satunusantaranews, Jakarta – Menteri LHK Siti Nurbaya menyerahkan 10 penghargaan Kalpataru kepada tokoh dan kelompok masyarakat, di Jakarta. Mereka merupakan sosok yang dinilai berhasil dalam pelestarian lingkungan melalui prakarsanya sendiri. Penghargaan tahun ini dibagi ke dalam sejumlah kategori yaitu, Perintis, Pengabdi, Penyelamat, dan Pembina, serta Penghargaan Khusus.
“Kita bersyukur karena kita masih memiliki pejuang-pejuang lingkungan di Indonesia yang mengabdi dan berkorban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan. Penerima penghargaan Kalpataru adalah tokoh penting dalam bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Oleh karena itu, yang menerima Penghargaan Kalpataru adalah individu perseorangan atau kelompok yang distinctive, berbeda dari yang lain,” kata Menteri Siti.
Untuk Kategori Perintis, penghargaan diraih Zeth Wonggor, dari Kabupaten Manokwari, Papua Barat, dan Sadikin dari Kabupaten Bengkalis, Riau. Lalu di Kategori Pengabdi, penghargaan didapat Wasito dari Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, dan Saraba Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara untuk Kategori Penyelamat diperoleh Masyarakat Hukum Adat (MHA) Punan Adiu, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara; Komunitas Hatabosi (Haunatan, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap) Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara; dan Bening Saguling Foundation Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan Kategori Pembina diberikan kepada Ir. Ida Ayu Rusmarini, MP dari Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali; Zofrawandi dari Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat; dan RB. Sutarno Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Dan Penghargaan Khusus dianugerahkan kepada Kelompok Pelestarian Cendrawasih “Botenang” Sawendui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, dan Yal Yudian Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, mengatakan kearifan-kearifan yang hidup di seluruh nusantara, yang lahir dalam kosmologi budaya, sudah seharusnya dibuat dalam artikulasi konstitusional yang dibuat dalam Peraturan Daerah sampai Undang-Undang. Menurut Dedi, manusia yang berbudaya adalah manusia yang mensenyawakan diri dengan alamnya, dan dengan Tuhannya. Mereka inilah yang bisa disebut nasionalis sejati.
“Kerangka berfikir inilah yang harus diusung, karena seluruh ajaran keyakinan di Indonesia, menggambarkan tentang tidak terpisahnya manusia dari lingkungannya,” ungkap Dedi.
Dari Anggota Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru, Imam Prasodjo, mengungkapkan bahwa para penerima penghargaan Kalpataru merupakan sosok yang luar biasa, karena mampu keluar dari zona nyaman untuk menemukan solusi melestarikan lingkungan. Mereka adalah sosok-sosok yang berani mendobrak pakem, menjadi pendorong tumbuhnya harapan positif di tengah situasi sulit ini. Kita sangat membutuhkan orang-orang seperti mereka di negeri ini, ungkapnya.
Selama 40 tahun penghargaan Kalpataru, pemerintah telah menganugrahkan 388 penghargaan Kalpataru. Oleh karenanya, Kalpataru memiliki nilai prestise yang tinggi di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui Kalpataru, publik dapat melihat contoh nyata yang ditunjukkan oleh para pejuang Kalpataru di tingkat tapak. Peran mereka memberikan dampak bagi keberlanjutan ekologi, sosial, dan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, pada kesempatan tersebut, Menteri LHK Siti Nurbaya juga memberikan penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra kepada Kepala Daerah dan DPRD Tingkat Provinsi yaitu Propinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Barat, yang telah berperan aktif dalam pembangunan Lingkungan Hidup.
“Keberhasilan seorang kepala daerah antara lain ditopang oleh dua hal yaitu programnya didukung oleh DPRD atau legislatif, dan implementasi programnya dilaksanakan oleh birokrasi yang baik,” katanya.
Ketua Tim Panelis Nirwasita Tantra, Hariadi Kartodihardjo, mengatakan pada proses penilaiannya tidak hanya terkait dengan aspek administrasi saja. Tapi inti dari Nirwasita Tantra ini adalah diadopsinya sebuah fakta di lapangan berdasarkan angka-angka dan pemberitaan media dan seterusnya, yang direspons positif baik oleh eksekutif dan dukungan oleh legislatif, tuturnya.
Adapun penerima penghargaan Green Leadership untuk Kepala Daerah Tingkat Provinsi Kategori Peringkat Harapan adalah Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; Penghargaan Kepala Daerah Tingkat Kabupaten untuk Kategori Kabupaten Besar yaitu Kabupaten Lumajang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Bandung; untuk Kategori Kabupaten Sedang yaitu Kabupaten Magetan, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Gowa; dan untuk Kategori Kabupaten Kecil yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Dharmasraya, dan Kabupaten Buleleng.
Penerima Penghargaan Kepala Daerah Kategori Kota Besar yaitu Kota Surabaya, Kota Balikpapan, dan Kota Padang; untuk Kategori Kota Sedang yaitu Kota Jambi, Kota Ambon; sedangkan Kategori Kota Kecil yaitu Kota Padang Panjang, Kota Payakumbuh, dan Kota Bukittinggi.
Penerima Penghargaan Green Leadership untuk DPRD Kategori Kabupaten Besar adalah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bandung; Kategori Kabupaten Sedang adalah Kabupaten Magetan, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Polewali Mandar; Kategori Kabupaten Kabupaten Kecil adalah Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Dharmasraya, dan Kabupaten Buleleng.
Penerima penghargaan Green Leadership untuk DPRD kategori Kota Besar adalah Kota Balikpapan, Kota Padang, dan Kota Tangerang; Kategori Kota Sedang adalah Kota Ambon, Kota Cimahi, dan Kota Jambi; Kategori Kota Kecil adalah Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, dan Kota Payakumbuh.
Leave a Comment