satunusantaranews, Jakarta – Pandemic covid-19 yang selama ini berlangsung memaksa para siswa untuk melakukan pembelajaran tatap muka via online. Hari demi hari mereka mencari ilmu lewat daring. Fenomena ini tentu saja mengubah gaya hidup mereka yang sebelumnya harus masuk sekolah menjadi menetap didalam rumah saja. Lalu apa bedanya dengan gaya khas homeschooling yang sudah ada bahkan sebelum pandemic berlangsung.
Seiring pelaksanaan belajar dari rumah akibat pandemi, konsep ‘homeschooling’ menjadi semakin populer di kalangan masyarakat. Homeschooling adalah metode pendidikan berbasis keluarga yang menjadikan rumah sebagai pusat aktivitas pembelajaran.
SNReaders tahu gak sih kalian kalau sebelum pandemi, data tahun 2015 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebutkan sebanyak 11.000 anak usia sekolah menjalankan homeschooling. Namun, apa benar cara pembelajaran homeschooling ini sama dengan sekolah online?
SNReaders kita kedatangan salah satu alumni homeschool, Bryan namanya. Mendengar akan hal ini Bryan sedikit menentang bahwa homeschooling baginya bukan hanya duduk dirumah dan mendengarkan guru berbicara panjang lebar diujung sana.
“Homeschooling bagi saya itu bukan hanya duduk depan laptop terus dengerin guru aja. Homeschool bagi saya itu bisa belajar dari pengalaman banyak orang. Misalnya dari pengalaman saya. Orang tua saya adalah seorang guru, selama mereka memberikan pelajaran ke muridnya saya akan ikut mendengarkan mereka dan belajar bersama,” urainya.
Lagi pula homeschool itu berbeda dengan sekolah formal yang diharuskan belajar semua mata pelajaran. Ujungnya banyak dari siswa tidak mengerti sepenuhnya.
Bryan mengaku bahwa, poin yang paling utama dalam homeschooling adalah keluarga memegang peran sentral dalam setiap aktivitas pembelajaran anak dan bertanggung jawab memperhatikan kebutuhan mereka.
Orang tua itu mendampingi anak mulai dari menentukan arah tujuan pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang akan diasah, pemilihan kurikulum yang diperlukan, hingga cara belajar keseharian anak. Semua ini dilakukan dengan komunikasi dan dialog dua arah dan terbuka dengan anak.
Sementara itu SNReaders juga kedatangan beberapa siswa yang mengalami fenomena Belajar Via Online seperti Adel dan Adi. Mereka mengaku selama pembelajaran daring berlangsung banyak efek yang mempengaruhi cara belajar mereka, khususnya seperti kurangnya pemahaman selama proses belajar mengajar berlangsung.
“Enggak enak karena pembelajaran di rumah itu bikin susah menangkap pelajaran dan susah memahami materi apa yang dijelasin sama guru. Sedangkan yang enak nya itu kita bisa belajar sambil nonton film nonton YouTube dengerin musik main game bisa juga sambil makan” jelas Adi Minggu (10/10).
Bukan hanya itu mereka juga mengeluh tentang jaringan yang tidak stabil dalam proses pembelajaran berlangsung. “Ada dimana saat jaringan jelek atau kuota abis mendadak misalnya. Bikin gak fokus juga jadinya,” ujar Adel.
Fenomena Belajar Via Online menjadi pengalaman baru buat mereka. Pembelajaran daring yang nampak mirip dengan cara belajar anak homeschooling ini. Dan SNReaders jangan beranggapan bahwa setiap hari hanya duduk di atas kasur, dan lalu mereka mendengarkan guru lewat aplikasi zoom seolah membuat mereka terlihat seperti homeschooling.
Leave a Comment