satunusantaranews, Jakarta – Kemenangan Greysia Polii dan Apriani Rahayu dengan mendapatkan medali emas pada sektor bulu tangkis ganda putri di Olimpiade Tokyo 2020 sesungguhnya kemenangan dari Tuhan Yang Esa. Kemenangan yang mencuri perhatian hampir seluruh masyarakat di Indonesia, termasuk Presiden Jokowi.
Apalagi kedua atlet ini mendapatkan kesempatan melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Tokyo. Sungguh anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Kemenangan ini menjadi suatu kebanggaan Indonesia di saat sekarang negara Ibu Pertiwi ini dilanda Pandemi. Semua orang sedang khawatir tidak bisa menjalani hidup normal. Ekonomi menurun. Dan seterusnya. Tapi, di tengah kesedihan ini Tuhan hibur dengan kemenangan atlet bulu tangkis tersebut. Sungguh kado yang luar biasa!
Ada banyak hal yang perlu kita garis bawahi dari kemenangan ini. Pertama, yang paling penting adalah bersyukur bahwa segala apa yang diraih berupa kemenangan sesungguhnya dari Tuhan Yang Esa. Tidak boleh kemenangan ini menjadikan kita bangsa yang congkak dan sombong. Bentuk syukur ini persis yang dilakukan Nabi Muhammad ketika menggapai kemenangan dengan kedatangan manusia berbondong-bondong untuk memeluk Islam. Nabi bertasbih dengan memuji Tuhannya.
Kedua, kemenangan ini membawa kebanggaan yang terus dikenang sampai kapanpun. Kemenangan ini dapat memperkenalkan Indonesia di penjuru dunia. Paling tidak membuktikan bahwa sistem negara demokratis ini tidak seperti tuduhan pengusung khilafah yang menyebutkan bahwa sistem Indonesia tidak berdaya guna karena tidak mampu menghadirkan kemaslahatan. Ketika kemenangan tiba, kemana suara pengusung khilafah?
Khilafah memang bukanlah syariat Islam. Itu hanyalah politik kotor yang dapat menghadirkan kemafsadatan. Nabi sendiri dalam memimpin sebuah negara tidak menggunakan sistem khilafah. Sehingga, sistem ini dari dulu sampai sekarang belum mencapai titik klimaks. Titik klimaks yang saya maksud adalah kehadiran seorang pemimpin di seluruh dunia.
Baca Juga: Sambut Kepulangan Tim Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020 di Soekarno Hatta
Benar, kata Tuhan, bahwa sesuatu yang hak (benar) akan abadi, sebaliknya sesuatu yang batil (salah) akan binasa. Terus, khilafah masuk pada bagian yang mana, yang benar atau yang salah? Jika melihat perkembangannya, khilafah justru tidak mendapatkan tempat yang lega di seluruh negara, termasuk di Indonesia.
Pemerintah Indonesia sendiri melarang doktrin khilafah tumbuh dan berkembang di negara demokrasi ini. Maka, harus ditolak atau dibubarkan karena doktrin khilafah adalah ilegal. Tidak diterimanya khilafah di Indonesia mengisyaratkan bahwa doktrin ini tidak benar alias batil.
Meski, ada segelintir orang yang terpapar doktrin menyesatkan ini. Kita doakan, siapapun yang terpapar akan mendapatkan hidayah untuk hijrah ke jalan yang benar yakni moderasi. Sudah banyak warga Indonesia yang hijrah ke jalan kebenaran ini setelah mereka pada mulanya jahiliyah.
Sebut saja, Ayik Heriyansah yang pernah bergabung menjadi Ketua DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bangka Belitung. Ketika hijrah, Ayik Heriyansah menjadi orang yang berada di garda terdepan menolak doktrin khilafah yang dulunya diagung-agungkan. Ia terus melakukan kontra narasi, baik lewat tulisan maupun lewat seminar. Kontra narasi ini menjadi penebus atas dosa sosial yang dilakukannya sebelumnya. Ia bersyukur mendapatkan celah cahaya hidayah yang dapat mengantarkannya kembali ke pangkuan NKRI.
Dan kemenangan yang diraih Greysia dan Apriani menjadi bukti bahwa NKRI tidak seburuk yang dituduhkan oleh pengusung khilafah. NKRI adalah negara yang mampu mencetak anak bangsa yang berprestasi dan dibanggakan semua umat. Shallallah ala Muhammad.
Leave a Comment