satunusantaranews, Jakarta – Kementerian Perdagangan bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia menghelat Embracing Jakarta Muslim Fashion Week bertemakan “Local Brand For Global Market” (18/11) di Aquatic Stadium Gelora Bung Karno, Jakarta. Gelaran yang didukung oleh BNI ini merupakan wujud kolaborasi berbagai pihak dan menjadi langkah Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia.
Hadir Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim; Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (UKM) Teten Masduki; Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Angela Tanoesoedibjo; Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid; para duta besar negara sahabat; serta pengarah dan pengurus Komite Promosi Fesyen Muslim Indonesia.
Gelaran terbagi dalam tiga sesi parade fesyen. Sesi pertama menampilkan karya desainer muda dari berbagai sekolah fesyen. Sedangkan sesi kedua dan ketiga menampilkan berbagai karya desainer Indonesia. Dengan kolaborasi sektor swasta, akademisi, asosiasi diarahkan untuk membentuk ekosistem fesyen muslim Indonesia agar dapat menjadi kiblat fesyen muslim dunia, jelas Mendag Lutfi.
Industri fesyen muslim memiliki peluang pasar yang besar. Untuk itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak baik, asosiasi pengusaha, akademisi, dan pemerintah. Tugas Kemendag menjadi agregator menciptakan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia.
Dan industri fesyen muslim bukan hanya dimiliki orang muslim saja. Industri ini akan maju karena keberagaman Indonesia. Diharapkan dengan keberagaman ini memberikan peluang bagi bisnis muslim fashion untuk berkembang, lanjutnya.
Selanjutnya Mendag Lutfi menyampaikan bahwa sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadikan Jakarta sebagai ibu kota fesyen muslim dunia. Untuk itu, dibutuhkan visi dengan menunjukkan identitas nasionalnya melalui fesyen muslim.
“Industri fesyen muslim Indonesia adalah kisah keterbukaan, kreativitas, kewirausahaan hidup berdampingan dengan gaya hidup, perdagangan dan agama. Desainer milenial dan UKM lokal berhasil menarik inspirasi dari keragaman warisan Indonesia yang kaya untuk menciptakan produk dengan karakternya sendiri,” terang Mendag Lutfi.
JMFW menghadirkan parade busana, talk show dan showcase yang melibatkan berbagai desainer, merek, dan mahasiswa Indonesia. JMFW merupakan bukti, Indonesia layak menjadi episentrum fesyen muslim global.
Diharapkan dalam waktu dekat, kita dapat mengumpulkan semua pemangku kepentingan dalam satu ekosistem untuk meraih peluang bersama, untuk kepentingan bersama, tambahnya.
Sementara itu, Wamen Angela menyampaikan, Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia dengan prosentase 13 persen dari populasi muslim dunia. Dengan jumlah populasi muslim yang besar dan usia relatif muda, peluang pertumbuhan industri kreatif muslim, termasuk fesyen terbuka lebar. Dengan didukung pula berbagai keragaman budaya dan tingkat kreativitas yang tinggi, serta adaptasi dari nilai keberlanjutan, Indonesia bisa menjadi trend setter industri fesyen muslim global.
“JMFW merupakan langkah nyata untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat muslim fashion dunia. Diharapkan melalui gelaran ini yang dilanjutkan dengan JMFW 2022 turut mendorong pengembangan fesyen muslim dan kosmetika halal di Indonesia untuk menang di dalam negeri dan mancanegera,” imbuh Wamen Angela lagi.
Sedangkan Arsjad menambahkan, JMFW menunjukan bahwa industri fesyen muslim merupakan salah satu sektor yang menjanjikan di Indonesia. Meskipun, sebagian besar penduduk beragama islam, Indonesia merupakan contoh islam moderat dan toleran.
Muslim di Indonesia berdampingan dengan agama dan kepercayaan lain. Popularitas fesyen muslim modern di Indonesia terus meningkat dan berkembang dari pergerakan religi dan budaya menuju industri fesyen yang mengikuti tren. Peningkatan permintaan busana muslim telah mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim domestik.
“Kecepatan peningkatan permintaan pasar fesyen muslim memberikan peluang baru bagi pelaku bisnis, khususnya desainer muda dan kreatif yang didominasi sektor UKM. Melalui era digital, kita bisa membangun ekosistem yang berkelanjutan untuk industri fesyen muslim, bukan hanya untuk lokal tetapi juga internasional,” ungkap Arsjad.
Dalam sambutannya pula, Wakil Ketua Komite Promosi Fesyen Muslim Nasional Anne Patricia Sutanto mengungkapkan, gelaran ini untuk menyambut JMFW yang akan digelar pada Oktober 2022. Indonesia memiliki keberagaman dalam kesatuan yang disebut “Bhineka Tunggal Ika”.
“Diharapkan seluruh asosiasi terkait, baik dari garmen, tekstil, industri serat di Indonesia dapat berkolaborasi. JMFW akan menjadi wujud kolaborasi dalam membentuk ekosistem dari berbagai industri fesyen, sekolah fesyen, serta teknologi garmen,” ujar Anne.
Pada ajang ini, sebanyak 15 sekolah fesyen turut memeriahkan JMFW. Kelima belas sekolah tersebut yaitu Institut Kesenian Jakarta, ISI Denpasar, Islamic Fashion Institute, Akademi Seni Rupa dan Desain ISWI, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, Institut Desain dan Bisnis Bali, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Sekolah Tinggi Desain Indonesia (STDI) Bandung, Universitas Kristen Petra Surabaya, Politeknik STTT Bandung, Telkom University, LaSalle College Jakarta, Universitas Ciputra Surabaya, dan Universitas Kristen Maranatha.
Menteri Nadiem mengapresiasi karya pelajar dari kelima belas sekolah yang dipamerkan dalam JMFW. “Kita semua patut bangga karena memiliki calon desainer busana handal yang akan memperkenalkan budaya muslim Indonesia kepada dunia melalui buah karyanya,” ucapnya.
Menurut Nadiem, JMFW adalah pintu gerbang untuk mulai menguatkan kolaborasi dunia akademisi dan dunia usaha dalam bidang fesyen.
“Dengan kolaborasi yang memajukan dunia tata busana, saya yakin dalam waktu dekat Indonesia akan menjadi trend setter fesyen muslim di dunia. Marilah kita terus berkolaborasi menghasilkan karya fesyen yang kreatif,” tutup Nadiem.
Leave a Comment