satunusantaranews – Jakarta. “Pak, bagaimana cara masuk Learning Management System (LMS)?”
“Waduh, ini saya tidak tahu cara upload tugas?”
“Bu, sinyal saya hilang timbul…”
Semua itu contoh beberapa celotehan seru dari peserta e-learning atau belajar jarak jauh online “Perhutanan Sosial” (PS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hingga minggu ke-3 tanggal 15 Mei 2020, e-learning ini sudah masuk ke gelombang tiga yang merangkul jumlah total sekitar 1.500 peserta. Peserta sendiri berasal dari petani hutan yang sudah mendapatkan legalitas PS, beserta pendamping, baik dari unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bakti rimbawan maupun penyuluh kehutanan. Bisa dikatakan, sejauh ini belajar jarak jauh via zoom dan LMS ini relatif berjalan mulus. Kendala yang sesekali muncul, khususnya menyangkut hal-hal teknis seputar internet dan cara mengakses Learning Management System (LMS), bisa diatasi dengan baik oleh tim teknis yang selalu bekerja keras untuk keberhasilan e-learning ini.
Para “tim belakang layar” tersebut berjibaku baik pada masa persiapan dan pra-pelatihan, saat pelatihan dan penyelesaian tugas peserta, sampai masa penutupan dan evaluasi. Di sini, yang terlibat intens adalah Balai Diklat di 7 wilayah dan Pusdiklat dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) serta Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Direktorat Jendral PSKL di 5 wilayah. Semua bahu membahu melakukan kerja-kerja ciamik dan canggih ini.
Dalam tahap persiapan dan pra-pelatihan, beberapa kerja yang dilakukan di antaranya adalah mengkonfirmasi para calon peserta, mengelompokkan dan membagi peserta dalam beberapa angkatan. Lalu tim kerja menyiapkan dan melatih peserta untuk bisa nyaman dan mampu mengakses serta menggunakan perangkat zoom dan LMS. Tidak jarang, para admin yang memiliki tugas teknis/operasional ini langsung melatih satu persatu peserta dari awal, mulai dari bagaimana cara mengunduh aplikasi zoom sampai mencoba menggunakannya. Mereka juga melatih peserta untuk bisa mengakses LMS. Semua harus dipastikan mampu pada waktunya karena dua perangkat dan sistem digital inilah yang menjadi tulang punggung teknologi, yang dimanfaatkan peserta selama empat hari pelatihan.
Tidak hanya peserta yang berasal dari petani dan pendamping yang mula-mula gagap dan bingung untuk merangkul dua jenis teknologi ini, tutorpun perlu dilatih untuk bisa pede dan nyaman mengoperasikan dan mengakses keduanya. Maklum, e-learning merupakan hal baru bagi semua. Dengan sabar para admin juga melayani tutor yang membutuhkan untuk bisa mengoperasikan zoom dan mengakses LMS.
Sebelumnya, tim kerja juga membantu memastikan semua bahan ajar, bahan tes, dan lembar evaluasi tersedia dengan baik di LMS. Tim juga mengkoordinasi jadwal dan kesiapan para tutor supaya tidak tabrakan satu sama lainnya.
Kemudian, pelatihanpun digelar selama 4 hari secara paralel, langsung untuk beberapa angkatan di setiap gelombang. Dalam setiap angkatan, sekitar 30 peserta hadir via dunia maya untuk menimba ilmu dan mengasah ketrampilan pendampingan Perhutanan Sosial. Di sini, kembali tim belakang layar menjadi tulang punggung. Para admin zoom meeting pertama-tama memastikan para peserta masuk kelas dan komunikasi tidak terhambat oleh gangguan sinyal. Kemudian admin juga bertugas memantau serta memastikan lalu lintas komunikasi lancar selama kelas berjalan. Mereka juga membantu mengunggah bahan paparan tutor ke layar. Pendek kata, selama tutorial berjalan, penanggung jawab kelas dan admin memastikan semua berlangsung baik.
Lalu masuk waktu sesudah kelas selesai. Paska tutorial merupakan waktu di mana peserta pelatihan diminta untuk belajar mandiri. Di masa ini, peserta membuat tugas, mengunggah hasil tugasnya, mengunduh modul untuk hari berikutnya, mengisi lembar evaluasi dan hal-hal terkait lainnya. Peserta mencoba bersahabat dengan waktu, dengan tetap didukung oleh tim penanggung jawab dan admin, agar semua tugas diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
“Paska tutorial ini yang lumayan berat. Di saat ini kita memonitoring tugas peserta apakah sudah selesai atau belum, dan kemudian mengecek dan memastikan semua tugas peserta masuk ke LMS. Sesudah ini selesai semua, baru kita bisa rehat. Lega rasanya saat semua berhasil masuk LMS,” jelas Aidil Akbar, salah seorang admin yang bertugas di Balai Diklat Makassar.
Lalu tibalah pada hari ke-4, di mana sesudah dua tutorial pagi selesai, peserta menjalani tes akhir dan memfinalisasi tugas kelompoknya dalam bentuk penulisan rencana tindak lanjut. Siangnya dilaksanakan penutupan dan esok hari semua peserta yang telah memenuhi syarat bisa mengunduh sertifikatnya dari LMS. Lagi-lagi di sini, tim pendukunglah yang memastikan semua berjalan seperti yang diharapkan.
Beratkah tugas tersebut? Dua orang admin dan seorang penanggung jawab angkatan dari BD Makassar mengatakan ini memang bukan tugas ringan. Ada banyak hal baru yang dipelajari, yakni hal-hal teknis digital. Dipadukan dengan tugas sepenuh hati berkomunikasi dengan peserta agar peserta bisa nyaman dan tetap bersemangat. Belum lagi tugas-tugas teknis, komunikasi dan manajerial lainnya.
Tapi semua itu bisa dilalui dengan baik hingga 3 minggu gelombang pelatihan digelar. Jika ada kendala kecil misalnya sinyal hilang timbul, akhirnya bisa diatasi. Jika kantuk menyerang, di sela-sela kesibukan, admin berusaha tidur sejenak untuk memastikan dalam waktu singkat bisa siap bertugas optimal kembali. Jika ada peserta yang terlambat mengumpulkan tugas, pendekatan sabar dan senyum diberikan para tim back-bone kepada para peserta. Pendeknya, semua siap dilakukan, semua bisa dikerjakan.
Dari pengalaman pelaksanaan e-learning ini terbukti bahwa dengan kerjasama, kesabaran, empati dan semangat, semua bisa dilaksanakan dengan baik. Patut diacungi jempol untuk kerja keras ikhlas para kru di balik layar ini. Bravo LHK. (ray/foto ist)
Leave a Comment