Categories: Ekonomi Bisnis

Darmansyah Husein, Senator DPD RI : Kupas Masalah UMKM Yang Belum Bangkit, Pariwisata Hingga Sawit Dibawah Para ‘Jenderal’

UMKM Bangka Belitung

Satunusantaranews, Jakarta – Ditemui di kantor DPD RI, Senayan Jakarta beberapa waktu lalu, Senator Darmasyah Husein yang berasal dari Bangka Belitung, saat ditanyakan terkait perkembangan UMKM di masa pandemi ini. Darmansyah menegaskan bahwa UMKM pun masih belum ada yang bangkit. Lantas apa persoalannya?

Bagi Darmansyah Husein, permasalahannya ada pada ‘Pasar’ yang paling terdampak pandemi. Pasar pasar pun mulai kita buka. Barang dagangannya coba dibuka disini. Tidak bayar. Pemerintah daerah yang bayar, pemerintah daerah yang beli.

Selain Pasar, lanjut Darmansyah persoalan UMKM yakni pada kebiasaan dari berbelanja online di daerah yang belum familier. Begitu pula permodalannya, dan Pemasarannya.

Darmansyah mencatat, dulu belum ada KUR, tetapi ada namanya Program Kredit Bersubsidi. Masyarakat pun ke Bank (Bank Pembangunan Daerah, red) dan Bank membantu UMKM dengan bunga yang disubsidi antara 13%, dimana 6% nya dari pemerintah daerah. Dan nanti sama-sama diawasi. Pada akhirnya, sekarang banyak toko-toko (seperti Gallery, red) yang muncul. Toko ‘oleh-oleh’ banyak sekali. Tak terkecuali juga, tok-toko UMKM yang berbau souvenir ini, telah bertumbuh. Dari sedikit pengusaha sekarang sudah ribuan pengusaha.

Begitu pula, pemasarannya pun menjadi masalah bangkitnya UMKM. Kalau pakaian kan masa kadaluarsanya cukup lama, tapi kalau makanan, 3-4 bulan sudah kadaluarsa. Inilah yang coba dilakukan, dengan membantu pemasarannya, ujar mantan Bupati Belitung dua periode ini.

Yakni dengan cara menganjurkan ‘Pengadaan Sembako Untuk Dibeli Dari Para Penggiat UMKM’. Daripada beli Supermi, lebih baik beli Kerupuk, Ikan. Bantuan sekarang kan Supermie, selain Beras, Minyak goreng. Itu bisa disubtitusi dengan cara membeli Kerupuk atau dengan menggoreng Ikan Asin.

Seperti juga, Bantuan Presiden untuk para UMKM ini, seperti di Belitung, yang  sudah didapatkan. Tetapi bantuan sebesar Rp.2,4 juta  per UMKM tersebut dalam catatannya harus jelas juga kriterianya. Bahkan dirinya, sudah berkali-kali turun ke UKM-UKM. Dan yang terakhir kan Rp.2,4 juta untuk UKM. Ini harus jelas juga kriterianya. Kalau nggak nanti ‘dimanfaatkan’ lagi. Jangan sampai jadi bancakan lagi, tegas Darmansyah Husein.

 

Sambil tertawa namun serius, Darmansyah menambahkan bahwa meski kecil itu kalau tepat sasarannya akan besar manfaatnya. Ibarat kalau kita di suntik tepat pada daerah yang sakitnya, tempatnya pas, maka pasti sembuh. Jadi sebenarnya, kalau ini terkelola dengan baik, justeru membangkitkan kembali UKM, karena titik masuknya sudah ketahuan.

“Kami di komite IV, partner dengan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki juga. Tidak boleh aur-auran, harus betul-betul ini. Kesulitannya di pemasaran dan ini solusinya. Itu kesulitannya di modal ini solusinya. Di kemasan, kita bantu membangun jaringan pasar. Kita harus latih mereka bisa memasarkan melalui online,”urainya lebih lanjut.

