Hiburan

Kamu Termasuk Duck Syndrome Gak Nih, SNNers?

satunusantaranews, Jakarta – Pernah melihat seseorang sukses dengan kariernya dan bahagia? Hmm bisa jadi mereka tengah mengalami Duck Syndrome.

 

SNNears, pernah mendengar istilah duck syndrome? Duck syndrome atau sindrom bebek pertama kali dikemukakan di Stanford University, Amerika Serikat, untuk menggambarkan persoalan para mahasiswanya.

 

Istilah ini menganalogikan bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air.

 

Hal tersebut ternyata dikaitkan pada kondisi di mana seseorang yang terlihat tenang dan baik-baik saja, tetapi sebenarnya ia mengalami banyak tekanan dan kepanikan dalam mencapai tuntutan hidupnya, misalnya nilai bagus, lulus cepat, atau hidup mapan, atau memenuhi ekspektasi orang tua dan orang di sekitarnya.

 

Namun, SNNears ternyata untuk Duck syndrome hingga saat ini belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental looh.. Umumnya fenomena ini dialami oleh mereka yang masih berusia muda, misalnya siswa, mahasiswa, atau pekerja.

 

Ya… Meskipun merasakan banyak tekanan dan stres, sebagian penderita duck syndrome masih bisa produktif dan beraktivitas dengan baik. Hal ini mungkin terkait dengan perilaku stoicism atau ketabahan yang kuat.

 

 

Eits, jangan santai-santai saja dengan Syndrome ini…. ternyata orang yang mengalami duck syndrome juga berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan tertentu, seperti gangguan cemas dan depresi.

 

Ada beberapa faktor yang membuat duck syndrome ini terjadi. Salah satunya adalah beberapa tuntutan dari internal. Seperti tuntutan keluarga yang mengharuskan kita untuk menggapai ekspektasi tinggi mereka.

 

Yang paling sering terjadi di era digital seperti ini ialah pengaruh media sosial. Misalnya terbuai ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut. Waduh, ini sih sering terjadi…

 

Menurut beberapa sumber menunjukkan bahwa beberapa penderita sindrom ini sering kali akan merasa cemas, gugup, tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia. Selain itu, mereka juga mungkin akan merasa sering susah tidur, pusing, dan susah konsentrasi.

 

Orang yang menderita duck syndrome juga cenderung suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dan sempurna darinya.

 

Mereka juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.

 

Persaingan hidup, misalnya dalam soal akademik, bisnis, dan pekerjaan, merupakan bagian dari kehidupan yang tak bisa dipungkiri. Namun, bukan berarti hal tersebut boleh dijadikan alasan bagimu untuk mengabaikan kesehatan mentalmu, lho…

 

Ingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan semua orang memiliki perjuangannya masing-masing.

Leave a Comment
Published by
Kahfi SNN