satunusantaranews, Jakarta- SNNers, Kita bisa melihat metafora sebagai cara berbahasa, bertutur, dan bercerita. Di balik kelok pengandaiannya, metafora (dan majas-majas lainnya) menyampaikan sebuah makna yang berbeda dari arti harfiah sebuah kata; sebuah realita tersirat yang konotatif.
Nah, di era gelombang pasca-Modern dan kehadiran Seni rupa kontemporer saat ini pun juga dibanjiri oleh pola komunikasi yang metaforis, melalui kehadiran simbol-simbol, ikon-ikon, dan permainan tanda dalam bahasa visual sebuah karya. Begitu banyak simbol dan tanda dalam artefak budaya yang beroperasi secara metaforis, namun sebagian besar pembahasannya berkutat pada perihal makna di balik tanda.
Tidaklah mengherankan jika kemudian artefak budaya tradisi dan beberapa karya seni kontemporer menjadi objek interpretasi semata; kajian berhenti pada urusan tafsir-menafsir dari aspek naratifnya.
Padahal kita bisa beranjak untuk membahas persoalan cara-cara sebuah tanda beroperasi, tentang bagaimana tanda-tanda dalam artefak budaya bekerja dan tidak sekedar menginterpretasikan apa yang digambarkan. Presentasi inilah yang diadaptasi oleh Lutfi menjadi beberapa teknik melukis seraya mendemonstrasikan image-image artefak budaya secara kontras.
Artefak budaya yang diangkat oleh Lutfi ke dalam lukisan-lukisannya bersumber dari arca, relief candi, ornamen masjid, komik, buku, tapestri, wayang kulit, teks dan karya seni, karena semua itu adalah media visual yang ia serap dalam rangka mempelajari identitas budaya di tengah pluralitas masyarakat dan kemajuan teknologi informasi.
Peran Lutfi disinilah sebagai seorang seniman tak ubah layaknya pengamat yang menyerap produk-produk budaya yang ada di sekelilingnya. Aneka ragam artefak yang telah bertukar gaya, dikomposisikan oleh Lutfi dengan menekankan kemunculan kualitas pola-pola interpretasi dan demonstrasi yang beragam sembari, secara sadar, menghindari asosiasi naratif.
Aneka ragam gaya ini justru menjadi metafora bagi keragaman identitas itu sendiri. Melalui pameran ini Lutfi hendak mengungkap makna identitas secara eksistensial dengan membahas aspek interpretasi, demonstrasi dan praksis dari teknik dan komposisi.
Kita bisa melihat aneka ragam unsur visual dari latar belakang budaya yang berbeda sebagai realita umum yang sudah hadir di sekitar kita. Tentu kehadiran tiap unsur image ini memiliki mode operasi, dan kode cara tafsirnya masing-masing. Keragaman ini sudah menjadi ‘given’, sebuah kondisi lumrah yang seringkali kita terima begitu saja.
Meski tidak selalu kita kritisi dan gali perbedaan antarmode tafsirnya, kita bisa merasakan dengan sensibilitas kita perbedaan karakter, cara kerja, dan cara tafsir dari unsur-unsur budaya yang memiliki latar belakang yang berbeda. Kita sebagai pengamat juga memiliki sensibilitas terhadap konteks dan asal muasal sebuah tanda.
Pada karya-karya Lutfi, sensibilitas itu hendak dirangsang lebih jauh lagi dengan menampilkan betapa kontrasnya tiap-tiap unsur rupa/tanda-tanda yang ada di atas kanvas. Pameran ini berupaya membahas kemungkinan-kemungkinan bagaimana tanda atau simbol bisa bekerja ketika dikomposisikan dengan tanda lainnya melalui aneka cara.
Oleh karena itu, persoalan mengenai bagaimana cara ‘menoreh’ tanda menjadi lebih penting daripada makna di balik ‘metafora’ itu sendiri. Nah SNNers, kali ini kita diajak untuk ikut asyik bertanya mengenai bagaimana kemungkinan-kemungkinan tanda bisa hadir ketimbang merenungi makna-makna naratif dari masing-masing tanda ketika berdiri sendiri. Dampak dari komposisi, jukstaposisi dan kontrasnya tanda-tanda yang hadir dalam karya Lutfi membawa sensibilitas kita untuk menyadari jamaknya ways of seeing- cara pandang dan cara tafsir terhadap tanda-tanda di sekitar kita.
Mungkin kesadaran semacam ini jadi salah satu metafora yang hendak dipaparkan oleh Lutfi; sebuah metafora yang tidak lagi terpaku pada makna unsur-unsur image, tetapi pada tindakan Lutfi yang mengumpulkan dan mencampuradukkan unsur-unsur image tersebut.
Oke, bagi kalian yang kepo dengan spoiler yang minca jelaskan tadi dan ingin melihat keindahan secara langsung, kalian bisa datang langsung ke Solo Exhibition milik, Lutfi Yanuar, yang berjudul“MENOREH METAFORA”
Pameran solo ini akan dikuratori oleh Doni Ahmad 21 Januari 2022 – 21 Februari 2022 lho SNNers. Pembukaan / Opening 15.00 WIB Jumat, 21 Januari 2022. Bagi yang bingung dimana jalan menuju keindahan ini, tenang minca bakal kasih alamatnya, yaitu di Orbital Dago Jalan Rancakendal Luhur nomor 7, Cigadung, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, 40191, Jawa Barat.
Yuk kesana yuuuk, tapi tetep patuhi prtokol kesehatan yaaa
Leave a Comment