Satunusantaranews – Mataram. KORINDO bersama Forest for Life Indonesia (FFLI) dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meresmikan pengelolaan sampah organik dengan menggunakan teknologi Bioconversion yang memanfaatkan Black Soldier Fly (BSF). Keuntungan yang didapat dari usaha sosial melalui pengelolaan sampah organik ini akan dikembalikan untuk pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Proyek pertama NTB berlokasi di Dusun Bebae, Desa Lingsar, Lombok Barat, dan kru yang diresmikan oleh Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat Rosiyadi Sayuti, Menteri Kehutanan Republik Korea Selatan Kim Jae-Hyun, Kehutanan untuk Life Indonesia, dan KORINDO.
Dalam krisisnya pada hari pengukuhan Senin (9/7) lalu, Ketua FFLI Foundation, Dr. Hadi S Pasaribu menyampaikan terima kasih kepada KORINDO atas segala dukungan yang diberikan agar sarana pengolahan sampah organik dapat terwujud dengan baik. Apresiasi terhadap KORINDO juga disampaikan oleh Menteri Kehutanan Korea Selatan (Minister of Korea Forest Service) HE Mr. Kim Jae-Hyun. “Terima kasih KORINDO yang telah mendukung proyek pengolahan sampah organik ini. Program Adanya CSR perusahaan akan memberikan manfaat bagi masyarakat serta perusahaan itu sendiri, ”ujar Menteri Kim Jae-Hyun. Ia berharap proyek ini bisa menjadi model dan ditiru oleh pihak lain, dan NTB bisa menjadi pionir di sektor ini.
Dalam pengolahan sampah yang diterapkan dengan teknologi biokonversi dengan memanfaatkan Black Soldier Fly (BSF) yang mampu mengolah sampah organik secara alami menjadi sumber protein, bahan dasar pupuk hayati, dan berbagai jenis pupuk organik. Black Soldier Fly atau dinamai Hermetia illucens dalam bahasa latinnya merupakan jenis lalat yang mampu mengolah bahan organik secara alami menjadi sumber protein sekaligus sumber pupuk organik dan produk turunannya yang berguna untuk pertanian, peternakan, dan perikanan.
Dijelaskan oleh Social Venture Project Manager KORINDO, Mr. Namhong Kim, hibah yang diberikan KORINDO untuk menyelesaikan permasalahan sampah dan peningkatan produksi protein melalui pendekatan filantropi berupa inkubasi social venture untuk mendukung misi penghijauan bumi dan menyelamatkan lingkungan. untuk kesejahteraan penduduk bumi.
“Surplus yang diperoleh dari proyek produktivitas ini nantinya akan digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan keberlanjutan proyek, kegiatan penghijauan, pelestarian lingkungan, atau kegiatan sosial lainnya,” kata Bapak Namhong Kim.
Menurutnya, KORINDO saat ini sedang mempersiapkan implementasi model serupa untuk diterapkan di Papua. “Nantinya, sampah organik dari pabrik kelapa sawit akan dialihfungsikan untuk kepentingan kelestarian lingkungan, dan untuk membantu perekonomian masyarakat di bidang pertanian yang menghasilkan pangan berprotein tinggi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat di daerah tersebut,” ujar Bapak. Namhong Kim. (ray / md: Dok PR)
Leave a Comment