satunusantaranews – Jakarta. Saya ingat situasi di penghujung Maret 2020. Saat itu saya baru pulang dari Edinburgh Skotlandia, untuk satu tugas yang saya kategorikan mission impossible – karena saat itu UK sudah semi-lockdown dan bersiap untuk lockdown penuh. Saya harus mempercepat kunjungan ke Edinburgh karena seluruh tamu hotel diharuskan keluar, hotel harus tutup. Jakarta di penghujung Maret 2020 terbilang punya aura yang cukup mencekam. Masyarakat cukup intens dibombardir berita-berita menyeramkan tentang covid 19. Energi metafisik yang destruktif dan menguatkan rasa takut juga cukup dominan.
Saat itu, narasi yang menguat adalah Indonesia lockdown. Kelompok oposisi kencang sekali mendesak agar Indonesia mengambil kebijakan lockdown. Desakan pada Presiden Jokowi juga muncul dari lingkaran dalam yang terkondisi untuk setuju kebijakan lockdown. Saat Rapat Terbatas dilaksanakan di Istana Negara tanggal 30 Maret 2020, terkesan tinggal ketok palu itu disetujui: 99% Indonesia lockdown.
Tetapi ajaib, Indonesia tak jadi lockdown. Presiden Jokowi mengambil keputusan yang bisa disebut titik tengah: di satu sisi memelihara kesehatan masyarakat sesuai arahan WHO, di sisi lain juga, menghindar dari tragedi lumpuhnya perekonomian yang bisa memicu tragedi turunan.
Situasinya memang dilematis, jika Presiden mengabaikan arahan WHO akan dianggap mengorbankan rakyat dan bisa jadi amunisi untuk menurunkannya seperti Gus Dur diturunkan. Tetapi jika kebijakan lockdown diambil, dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran, kinerja aparat pemerintah di lapangan dalam mengalirkan bantuan, dan terlalu banyaknya orang miskin dengan penghasilan harian, pasti memicu protes dan kerusuhan yang ujungnya juga bisa jadi amunisi untuk menjatuhkan Presiden. Buah simalakama bukan?
Nah, darimana datangnya keajaiban sehingga yang muncul adalah keputusan moderat yang menyelamatkan? Ini tak bisa dimengerti jika hanya menggunakan pendekatan rasional empirik apalagi pendekatan dogmatik. Karena realitasnya, keajaiban ini melibatkan faktor x, faktor metafisik.
Jadi begini, di Indonesia ini ada orang-orang yang bekerja di balik layar, menggunakan energi kosmik. Sejak masa Pilpres, pengumuman pemenang Pilpres oleh KPU hingga saat ini, mereka terus bekerja dengen totalitas penuh. Tentu saja tanpa bayaran finansial karena bukan aparat pemerintah. Kerja mereka, karena dilandasi jiwa yang murni, menarik pertolongan langit – banyak kekuatan dari dimensi luhur yang bekerja dan mendatangkan keajaiban.
Pada kasus Ratas tentang Covid, sebetulnya terjadi benturan energi yang dahsyat karena berbagai kekuatan kegelapan coba mempengaruhi peserta Ratas untuk mengambil keputusan lockdown. Tetapi kekuatan kasih murni yang ternyata menang. Kesadaran peserta Ratas bisa terkondisi untuk mengambil keputusan yang paling menyelamatkan ; Presiden Jokowi memutuskan PSBB bukan lockdown. Ini sebetulnya diluar prediksi pihak-pihak yang ada di balik issue Covid 19. Dalam pekerjaan seperti ini, bisa dibilang, taruhannya juga nyawa. Jadi para tenaga kesehatan, belajarlah untuk mengerti banyak pihak yang sebetulnya sama-sama berjasa untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Anda tak layak mengeluh, karena yang mempertaruhkan nyawa tanpa dibayar juga tak mengeluh. Kita belajar untuk berbakti dengan ketulusan.
Setelah proses ini, tantangan lain tentu saja muncul. Di level aplikasi, PSBB sering ditarik untuk menjadi seperti lockdown. Ini menjadi momentum permainan politik, karena tak semua kepala daerah satu kepentingan dengan Presiden RI. Maka kerja yang kemudian dilakukan oleh para pekerja cahaya adalah memainkan energi untuk mengkonsolidasi kekuatan pemerintah agar solid selaras satu komando di bawah Presiden Jokowi. Dan ini memang terjadi, Pemerintahan Presiden Jokowi makin solid Dukungan TNI dan Polri juga makin bulat. Di sisi lain, pihak oposisi mengalami pelemahan yang signifikan. Di tingkat global, pihak-pihak yang bermain di belakang layar juga bisa dilemahkan secara maksimal. Termasuk dalam hal ini ancaman the second wave bisa diantisipasi. Ini semua tentang permainan energi kosmik.
