satunusantaranews, Semarang – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mendukung pengajuan pahlawan asal Kabupaten Jepara, Ratu Kalinyamat, sebagai Pahlawan Nasional dan meminta pemerintah pusat menerbitkan persetujuan gelar pahlawan nasional untuk Ratu Kalinyamat.
“Ratu Kalinyamat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Ia merupakan keturunan dari Raja Demak, Sultan Trenggana, dan diperistri Sultan Hadirin dari Jepara. Suaminya menjadi sultan pemimpin Jepara,” kata LaNyalla saat kunjungan kerja di Semarang (27/1).
Pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Ratu Kalinyamat juga didukung sumber-sumber yang memperkuat peran beliau di masa lampau. Mudah-mudahan ini menjadi pertimbangan pemerintah untuk memberikan gelar bagi Ratu Kalinyamat, katanya. Dan pengajuan gelar pahlawan nasional Ratu Kalinyamat didukung dengan penelitian yang ditulis oleh sejarawan, yakni penulis Portugis Diego da Coute, Franscisco Pares, Afondo de Noronha, Faria a Sousa, dan Martins a El Ray. Selain itu, ada sumber lain yaitu sebuah surat Raja Sebastian untuk Gubernur Noronha. Disamping pengajuan Ratu Kalinyamat juga didukung dua buku lain yang berjudul Jorge de Lemos dan Documentacco Para A Historia Das Missoes Do Padroado Portugues Do Oerientae Insulinda Vol. 4.
Lantas siapa Ratu Kalinyamat … ?
Ratu Kalinyamat lahir jauh kira-kira lima abad sebelum Kartini. Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa ia merupakan putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, Sultan Demak pertama. Bernama asli Ratna Kencana. Beliau menggantikan suaminya Pangeran Hadiri, menjabat sebagai Raja di Jepara.
Sepeninggal mendiang suaminya, internal kerajaan Demak diwarnai konflik kekuasaan. Karakternya yang kuat membuat dirinya dipercaya menjadi tokoh sentral dalam penyelesaian konflik keluarga tersebut. Peran yang dilakukan ini menunjukkan kemampuannya yang melebihi tokoh lain dalam menghadapi disintegrasi Kerajaan Demak. Namanya pun semakin populer di seantero Jepara.
Sejarah Banten juga mencatat bahwa Kalinyamat mengasuh Pangeran Arya, putera dari Maulana Hasanuddin, Raja Banten tahun 1500-an yang nantinya akan menjadi pengganti Ratu Kalinyamat memerintah Jepara. Ia juga memiliki putri angkat bernama Dewi Wuryan, putri Sultan Cirebon.
Selain menjadi tumpuan bagi keluarga besar Kerajaan Demak, Oh iya, tahukah kalian jika Kalinyamat ini digambarkan sebagai single-parent yang bertanggung jawab atas kehidupan anak asuh dan kemenakannya.
Tahun 1500-an, Jepara sudah menjadi kota dagang penting. Aktivitas kelautan dan perdagangan padat, khususnya yang mengarah ke Maluku atau Malaka. Di bawah Ratu Kalinyamat, strategi pengembangan Jepara diarahkan pada penguatan sektor perdagangan dan angkatan laut. Untuk pertahanan, Jepara menjalin kerja sama dengan Johor, Aceh, Banten, dan Maluku. Satu aktivitas yang pada masanya jarang dilakukan kaum perempuan.
Tidak hanya sampai di sana, selama 30 tahun kekuasaannya (1549-1579) Ratu Kalinyamat telah berhasil membawa Jepara pada puncak kejayaan dengan amannya wilayah Kalinyamat dan Prawata yang bebas dari ancaman manapun.
Sumber Portugis menyebutkan bahwa Jepara saat itu sudah menjadi kota pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa dan memiliki armada laut yang besar dan kuat pada abad ke-16. Bahkan ia mampu menampung kapal besar bermuatan 200 ton lebih.
Ketokohan Ratu Kalinyamat jauh melampaui zamannya. Sesuai jabatannya, ia mempunyai pengaruh kuat di bidang politik dan militer. Ia diminta banyak kerja sama militer, salah satunya oleh Raja Johor dalam mengusir Portugis pada tahun 1550. Dan mengirimkan 40 armada kapal yang berisi empat sampai lima ribu prajurit.
Semangat membela tanah air dan melawan Portugis terus berkobar di hati perempuan ini. Lewat lautan, ia terus menggempur Portugis yang berada di Malaka, salah satunya pada tahun 1574. Dibandingkan ekspedisi pertama yang bekerja sama dengan Raja Johor, kali ini ia mengirim armada yang jauh lebih besar yaitu terdiri dari 300 buah kapal layar dengan 15.000 prajurit pilihan, sekaligus dilengkapi dengan banyak perbekalan, meriam dan mesiu.
Tidak ada motivasi politik macam-macam dari Ratu Kalinyamat saat itu. Kegigihannya membantu melawan Portugis, menurut catatan sejarah adalah untuk melindungi kepentingan perdagangan suku-suku bangsa dari berbagai daerah di Nusantara yang sudah lebih dahulu beraktivitas di sana.
Popularitasnya sebagai kepala pemerintahan tidak hanya dikenal di kawasan Nusantara bagian barat saja, tetapi juga Nusantara bagian Timur. Wanita ini merupakan sosok pengecualian yang berhasil keluar dari citra perempuan Jawa pada masanya. Ia bicara lewat karakternya yang kuat.
Jika hidup pada masa ini, kualitas pribadi, karakter dan pencapaian Wanita hebat ini tentu dapat disejajarkan dengan perempuan berprestasi Indonesia yang kita kenal.
Leave a Comment