Dedi Mulyadi Siap jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Nusantara

satunusantaranews, Jakarta - Pengembangan Vaksin Nusantara oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai kontroversial, karena Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak mengizinkan uji klinis II namun tetap dilanjutkan. Bahkan, sejumlah tokoh nasional telah menjadi relawan uji klinis vaksin tersebut.

Baru-baru, uji klinis Vaksin Nusantara telah diikuti sederet tokoh seperti Aburizal Bakrie, mantan Menkes Siti Fadilah Supari, Anang Hermansyah, Ashanty, dan sejumlah anggota DPR RI. Kini, dukungan terhadap vaksin buatan dalam negeri ini juga diungkapkan politikus Partai Golkar Dedi Mulyadi.

Dedi yang menjabat Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap Vaksin Nusantara. Ia juga tidak mempermasalahkan penolakan terhadap vaksin tersebut. Menurutnya, kontroversi merupakan hal yang lumrah, termasuk produk vaksin (17/4).

Dedi mendukung Vaksin Nusantara salah satunya karena melihat sosok Terawan yang berani. Gagasan untuk mengembangkan vaksin ini dianggap sebagai suatu dobrakan, karena tak banyak pihak berani melakukan itu. Dedi percaya dobrakannya dalam ilmu kedokteran selama ini berhasil menyembuhkan pasien-pasiennya.

“Di Indonesia banyak orang out of the box yang seluruh karyanya sering kali kandas pada aspek-aspek administratif struktural,” ujar dia.

Politikus Partai Golkar itu bahkan mengaku siap menjadi relawan uji klinis Vaksin Nusantara. “Saya siap. Siap disuntik Vaksin Nusantara,” kata Dedi.

Menurut Dedi, Vaksin Nusantara perlu dukungan dari masyarakat agar dapat berkembang. Keterlibatan dalam uji klinis vaksin ini menjadi bentuk kebanggaan dia terhadap Terawan. Ia menyebut Terawan anak bangsa yang telah berkontribusi nyata.

Pengembangan Vaksin Nusantara oleh Terawan menimbulkan kontroversi karena dinilai tidak sepenuhnya menggunakan potensi sumber daya di dalam negeri. Hal itu pun ditegaskan dalam keterangan pers Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).

Pada poin ke-8 dalam pers rilis BPOM, dinyatakan bahwa semua komponen dendritik untuk vaksin diimpor dari luar negeri, tepatnya dari Amerika Serikat. Alasannya, transfer teknologi untuk membuat komponen tersebut membutuhkan waktu 2-5 tahun lamanya.

Penulis: Gharib
Editor: Bambang P

Baca Juga