satunusantaranews, Badung – Potensi budaya Desa Wisata Carangsari Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali, yang menjadi tanah kelahiran pahlawan nasional asal Bali I Gusti Ngurah Rai membuat desa wisata itu mampu menjadi ikon dan daya tarik baru pascapandemi.
Demikian ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat melakukan visitasi 50 desa Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 di Desa Wisata Carangsari, Badung, Bali (25/9).
Desa wisata memiliki daya tarik bagi wisatawan lantaran tren wisata kembali ke alam semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Wisatawan juga bisa merasakan pengalaman berbeda dengan hangatnya kearifan lokal, adat istiadat di tiap desa serta kuliner yang khas dengan menginap di homestay kediaman warga setempat.
Tren pariwisata kini sudah terlihat lebih mengarah ke pariwisata berkualitas dan berkelanjutan. Sebagai salah satu kekuatan pariwisata yang mengedepankan pelestarian budaya dan lingkungan.
“Saya sudah dua kali ke desa ini, secara keseluruhan ditambah adanya RV University Triyana Carangsari menjadikan desa ini sebagai salah satu ikon untuk bangkit yang diharapkan bisa membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” kata Sandiaga Uno.
RV University yang disebutkan Menparekraf Sandiaga merupakan platform edukasi bagian dari RV Property Triyana Resort Bali di Desa Carangsari yang memfokuskan diri dalam pemberian edukasi dan pengembangan diri kepada generasi milenial yang telah menjadi member RV Properti untuk mencetak 10.000 pengusaha properti milenial.
Selain itu, desa yang terletak 34 kilometer dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai itu memiliki 14 area daya tarik wisata yang siap didatangi wisatawan kaum milenial seperti Sungai Ayung dan Yeh Penet, kebun kopi, kakao, arung jeram, flying fox, cycling, glamping, dan lainnya.
Untuk daya tarik seni dan budaya, di desa yang memiliki akulturasi budaya Bali dan Tionghoa itu mengedepankan pengembangan 3 generasi (x, y, z) juga memiliki seni tari topeng Tugek Carangsari yang diciptakan dan dipopulerkan oleh maestro I Gusti Ngurah Widya.
Ngurah Widya saat ini sudah berusia 75 tahun dan sudah go internasional sebagai seniman sejak tahun 1970-an. Ada juga wayang kulit Paruwe, wayang Ramoyane, Barongsai, Tarian Hanoman, Barangket, gamelan khas Bali, dan Barong landung.
Menparekraf Sandiaga Uno pun berkesempatan untuk belajar langsung Tari Topeng Tugek lengkap dengan kostum yang dikenakan langsung dari I Gusti Ngurah Widya. Setelah rangkaian acara visitasi ADWI berakhir, Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan dukungannya untuk membantu produk ekonomi kreatif masyarakat di sana.
“Tadi saya melihat produk virgin coconut oil dan madu, saya minta ini dibantu melalui program bedah desain kemasan kuliner nusantara (BEDAKAN) dan langsung ditindaklanjuti karena butuh waktu sekitar 4 bulan supaya produk tersebut memiliki kemasan yang lebih baik dan berkualitas, karena akan kita jadikan juga sebagai suvenir saat tamu-tamu dari KTT G20 yang akan diundang ke sini,” katanya.
Menparekraf Sandiaga Uno yang hadir bersama Istri, Nur Asia Uno juga memborong beberapa produk UMKM yang dijajakan masyarakat desa di sana. Salah satunya produk dari Ketut Tirtayasa sang pembuat kriya bokor unik dari kertas yang dibekukan dengan lem kayu sebagai produk unik yang ada satu-satunya di Desa Carangsari. Ketut mengaku terdampak pandemi karena tidak ada turis wisatawan yang datang untuk membeli produknya padahal sebelumnya dalam setahun ada 100 lebih pesanan.
“Saya akan memberi kesibukan untuk Bli Ketut selama setahun sampai tahun depan, yaitu Bli Ketut harus membuatkan 100 bokor kotak yang saya order untuk bisa saya gunakan sebagai wadah sarung bingkisan untuk para santripreneur atau bisa juga untuk suvenir event G20 yang akan dilaksanakan di Indonesia pada Agustus 2022,” katanya.
Leave a Comment