Histori Di Balik Adul dan Atung Ditemukan Berpelukan Di Rawa Gede

satunusantaranews, RawaGede - Hujan masih rintik rintik sisa lebat semalam, suasana kampung Rawagede masih di selimuti dingin dan pekat pagi buta...

Ketika suara sepatu lars tentara kerajaan Belanda memasuki kampung tersebut dari arah rel kereta api....

Ibu Martem tidak akan melupakan kejadian pagi neraka tanggal 9 Desember 1947 tersebut.....

Keluarga Martem tidak akan menyangka malam tanggal 8 Desember 1947 adalah malam terakhir mereka bersama...

Hujan masih rintik rintik membasahi desa Balongsari-Rawagede Karawang, dingin masih menusuk di pagi buta... hampir semua warga desa itu masih terlalap dalam mimpi...

Duk duk...duk tiba tiba dari depan pintu rumah terdengar suara gedoran keras!...

Seisi rumah terbangun...kaget entah siapa dibagi buta membangunkan orang... Pak Martem membuka pintu pertama dan saat baru satu ayunan pintu dorongan kasar dari luar membuatnya terjatuh...

Belum hilang kekagetan Seisi rumah, serombongan tentara baju hijau bule masuk dan memeriksa seisi rumah..

" semua laki laki keluar!" perintah tentara yang tiba tiba masuk ke dalam rumah pak Martem...

Dan tanpa basa basi para tentara bule menarik pak Martem keluar dari rumahnya... Saat bu Martem hendak menyusul..

" Perempuan di tempat!" keluar lagi teriakan dari tentara itu pada Seisi rumah... Bu Martem mengurungkan niatnya karena takut... dilihatnya suaminya didorong ke luar rumah dengan kasar...

Ketakutan masih berlanjut kala tiba tiba ada beberapa tentara bule yang kemudian diketahui Belanda ini menarik kedua adik laki laki bu Martem.....

Adul saat itu berisia 15 sedang kakaknya Atung berusia 17 tahun hanya bisa pasrah saat mereka di gelandang keluar rumah mengikuti suami bu Martem....

Dan... Ya Tuhan.... Adul pun belum sempat berganti baju...hanya bertelanjang dada saat di seret seorang bule dengan kasar.... Bu Martem hanya bisa pasrah saat tangan sang adik Adul sempat memegang tangan kakaknya bu Martem walau hanya sebentar...

Pintu di tutup dengan bantingan keras oleh para tentara tersebut.. Para perempuan didalam rumah termasuk kakak kakak Adul dan Atung hanya bisa menangis.. berlari hendak membuka pintu... namun saat diluar hanya ada kosong... Mereka sudah di bawa entah kemana...

Tak lama dari kejauhan terdengar rentetan bunyi senjata berkali kali... Sekeluarga Martem hanya bisa menduga sambil terus menangis dan memanggil nama nama ayah dan saudara mereka...

Horor masih berlanjut sampai sore tanggal 9 Desember 1947... saat letusan senjata sudah mulai berkurang suaranya, ibu Martem mencari kemana suami dan adik mereka.. sampai ketika ia diberitahu bagaimana kematian suami dan adik adiknya....

" tu ditembakan di situ...darahnya masih ada banyak" ucap sang tetangga, saat ia tanyakan dimana mayat adik adiknya karena mayat suaminya sudah ditemukan dengan posisi terjun ke sawah..

" Pak Martem lari ke kanan tapi di tembak langsung nyebur sawah.. Anak anak mah lari ke kiri sempet jauh tapi dikejar sama tentara.. pas ditembak tu anak berdua pelukan" kisah tetangga itu...

" mayatnya mana?" cecar ibu Martem pada yang melihat kematian kedua adiknya...

" Di buang ke kali tu"...

Berlari bu Martem dan anak perempuannya menuju sungai mencari keberadaan mayat Adul dan Atung... tapi tidak ketemu..

Sampai akhirnya hari jumat mayat Atung dan Adul ditemukan masih dalam posisi berpelukan, walau kondisi mayat sudah rusak dan membusuk tapi mereka dapat dikenali dari cara mereka berpelukan...

Sang ibu Martem hanya terpaku dan menangis lama karena melihat kedua mayat adiknya, ada beberapa lubang peluru yang bersarang di badan mereka... Sore itu juga kedua kakak beradik itu dimakamkan ala kadarnya dengan lubang yg hanya 1 meter dan berkafan sprei kasur...

Saat ini makam kakak beradik itu ada di taman makam Sampurna Raga dibelakang monumen Rawagede...

Kisah mereka menginspirasi patung ibu yang memangku 2 anak di dalam monumen tersebut....

Penulis: Yoga Mulyana
Editor: Bambang P
Sumber: Yoga

Baca Juga