satunusantaranews – Jakarta. Pada bulan Februari 2020, Jokowi menyampaikan harta kekayaannya dalam LHKPN, tercatat sebesar Rp 54,71 miliar atau tepatnya Rp 54.718.200.893. Kekayaan itu sebagian besar didapatnya dari usaha Mebel.
Kalau dibandingkan harta Jokowi dengan elite partai lain. Itu secuil. Bayangkan saja HT ketua Umum Perindo punya salah satu rumah di AS, yang bekas tempat tinggal Trumps. Harganya mencapai USD.13,5 juta setara Rp 193,32 miliar dengan asumsi kurs rupiah 14.320/US$.
Surya Paloh punya jet pribadi senilai Rp. 340 miliar. Ketua Umum Partai Geridra , Prabowo juga punya jet pribadi jenis Embraer Legacy 600 yang ditaksir senilai Rp. 375 miliar.
Itu hanya sebagian harta yang mereka punya. Kalau anda ke Sentosa tempat judi di Singapore, banyak pejabat dan elite partai serta pengusaha rente yang menghabiskan uang miliaran di meja judi. Itu biasa saja.
Memang dengan harta sebesar Rp. 54,7 miliar itu menempatkan Jokowi sebagai middle class di Indonesia. Tetapi bukan middle class yang the have. Karena sebagian besar harta itu berupa property yang nilainya naik karena taksiran pasar. Bukan nilai sebenarnya.
Jokowi tidak punya uang cash yang besar untuk dia dan keluarganya hidup hedonis.
Tentu tidak mungkin bisa disandingkan dengan keluarga suami Syahrini yang menghadiahi Apartemen seharga Rp. 91 miliar.
Semua putra dan menantu Jokowi memilih wiraswasta yang tidak ada kaitan dengan jabatan Jokowi sebagai presiden.
Jadi tidak mungkin mereka bisa mendapatkan harta dengan mudah lewat bisnis rente.
Para elite partai dan konglomerat yang ada sekarang ini berkat akses kepada kekuasaan sebelum era Jokowi.
Mereka menikmati bisis rente karena punya akses atau koneksi kepada penguasa.
Artinya kekuasaan bagi sebagian orang memang sumber uang. Tetapi tidak bagi Jokowi.
Teman saya pengusaha pernah berkata kepada saya “ Satu satunya alasan sampai sekarang tidak ada satupun orang bisa menjatuhkan moral Jokowi adalah karena dia tidak korupsi dan tidak memperkaya diri. Akibatnya soal issue lain yang bernada negatif terhadap Jokowi , itu menjadi sampah. Semakin Jokowi dihujat dengan segala issue miring, semakin bersinar Jokowi.
“ Selagi dia setia dengan istrinya, menjaga anak anaknya tetap pada batas moral yang patut, dan tidak korup, dia tetap akan terhormat.
Hujatan tidak akan membuat dia hancur. Karena dia hidup tidak berharap pujian dan juga tidak ada waktu memikirkan orang yang menghujatnya.
Orientasinya bukan lagi harta dan tahta tapi Tuhan.
Lebih romantis lagi, dia hidup untuk Tuhan, dan cukuplah Tuhan sebagai tempat berlindung dan kembali, ” ujar nya.
“ Memang yang tersulit itu adalah orang kaya hidup sederhana. Dan lebih sulit lagi orang punya kekuasaan, tetapi dia tidak tergiur menggunakan kekuasaan itu untuk memperkaya diri.
Itulah yang sulit ditiru dari Jokowi. Di tengah hujan dia tidak basah. Di tengah kemarau dia tidak kehausan. ia punya harta dan punya kekuasaan tetapi dia tetap sederhana.
Kalaulah bukan karena kekuatan spiritual yang dia miliki engga mungkin dia bisa setabah itu.“ Katanya.
“ Dan sikap hidup sederhana itulah yang membuat semua kekuatan yang ada disekitarnya, baik politisi, maupun ormas, kalah aura kalau ingin menekannya.
Cukup ia diam saja, orang sudah kebingungan duluan.
Salah satu CEO perusahaan multinasional yang pernah dapat kesempatan selfi dengan Jokowi di Beijing pada acara APEC sempat bilang “ Too humble. There is no leader like him” Terlalu sederhana. Tidak ada pemimpin (di dunia ) yang seperti dia.
Berkah Indonesia bukan hanya SDA tapi juga adalah dapat pemimpin seperti Jokowi.” ungkapnya.
“ Ya menjadi pemimpin itu adalah pilihan terberat bagi setiap orang. Bahkan bagi ulama yang sholeh, hal yang paling ditakuti adalah kekuasaan. Karena tidak banyak orang bisa selamat dari cobaan karena kekuasaan. Dari kekuasaan itu orang punya akses terhadap segala sumber daya dan tentu tidak sulit menjadi kaya raya.
Tentu sangat mudah tergelincir.
Bapak Jokowi melaksanakan tugas amanah dengan egaliter. Tak terdengar dia sakit keras.
Padahal beban kerjaan sangat berat dan resiko politik juga tidak kecil.
Bayangkan saja, berkali kali ia didemo secara kolosal.
Pada akhirnya dia juga yang menang dan yang membencinya dapat malu.
Di tengah krisis dan pandemic, beliau tanpa takut membuat keputusan PSBB dan mengeluarkan stimulus ratusan triliun. Kalaulah dia punya kepentingan pribadi engga mungkin beliau seberani itu.
Namun sampai kini beliau baik-baik saja. Itu karena ke ikhlasan yang tinggi.
Dan tentu menjadi pribadi yang ikhlas itu tidak mudah. “ ujar nya.
Sumber : Erizeli Jely
Leave a Comment