yang kami lakukan. Dengan adanya kerjasama ini semoga dapat membantu meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat terutama di tengah tantangan Pandemi Covid-19 ini. Kami bersama para mitra akan terus mendorong pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan TANAGUPA,” ujar Ari.
Kayek Melayet Besame merupakan kelompok masyarakat yang memiliki izin pemanfaatan HHBK di zona tradisional melalui Kemitraan Konservasi. Kelompok ini terdiri dari 35 orang, dimana 25 orang anggotanya adalah perempuan.
Dan Balai TANAGUPA selalu mendorong pemberdayaan masyarakat. Dimana pihaknya selalu mendorong kelompok Kayek Melayet Besame melakukan pengembangan produk kerajinan melalui mitra-mitra TANAGUPA.
Kesanggupan kelompok memenuhi permintaan Yayasan ASRI untuk membuat ecopolybag merupakan salah satu kontribusi kelompok dalam upaya melestarikan kawasan TANAGUPA, ucapnya.
Kayek Melayet Besame merupakan spesialis kelompok pengrajin anyaman berbahan dasar bambu, rotan dan resam yang HHBK tersebut dipungut dari dalam Kawasan TANAGUPA.
Kepala RPTN Pangkal Tapang pada Balai TANAGUPA sekaligus Fasilitator masyarakat di Desa Laman Satong, Ranto Sihotang mengatakan ecopolybag yang dibuat oleh kelompok ini berbahan dasar bambu yang aman dan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Ecopolybag dapat digunakan sebagai pengganti polybag plastik yang umumnya digunakan untuk pembibitan. Penggunaan polybag plastik kurang ramah lingkungan karena menimbulkan limbah plastik. Dengan adanya ecopolybag dari bambu ini, selain meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat, juga mengurangi limbah plastik, jelasnya.
Sementara Direktur Eksekutif Yayasan ASRI Nur Febriani menyampaikan bahwa Yayasan ASRI sangat gembira dengan adanya kerjasama ini.
Sejak lama ASRI dan Balai Taman Nasional Gunung Palung bekerjasama dalam program penanaman hutan kembali. Kali ini kedua pihak bekerjasama untuk meningkatkan kualitas dari program penanaman tersebut.
“Bisa dibayangkan, ribuan polybag plastik akan digantikan dengan polybag anyaman bambu ini, yang tidak hanya ramah lingkungan karena akan terurai alami, tapi juga membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan,” tambah Nur Febriani.
Hal ini berawal dari keinginan ASRI untuk mencari alternatif polybag agar tidak menghijaukan hutan dengan meninggalkan tumpukan sampah plastik dari polybag.
ASRI menghubungi perusahaan-perusahaan biodegradable polybag, namun sayangnya polybag mereka tidak bisa bertahan lama. Kurang dari tiga bulan, polybag mereka akan terurai.
Sementara bibit-bibit pohon yang disemai ASRI membutuhkan polybag yang dapat terurai jauh lebih cepat dari plastik, namun cukup tahan hingga bibit pohon kuat untuk ditanam di tanah (sekitar 6 bulan – 1 tahun), tuturnya.
Dan Balai TANAGUPA memberikan jawaban atas kebutuhan ini. Kelompok binaan di Desa Laman Satong, Kabupaten Ketapang dikaryakan untuk membuat polybag dari anyaman bambu.
Jadi, jika biasanya kami menyemai bibit dalam polybag plastik, kali ini kami menggandeng masyarakat, terutama perempuan, untuk memproduksi polybag ramah lingkungan.
Polybag ini terbuat dari bambu yang tadinya merupakan bahan sisa dari ibu-ibu yang membuat anyaman tampi beras.
Leave a Comment