Dan permasalahan UMKM lainnya, lantaran produk mereka tidak laku, modalnya pun kesedot. Bagi Darmsnsyah, Sri Mulyani sudah berusaha membuat Program Restrukturisasi Kredit. Namun ternyata ini tidak serta merta mereka dapat fasilitias tersebut. Mereka harus proaktif, bagaimana dapat keringanan bunga, keringanan cicilan, ada syarat-syaratnya untuk dilengkapi.

“Ini peran DPD, untuk mengawasi dan membantu. Selain DPD juga membantu mendatangkan pembeli. Disamping juga mendatangkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke Bangka Belitung untuk berekreasi,” jelas Darmansyah.

Di pariwisata itu, tidak mungkin orang tidak jalan-jalan dan tidak beli oleh-oleh. Kini Di Belitung sudah banyak rombongan anak muda kesana. Mereka menikmati alam. Resikonya kecil. Ini yang bisa mulai bidik, anak-anak muda, ibu-ibu muda, yang sudah mulai ‘boring-boring’ di rumah menikmati alam, menikmati laskar pelangi.

“Kalau ini booming, saya yang dapat berkahnya juga. Tetapi bagaimana cara mendatangkannya sekarang di masa pandemi ini?” tutur Darmansyah yang lahir di Gantung, Belitung Timur ini.

Seraya santai dirinya berkelakar, “Yaa …murahin pesawatnya, murahin rapid testnya dan murahin swab nya. Dan Bangka Belitung sudah menyumbang 30% untuk ekonomi Kepulauan Bangka Belitung secara keseluruhan. Bangka Belitung kini dikenal oleh banyak orang. Dulu Belitung tidak dikenal orang, sekarang Belitung sudah dikenal orang, dan pada saat orang kesana tidak kecewa.

Beda dengan waktu 20 tahun lalulah. Transportasi bagus, jalan mulus, listrik juga sudah berlebihan. Dulu saat di Komite VIII bisa telpon Ke PLN. Bahkan saaat menjabat sebagai Bupati, pernah dirinya menggunakan dana APBD Bangka Belitung untuk membuat jaringan listrik menyala.

“Saya melayani rakyat saya yang tidak ada listriknya,” ungkapnya.

Baginya untuk dapat bangkit, semua harus memiliki jiwa wirausaha, jangan yang tidak bekerja tetapi digaji. Harus menjemput bola. Yang dicontohkan dulu Ia menyantroni Bappenas untuk menawarkan konsep, konsep untuk transmigran,  mulai memperkenalkan tanaman yang bernilai tinggi, memperkenalkan minyak nilam. Bersentuhan dengan teknologi, menyuling. Kita ajarkan. Lahan pekarangan yang ada pun kita contohkan untuk ditanami.

“Tawarin ke Bappenas, untuk transmigran, kita ajarkan, setelah itu dilepas. Membantu ekonomi mereka membaik, mereka sejahtera,” ucap Darmansyah Husein.

Dirinya pun berharap DPD RI mendapat kewenangan dalam RUU, karenanya butuh Amandemen DPD dulu. Saya ikut mikir juga. Dulu saya di Sekretariat  Fraksi PBB. Senator tulisnya doang yang besar. Namun kewenangannya kecil, katanya berkelakar.

Diakhir perbincangannya, saat disinggung soal Dana Bagi Hasil Kelapa Sawit, Darmansyah menuturkan bahwa dirinya kerap mengumpulkan pengusaha kelapa sawit dan bertanya mengapa pemerintah daerah tidak mendapat apa-apa dari hal itu.

Ternyata atasan tertinggi dari Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia itu adalah Pengusaha Malaysia. Datang bosnya dari Malaysia. Dikatakannya, Kilang kami di Malaysia under capacity, jadi belum terisi. Maka tidak bisalah, terisi sekian untuk produk CPO yang dikembangkan.

Tak sampai disana pula, bahkan diceritakan kalau pengusaha Indonesia hanya perantara aja. Pemborong saja sebenarnya. Saham nya itu saja dibawah tangan, tapi yang punya Malaysia. Dibelakangnya ‘Jenderal’. Pengusaha Sawit yang sudah macet-macet dibeli. Solusinya, dibuat Darmansyah agar ada sumbangan pihak ketiga dari pengusaha tersebut, pungkasnya.

Leave a Comment
Share
Published by
Denny