Benny Jozua Mamoto: Waspada Isu Radikalisme di Tengah Pandemi Covid-19

satunusantaranews - Jakarta, Pengamat dan Dosen Kajian Terorisme SKSG Universitas Indonesia, Dr. Benny Jozua Mamoto,SH,MSi mengatakan parameter radikalisme atau terorisme saat ini telah memberikan kesempatan kelompok tertentu untuk memanfaatkan berbagai macam situasi di tengah pandemi Covid-19.

“Sikap takfiri atau mengkafirkan orang/kelompok yang sepaham dan berbeda paham mengenai agama. Sikap takfiri tersebut mencerminkan sikap intoleran terhadap keagamaan. Parameter tersebut perlu dipahami terlebih dahulu, sehingga dapat menjawab adanya perdebatan antara radikalisme dan terorisme. Tentunya dengan adanya sikap takfiri akan berdampak pada sikap atau tindakan kekerasan yang dianggap benar,' kata Benny Mamoto dalam Talkshow di Jakarta (18/08).

Pandemi Covid-19 juga berdampak serius disemua aspek, seperti kemiskinan, pengangguran, relasi global yang terhambat menganai tali silaturahmi, work from home, social distancing, dan sebagainya yang merubah tatanan di masyarakat.

“Kelompok radikal justru memanfaatkan momen pandemi Covid-19 untuk menarik simpatisan, menarik anggota,memanaskan situasi, mempublikasikan rasa tidak percaya pada pemerintah dan menciptakan isu kesenjangan sosial. Hal tersebut akan mengganggu situasi masayarakat," ujarnya

Penggunaan media sosial sejak dini sudah harus diajarkan,bahwa penggunaan media sosial harus dapat membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salahnya. Anak-anak saat ini sudah dapat dengan mudah mengakses media, sehingga perlu dikontrol oleh masyarakat khususnya orang tua.

“Isu-isu hoaks sering dipublikasikan oleh kelompok- kelompok kepentingan. Mengatasi hoaks yang beredar,perlu adanya konter isu yang digunakan,namun perlu dilakukan oleh civil society untuk meredam informasi tersebut. Tahapan-tahapan kelompok teror perlu dapat dicegah dan dinetralisir, sehingga tidak memberikan dampak buruk di masyarakat. Isu lainnya seperti vaksin haram juga harus dapat diredam, hal tersebut yang menambah memperkeruh situasi masyarakat, sehingga edukasi sangat penting dilakukan di masyarakat," tegasnya.

Sebaran hoaks yang beredar di masyarakat akan berdampak pada pikiran yang tidak normal dan sensitif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambah isu-isu hoaks yang beredar. Selain itu,terwujudnya vaksin akan memberikan dampak positif penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu,sektor pemulihan ekonomi akan memberikan dampak yang baik dibanding negara lain.

Indonesia harus lebih bersyukur karena lebih baik dibanding dengan negara lain,sehingga optimisme dan usaha kreativitas perlu terus dibangun. Selain itu, program work from home juga sudah dapat membentuk pasar baru, dengan adanya kreatifitas dan inovasi seperti terbentuknya UMKM baru di dunia digital.

Tekanan juga akan didapat pada kepentingan politik yang mempengaruhi pemerintahan. Isu-isu harus segera di netralisir dengan elemen masyarakat yang harus bergerak untuk mencegah hal tersebut. Isu-isu rawan yang dapat dimainkan perlu dilakukan konter dan netralisasi informasi sehingga tidak meluas dan tidak menyebar di masyarakat, sehingga menjadi edukasi bagi masyarakat adar tidak terulang.

“Hal tersebut tidak hanya peran dari pemerintah, melainkan juga dapat civil society, seperti PP Muhammadiyah, NU dan sebagainya, maka akan menjadi motorik di masyarakat. Konter dari pemerintah akan ada antipati dimasyarakat dan kelompok tersebut, masyarakat tidak boleh apatis menyerahkan seluruh urusan di pemerintah,"ujarnya.

Dalam konteks 75 tahun indonesia merdeka,kondisi seperti ini harus kita bangkitkan secara bersama-sama dan melalui gotong royong mengatasi masalah ini. Selain itu,kita harus waspada kepada penumpang gelap yang ingin memanfaatkan kondisi ini untuk tujuan tertentu. Harus saling mengingatkan dan peduli terhadap sesama, pungkasnya.

Penulis: Bambang P
Editor: Redaksi
Photographer: Istimewa
Sumber: Istimewa

Baca Juga