Hyperfixation Sama Dengan Addict? Bener Gak Sih?

Hyperfixation Sama Dengan Addict? Bener Gak Sih?
Hyperfixation Sama Dengan Addict? Bener Gak Sih?

satunusantaranews, Jakarta - SNReaders, kita yang memiliki Attention Deficit Hyperactivity Disorder tampaknya jauh lebih rentan terhadap Hyperfixation dan Hyperfocus. Apa sih Hyperfixation itu?

Menurut berbagai sumber, Hyperfixation dilihat sebagai bentuk pelarian, tetapi juga merupakan bentuk istirahat. Otak menutup semua tekanan, tekanan, dan ketakutan lainnya. Dan untuk sementara waktu berfokus sepenuhnya pada satu titik yang relatif menyenangkan. Mungkin ini bisa terasa seperti penundaan, tetapi juga memberikan waktu bagi otak untuk pulih dari pusaran tekanan, kecemasan, dan depresi elektro-kimiawi. Kasihan tentang perjalanan rasa bersalah sesudahnya loh SNReaders.

Teknik ini bisa sangat membantu kita loh SNReaders ketika kalian sedang menghadapi ketidakpastian atau situasi di mana kamu tak punya kontrol banyak di dalamnya, ujar Regine Galanti, PhD, pendiri dari Long Island Behavioral Psychology. Pastikan saja kalian tak menggunakan Animal Crossing, Netflix, atau aktivitas hyperfixation lain sebagai cara untuk sepenuhnya menghindari dunia luar atau menumpulkan perasaan kamu 24/7.

Eits, jangan salah dulu bisa saja Hyperfixation ini disalahartikan menjadi addict loh! Nah, dalam istilah yang paling sederhana, kecanduan adalah ketergantungan ekstrim pada fokus tertentu, entah itu kimia, pengalaman atau seseorang. Hal ini menyebabkan penderitaan yang luar biasa seperti kecemasan, agresi dan seringkali konsekuensi ke fisik kita sendiri.

Berbeda dengan Hiper-fiksasi, sebagai perbandingan sering ditandai dengan "periode drop off" di mana minat hilang sepenuhnya, atau keinginan untuk memiliki pengalaman lagi berkurang, hanya untuk dinyalakan kembali selama beberapa hari beberapa waktu kemudian.

Salah satu contohnya Bree C ia mengatakan dirinya tengah Hiperfiksasi oleh series terkenal Harry Potter. “Saya telah hiperfiksasi pada seri 'Harry Potter'. Jauh lebih mudah bagi saya untuk mengatasi kehidupan ketika saya bisa membawa diri saya pergi ke dunia di mana segala sesuatu mungkin terjadi. Ini membantu saya untuk melihat semua karakter yang berbeda dalam film dan dapat menyadari bahwa tidak peduli siapa mereka, dari mana mereka berasal atau seperti apa kepribadian mereka, mereka semua bersatu untuk membentuk sesuatu yang lebih besar. Itu membuat pikiran saya tenang dengan cara untuk fokus berada di tempat lain dan tahu bahwa segala sesuatu mungkin terjadi dengan sihir. Lebih mudah bagi saya untuk terserap ke dalam fantasi daripada fokus pada tekanan realitas.”

Gimana? Apa kalian pernah mengalami fase ini sebelumnya? Hmmm ...

Penulis: Icha
Editor: Nawasanga

Baca Juga