satunusantaranews, NTT – Melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) mengundang The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dan International Union for Conservation and Nature (IUCN) Reactive Monitoring Mission (RMM) untuk mengunjungi Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Lorentz sebagai situs warisan dunia (WHC) yang ada di Indonesia.
Agenda pertama tim UNESCO dan IUCN di Indonesia yaitu mengunjungi Taman Nasional Komodo pada tanggal 3 – 6 Maret 2022. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status pembangunan infrastruktur yang ada dan yang direncanakan akan dibangun di dalam dan di sekitar kawasan warisan dunia TN Komodo.
Termasuk infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca dan Padar, serta dampak aktual dan potensial dari infrastruktur ini terhadap Outstanding Universal Value (OUV) kawasan TN Komodo.
Mereka juga melihat kemajuan proyek infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca, sebagaimana yang disampaikan dalam revisi Environmental Impact Assessment (EIA), apakah sejalan dengan IUCN World Heritage Advice Note on Environmental Assessment.
Selain itu, mereka melihat status populasi komodo dan tindakan pengelolaan yang diambil oleh pengelola, termasuk pengelolaan daratan dan khususnya rencana tanggap kebakaran, sebagai tanggapan atas permintaan Komite Warisan Dunia dalam Keputusan Sidang WHC ke-44 tahun 2021.
Kemudian, meninjau kemajuan penyusunan Integrated Tourist Master Plan (ITMP) untuk Labuan Bajo, termasuk Pulau Rinca dan Padar, dan memberikan saran teknis yang diperlukan kepada Negara Pihak untuk memastikan bahwa rencana pengembangan pariwisata tidak memberikan dampak terhadap OUV dari kawasan warisan dunia TN Komodo.
Selanjutnya, tim RMM meninjau bagaimana pengelolaan laut dan kapasitas penegakan hukum di dalam kawasan warisan dunia, dengan penekanan khusus pada pengendalian kegiatan penangkapan ikan ilegal dan penambatan kapal, serta memberikan saran kepada Negara Pihak mengenai aspek-aspek ini pada pengelolaan TN Komodo sebagai kawasan warisan dunia.
Terakhir, mereka menilai isu-isu lain yang terkait dengan kemungkinan memberikan dampak negatif terhadap OUV TN Komodo.
Tim RMM telah melakukan sejumlah pertemuan dan kunjungan ke lapangan. Beberapa lokasi yang dikunjungi diantaranya adalah Resort Loh Buaya (Pulau Rinca), Resort Padar Selatan (Pulau Padar), dan Resort Loh Liang (Pulau Komodo).
Tim UNESCO dan IUCN juga berkesempatan mengobservasi langsung penataan infrastruktur wisata alam yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR di Resort Loh Buaya.
“Harapan terbesar saya bahwa hasil dari kunjungan ini akan memberikan rekomendasi dan saran berharga yang akan membantu mempercepat dan memenuhi tujuan penataan kawasan TN Komodo sebagai Warisan Dunia, dengan lancar,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno saat Entry Meeting pelaksanaan Reactive Monitoring Mission.
Lebih lanjut, Wiratno menyampaikan Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk melestarikan nilai-nilai universal yang luar biasa (outstanding universal value) dari Taman Nasional Komodo melalui berbagai pelaksanaan program dan kebijakan di tingkat lapangan.
Hal ini dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Taman sebagai kawasan konservasi nasional dan Situs Warisan Alam Dunia UNESCO. Rencana pengelolaan ini beroperasi di bawah lima prinsip konservasi, yaitu berbasis peraturan, berbasis sains, berbasis bukti, berdasarkan pengalaman, dan berbasis prinsip kehati-hatian.
Dari kunjungan yang diinisiasi KNIU tersebut, tim IUCN dan UNESCO menyarankan agar perencanaan pengusahaan pariwisata alam di Taman Nasional Komodo ditambahkan dalam dokumen Integrated Tourism Master Plan (ITMP) agar menjadi satu kesatuan perencanaan yang saling melengkapi satu sama lain.
Selanjutnya, tim IUCN menyampaikan bahwa hasil peninjauan lapangan akan dianalisa selama kurang lebih 6 minggu ke depan dan akan menghasilkan beberapa poin rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU).
Tim UNESCO juga berencana akan mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas bersama Bank Dunia terkait dengan penyelenggaraan Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) bagi para pemangku kepentingan di pemerintahan.
Sementara itu, kunjungan berikutnya ke Taman Nasional Lorentz dijadwalkan dilakukan pada awal April 2022.
Leave a Comment