Kesan inkonsistensi dalam kebijakan, bacalah sebagai dinamika yang wajar dari proses mensolidksn kerja pemerintah yang bagaimanapun ditekan dan ditarik oleh beragam kepentingan yang berbeda-beda. Yang pasti, dibukanya kembali jalur udara pada 8 Mei 2020 merupakan satu sinyal kuat bahwa masa krisis telah terlampaui.
Seiring dengan berjalannya PSBB, selama April – Mei 2020 ini kemudian terbukti bahwa dampak destruksi virus di Indonesia (yang disebut Covid 19 juga meski berbeda dengah 3 tipe Corona yang ada di dunia), jauh dari kata parah. Apa yang dinujumkan oleh para propagandis lockdown sama sekali tidak terjadi. Tidak ada kematian dalam jumlah signifikan yang benar-benar bisa diputuskan ” Kematian karena Corona”. Secara umum juga tidak ada peningkatan signifikan pada mortality rate di berbagai daerah. Intinya terbukti nyata, Indonesia selamat dari dampak tragis lockdown, sekaligus selamat dari ancaman kematian massal akibat epidemi.
Menimbang ini semua, menjadi sangat logis jika Pemerintah Ri mulai berpikir tentang menghidupkan dinamika ekonomi. Itu adakah keharusan karena banyak pelaku usaha dan rakyat yang harus ditolong. Terlambat membuka dinamika ekonomi bisa membuat semakin banyak PHK dan kebangkrutan pelaku usaha di berbagai sektor. Namun, tentu kita tak bisa menuntut semua langsung normal seperti sediakala. Permainan global tentang issue pandemi masih berjalan. Pemerintah bagaimanapun harus mengikuti aturan internasional ; menerapkan protokol kesehatan sebagaimana yang ditetapkan WHO. Lagi-lagi inilah keputusan moderat yang bisa diambil pemerintah. Gegabah dalam mengambil kebijakan seperti dengan mengabaiksn secara terbuka arahan WHO akan sangat membahayakan nasib bangsa.
Nah, justru kitalah yang kemudian harus melakukan langkah-langkah yang tak bisa dilakukan pemerintah tapi mendukung pemerintah untuk mencapai visi bersama: Indonesia Selamat
Pertama, bersikaplah bahwa sebetulnya kehidupan memang sudah normal. Bersukacitalah dan bebasksn diri dari segala ketakutan akan ancaman Covid 19 yang diisukan sangat berbahaya. Sadari bahwa ivirus ini adalah virus dengan tingkat bahaya rendah, mirip dengan virus flue biasa. Tidak adanya perbedaan signifikan antara Mortality rate per bulan pra dan selama issue covid, juga sangat rendahnya angka kematian murni karena covid (dan ini memang tak dipublikasi terbuka), bisa menjadi acuan kita. Jika belum percaya kesimpulan saya silakan selami data yang valid dari berbagai sumber. Catatannya, jika kita ke ruang publik ya tetap hormatilah pemerintah dengan ikuti protokol yang ada, meski Anda tahu pasti Anda selalu aman karena punya imunitas memadai.
Kedua, mari kita agresif menebar vibrasi yang optimistik dan membawa harapan serta kesukacitaan. Lewat berbagai media, kita lawan segala narasi yang gelap dan menakut-nakuti. Sebarkan data yang akurat tentang realitas dari issue covid ini, yang mrmbuat rakyat mengerti bahwa tak ada yang mereka perlu takutkan. Bahwa ada permainan global yang hendak membodohi bangsa kita dan itu ditunggangi para politisi lokal yang opportunis beserta seluruh pendukungnya.
Ketiga, mulai praktikkan gaya hidup spiritual berdasarkan Pancasila yang memastikan keagungan bangsa ini bisa pulih. Kita ini punya tradisi keheningan yang memastikan kita punya imunitas kuat untuk melindungi diri dari segala virus Kita juga punya tradisi penyembuhan dan pengobatan yang hebat. Jadi kita tak lagi sepenuhnya tergantung kepada layanan kesehatan modern yang berkaitan erat dengan kepentingan industri farmasi yang kadang jadi sangat serakah.
Keempat, buatlah mahakarya sesuai talenta Anda untuk memajukan bangsa ini dan menyongsong era keemasan. Situasi sulit karena issue pandemi ini justru menjadi momentum percepatan bagi bangsa ini untuk mencapai era keemasannya. Guna memastikan pencapaian visi itu, kita harus berkontribusi dengan inovasi di berbagai bidang : spiritual, teknologi, pendidikan, ekonomi dan lainnya. Kepemimpinan Presiden Jokowi semakin teruji, ia akan menuntaskan tugasnya untuk membawa bangsa ini mengarungi masa transisi yang penuh tantangan. Kita genapi itu dengan sumbangsih yang nyata sehingga bangsa ini makin maju dan sejahtera.
Bersukacitalah. Indonesia pasti selamat dan kita songsong bersama era keemasan Indonesia. (md/foto ist – ilustrasi)
Sumber: Kita Sukses
View Comments
Cakeeep