satunusantaranews, Jakarta – Gempa 6,2 Magnitudo yang mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar) memakan banyak korban. Selain kerusakan infrastruktur, terjadi pengungsian masyarakat yang terdampak gempa. Mereka mendiami posko-posko darurat pengungsian. Berdasarkan informasi, tidak sedikit, pengungsi mengalami sakit. Batuk, sesak nafas dan gatal-gatal merupakan hal sering dikeluhkan. Ini diperburuk oleh musim penghujan. Kondisi seperti itu menyebabkan pengungsi rentan terkena penyakit.
Prof. Sylviana Murni, Ketua Komite III dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DKI Jakarta, menyatakan keprihatinan kondisi di atas. Menurutnya, perlu upaya serius dari semua pihak untuk memastikan agar kesehatan pengungsi di posko darurat tidak memburuk. Untuk itu, mendesak segera dibentuk posko kesehatan di pengungsian. Dengan posko kesehatan, pemeriksaan pada pengungsi yang mengalami keluhan kesehatan dapat dilakukan secara lebih baik. Dengan demikian dapat diantisipasi potensi penularan penyakit sehingga tidak menambah beban korban gempa. Selasa, (19/1/2021).
Senator asal DKI Jakarta tersebut menyerukan semua pihak untuk melakukan sinergi dalam pembentukan posko kesehatan. Keterlibatan pro aktif pemerintah, baik pusat maupun daerah, swasta, relawan sosial-kesehatan akan memperkuat fungsi posko kesehatan di tempat pengungsian.
Pasca gempa bumi 6,2 SR yang mengguncang wilayah Sulbar, warga masih bertahan di tenda pengungsian. Salah satunya di posko pengungsian Kecamatan Ulumanda. Diharapkan terbentuknya posko kesehatan akan mengurangi keluhan pengungsi yang menderita sakit namun kurang mendapat penanganan yang optimal.
Leave a Comment