satunusantaranews, Jakarta – Pemerintah terus mendorong para penggiat food startup untuk terus berkarya sebagai ekosistem pariwisata di negeri sendiri. Tentu saja hal ini dibuktikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui gelaran Food Startup Indonesia (FSI).
Demoday FSI 2021 yang berlangsung secara hybrid dalam bingkai protokol kesehatan yang ketat dan disiplin, dihelat selama 3 hari mulai 5 – 7 Oktober 2021 di Hotel Marriot, Yogyakarta.
“Sejak tahun lalu gelaran FSI berperan sangat penting di tengah situasi pandemi COVID-19. Kegiatan ini menunjukkan kerja bersama yang baik antara pemerintah, investor, dan pihak terkait lainnya dalam membantu UMKM agar tetap optimistis melewati situasi sulit ini,” ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno (5/10).
Pelaksanaan Demoday ini merupakan tahapan yang sangat ditunggu para finalis setelah melalui proses seleksi yang ketat sejak Maret 2021. Acara ini berisikan direct mentoring, business coaching, akses permodalan, dan pemasaran bagi seluruh finalis.
Pada tahapan mentoring, FSI menghadirkan puluhan narasumber yang mempunyai expertise di bidang kuliner, bisnis, serta ekosistemnya. Terdapat 30 mentor yang hadir antara lain Nilamsari (Founder and CEO Sari Kreasi Boga), Ahmed Tessario Ekanuramanta (CEO Sirtanio Organik Indonesia), juga Yustinus Agung Nugroho (CEO Ultra Indonesia). Setiap peserta akan mendapatkan ”coaching” dari masing-masing mentor yang telah ditentukan atas produk yang dimiliki.
Setiap tahunnya, proses kurasi dilakukan untuk memilih yang terbaik dari berbagai macam usaha kuliner. Kurator yang terlibat berasal dari berbagai bidang seperti investasi, finansial, dan lembaga pemerintahan. Mereka melakukan seleksi berdasarkan pitchdeck peserta yang akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk finalis FSI 2021 sendiri, berdasarkan kategori usaha terdiri atas dua. Yaitu 54 food manufacture (59,3%) dan 37 food service (40,7%). Sedangkan ditinjau dari demografi kota asal, finalis FSI tahun ini berasal dari sembilan provinsi dengan dominasi masih dari provinsi di Pulau Jawa.
Adapun data provinsi finalis FSI yaitu DKI Jakarta (23,5%), Jawa Barat (15,3%), Jawa Timur (12,2%), Jawa Tengah (11,2%), Banten (10,2%) DI Yogyakarta (8,2%), Riau (5,1%), Aceh (2%), dan Sumatra Utara (2,0%). Jika dilihat dari kota asal, seluruh finalis tahun ini berasal dari 46 kota dan kabupaten di Indonesia.
Hal penting lainnya yaitu bentuk badan usaha para finalis FSI tahun ini. Terdapat 45 finalis (49,5%) berbadan usaha CV, 43 berbentuk PT (47,3%), dan hanya tiga yang masih belum berbadan usaha (3,3%). Sesuai dari proposal yang diajukan, terdapat beberapa tingkatan dukungan pendanaan yang dicantumkan finalis dalam pitchdeck mereka. Kebutuhan dana yang paling banyak ada pada tiga kelompok, yaitu besaran Rp300 juta-Rp500 juta yang diajukan oleh 38,5% peserta, disusul berturut-turut besaran Rp1 miliar-Rp5 miliar (17,6%), dan Rp50 juta- Rp300 juta (16,5%). Terakhir berdasarkan gender, perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 59,3%: 40,7%.
Hanifah menjelaskan, di tengah situasi pandemi yang berangsur terkendali, komitmen Kemenparekraf/Baparekraf yang didukung Ultra Indonesia dalam menyelenggarakan FSI semakin besar.
“Seperti halnya subsektor lainnya, kami sangat bangga dengan sektor kuliner yang terus optimistis meski dalam situasi sulit. Sehingga kami akan terus menghadirkan dan mengoptimalkan FSI sebagai salah satu fasilitator strategis bagi peningkatan kapasitas bisnis teman-teman di industri kuliner. FSI merupakan contoh penting kerja kolaboratif semua pihak untuk keluar dari krisis pandemi COVID-19”, pungkas Hanifah Makarim.
Leave a Comment