Bubuk Daun Kelor Banten Tembus Empat Negara, Tetesan Air Mata Dewa Siwa Siap Ke India
satunusantaranews, Jakarta - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Cilegon fasilitasi sertifikasi ekspor perdana daun kelor asal Provinsi Banten ke empat negara.
Sedangkan dari Kebumen, Jenitri atau dikenal sebagai air mata Dewa Siwa siap ekspor ke India.
Sebanyak 320 kg bubuk daun kelor asal Banten dengan nilai ekonomis sebesar Rp.14 juta berhasil memenuhi persyaratan ekspor empat negara yakni : Amerika Serikat, Republik Ceko, Jerman dan New Zealand. Dinegara tujuan, komoditas yang dipercaya kaya nutrisi ini digunakan sebagai suplemen makanan.
"Dan kami sangat mengapresiasi bertambahnya ragam komoditas unggulan ekspor baru asal Banten," terang Arum Kusnila Dewi Kepala Karantina Pertanian Cilegon (25/1). Disamoing itu beberapa bulan terakhir banyak bermunculan komoditas ekspor baru diantaranya kakao bubuk, gula tebu, beras ketan, cengkeh, jintan, kayu manis, kelapa parut, lada, palet kayu, serabut kelapa dan bungkil sawit.
Sedangkan, Jenitri sedianya digunakan sebagai perlengkapan ibadah. Jenitri tumbuh subur di daerah Kebumen. Biji buah berbentuk bulat ini dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk karena nilainya yang tinggi. Peluang besar jenitri untuk ekspor datang dari India sebagai negara dengan penganut agama Hindu terbanyak.
Berdasarkan data Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST), tercatat 17 kali ekspor jenitri melalui Karantina Pertanian Cilacap sejak tahun 2020 dengan tujuan berbagai negara yaitu Kanada, Australia, India, Amerika, Jepang, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Karantina Pertanian Cilacap mengunjungi gudang dan produksi jenitri milik CVSD dan bertemu dengan Suprayitno, pengekspor jenitri. Pada kesempatan ini, tim Gratieks Karantina Pertanian Cilacap berdiskusi dengan para pengekspor mengenai kualitas dan prosedur karantina jenitri agar siap ekspor.
Karantina Pertanian Cilacap mendukung penuh Gratieks melalui kegiatan pendampingan pengelolaan produksi sehingga menghasilkan jenitri berkualitas ekspor dan bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina.
"Data IQFAST menunjukan nilai ekspor jenitri hingga tahun 2022 mencapai Rp. 23.450.000. Harapan kita, nilai dan frekuensi ekspor dapat meningkat," ujar Taufik, ketua tim Gratieks.
Suprayitno berterima kasih atas kesediaan Karantina Pertanian Cilacap untuk melakukan pendampingan ekspor jenitri miliknya dan berharap dapat menembus pasar global.
Komentar