satunusantaranews, Kupang – Kopra, Asam Jawa, Kemiri, Biji Mede, Gewang, Vanili, Arang, Biji Kakao, Porang, dan Jamur, menjadi 10 komoditas ekspor pertanian unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana kesepuluh komoditas tersebut dari data sistem perkarantinaan, IQFAST, berhasil mencatat nilai perdagangan lalu lintasnya hingga Rp 500 miliar di tahun 2020.
“Komoditas unggulan yang dimiliki NTT harus kita jaga dan tingkatkan bersama performanya di tahun 2021 ini,” kata Kepala Karantina Pertanian Kupang, Yulius Umbu Hunggar melalui keterangannya di Kupang (21/6).
Salah satu langkah operasional Karantina Pertanian Kupang dalam mendorong komoditas pertanian unggulan dapat masuk pasar global, yakni dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek). Bimtek untuk pemenuhan persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari dan protokol ekspor negara tujuan lainnya. Ini merupakan akselerasi Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) Komoditas Pertanian asal NTT.
“Bimtek digelar di Ruang Rapat Gedung Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Wini ini mendapat sambutan yang baik dari instansi terkait, petani dan pelaku usaha,” tambah Yulius.
Kegiatan ini merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pertanian No. 42 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Peningkatan Investasi dan Ekspor Produk Pertanian. Di mana Badan Karantina Pertanian (Barantan) ditunjuk sebagai Koordinator Tim Gugus Tugas Peningkatan Ekspor Produk Pertanian.
Wujud nyata yang dilakukan oleh Barantan antara lain memberikan kemudahan layanan ekspor, menjalin sinergisitas antar-instansi maupun dengan pelaku usaha serta dukungan operasional. Melalui bimtek ini harapannya bisa menguatkan sumber daya manusia dan optimalisasi sumber daya alam dengan bijak, tuturnya lagi.
Sebagai informasi, Gratieks yang digagas Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) merupakan gerakan untuk mensinergikan seluruh entitas terkait, termasuk di NTT, agar dapat lebih memberikan dampak positif bagi petani dan masyarakat.
Secara terpisah Kepala Barantan Bambang, mengapresiasi sambutan baik dari pemerintah daerah untuk pendampingan ekspor untuk wilayah perbatasan negara. Border (perbatasan-red) menjadi salah satu tempat pengeluaran komoditas pertanian ke negara lain. Penguatan SDM dan mengoptimalkan sumber daya alam ini harus sejalan untuk akselerasi ekspor di border.
Sementara itu, petani milenial perlu menggerakkan diri dan menjadi contoh untuk masyarakat sekitar. Jangan terlena dengan zona nyaman sehingga tidak meraih peluang keuntungan yang lebih besar dari pengolahan bahan mentah yang sesungguhnya dapat menjadi potensi ekspor bagi masyarakat, ungkap Arifin Tasrif selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor yang turut hadir menjadi narasumber.
Arifin menambahkan, para petani harus mau bersaing dan berinovasi mengembangkan hasil bumi NTT agar dapat menjadi produk unggulan dan mendunia. Tentunya penguatan sumber daya manusia harus bisa memanfaatkan sumber daya alam sehingga bisa optimal, pungkasnya.
Hadir pula Kepala Bidang Pengelola Perbatasan PLBN Wini, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten TTU, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten TTU, para eksportir, petani milenial dan kelompok tani, serta instansi terkait lainnya.
Leave a Comment