satunusantaranews, Jakarta – ” … harus membuat pengakuan,
| telah merahasiakan ini selama
| bisa mengingat. Begitu banyak yang telah terjadi sehingga
| pikir ini adalah waktu yang tepat untuk akhirnya mengaku.
| dilecehkan secara seksual oleh ayah kandung saya saat
| masih muda, sulit dipercaya bahwa
| masih ingat dengan jelas.
| tahu itu salah bahkan saat itu juga tapi
| masih muda,
| takut dan malu untuk menjangkau siapa pun, jadi
| menguburnya. Tumbuh dengan kenangan seperti itu sulit, terutama kembali ke rumah di mana hal-hal seperti itu dianggap tabu, itu juga alasan lain mengapa
| meninggalkan negara saya di usia muda untuk melupakannya dengan harapan | bisa melanjutkan.
| tidak dapat menyangkal bahwa itu sangat mempengaruhi saya.
| beralih ke alkohol dan obat-obatan, apa pun yang bisa membuatku merasakan sesuatu. Saya tidak bangga akan hal itu tetapi memang itulah adanya.
| tidak pernah mengerti mengapa orang mengagumi saya, | merasa seperti sedang membodohi semua orang.
| berantakan, hanya mencoba mencapai impian saya dan melupakan rasa sakit saya. Tidak peduli seberapa kacau | dapatkan atau tempat indah
| pergi,
| benci bahwa dia ada dalam darahku dan dia membuatku. Rasa sakitku menyebabkan lebih banyak rasa sakit saat
| jatuh ke dalam depresi berat, untuk waktu yang lama
| terjebak.
| tidak bisa membuat,
| tidak bisa bergerak maju, rasanya seperti terjebak dalam ketidakpastian. Itu mempengaruhi pernikahan pertamaku,
| kehilangan banyak teman baik di sepanjang jalan karena
| sangat membenci diriku sendiri
| tidak bisa menerima cinta dan bantuan.
| merusak dan
| masih.
| mengalami lima kali percobaan bunuh diri yang gagal,
| gantung diri sekitar sebulan yang lalu, tetapi dua orang menyelamatkan saya. Pacar saya menyelamatkan saya, dia selalu ada untuk saya sejak
| bertemu dia.
| sangat dekat tapi
| kurasa itu bukan waktuku lagi.
| melakukan itu karena
| lelah, gagasan tentang mati adalah pelepasan dari hidup, mengatasi rasa sakit hampir setiap hari. Bunuh diri mungkin terdengar egois bagi Anda, tetapi jika Anda menderita begitu lama, ceritanya berbeda. Satu-satunya alasan kenapa aku angkat bicara sekarang adalah karena
| merasa seperti
| harus. Saya orang Indonesia, saya bangga menjadi orang Indonesia, tetapi sayangnya, kesehatan mental sering diabaikan di rumah dan ini adalah masalah yang tidak dibicarakan secara terbuka.
| tidak bisa cukup menekankan betapa pentingnya masalah ini, kami harus baik-baik saja untuk membicarakannya, Anda tidak boleh malu jika memang begitu. (lanjutan J)
Inilah sepengal curhatan yang diduga menjadi penyebab kematian model Indonesia Dylan Sada (bernama lengkap Aldila Wulandari Perez, red). Sementara kantor koroner New Orleans di negara bagian Louisiana, lembaga di AS yang menyelidikinya bahwa kematiannya yang tidak wajar. Penyebab dan cara kematiannya masih diselidiki dan hasil otopsi masih memerlukan waktu sekitar enam minggu untuk diselesaikan.
Perempuan 36 tahun itu diketahui meninggal dunia di sebuah rumah di jalan Congress, New Orleans, pada Minggu (8/11). Rumah itu dimiliki seorang warga AS yang kini bermukim di Los Angeles. Kabar meninggalnya Dylan itu dikonfirmasi oleh pihak keluarga, termasuk adiknya, Aldita Namira. Dalam sebuah unggahan di Instagram Senin (9/11), Aldita menulis “Istirahat dengan damai, Kak…”. Dylan dimakamkan di pinggiran New Orleans.
Dylan adalah seorang model dan fotografer Indonesia yang sudah tinggal belasan tahun di AS. Sebelum tinggal di New Orleans, Dylan pernah menetap cukup lama di New York City. Di kota the Big Apple tersebut, dan sempat bercerita tentang kasus kekerasan domestik yang dialaminya dan berharap agar perempuan lain yang bernasib sama, berani buka suara.
“Para wanita Indonesia, kalau kamu mengalami hal seperti ini, jangan takut karena kamu ngga sendiri, dan isu ini nyata, benar-benar terjadi, dan bukan sesuatu yang harus bikin kamu malu. Harus berani bicara, karena itu sakit sekali. Aku tahu rasanya…. Apalagi kalau kamu sayang sama orangnya, akan lebih susah lagi. Bicara sama orang. Ada bantuan di luar sana kalau kamu perlu bantuan,” ujar Dylan.
Dari berbagai unggahannya di media sosial, Dylan terlihat cukup terbuka mengenai tantangan hidup yang dihadapinya. Dalam salah satu unggahan pada Maret 2018, ia mengaku pernah mengalami trauma masa kecil yang memicunya melakukan percobaan bunuh diri sedikitnya lima kali, sambil berusaha meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental.
“Satu-satunya alasan saya buka suara adalah karena saya merasa harus melakukannya. Saya orang Indonesia, saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sayangnya kesehatan mental seringkali diremehkan di sana dan merupakan isu yang tak dibicarakan secara terbuka.”
Jadi apabila melihat pesan atau unggahan seorang kawan yang terdengar mengkhawatirkan, jangan ragu-ragu untuk menghubunginya dan menawari bantuan, namun tetap menghormati privasi orang tersebut. Yang penting ketika kita reach out, kita memberikan pesan bahwa ada orang yang peduli, ada yang mau hadir untuk mereka. Dan ini adalah suatu hal yang penting untuk mereka ketahui.
Leave a Comment