satunusantaranews, Jakarta – Tahun ini menandai 50 tahun beroperasinya Toyota di Indonesia. Toyota kembali mempertegas komitmennya atas keberlanjutan pengembangan otomotif dan juga industri otomotif di tanah air. Salah satu caranya, adalah dengan mempersiapkan rencana pengembangan dan produksi kendaraan listrik hingga 2025 mendatang.
Toyota pun berkomitmen penuh untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi, dan juga mengurangi impor minyak bagi kendaraan bermotor. Setidaknya, dalam 5 tahun ke depan, Toyota sudah menyiapkan 10 jenis kendaraan listrik bagi konsumen Indonesia. Teknologi kendaraan Toyota juga sudah siap untuk mendukung penerapan B30 di Indonesia, papar Yoichi Miyazaki.
Selain Toyota menyiapkan dana investasi hingga USD 2 Miliar dalam 5 tahun ke depan. Toyota juga memperkirakan konsumsi bahan bakar akan mengalami penurunan hingga 126 juta liter bahan bakar pada tahun 2025.
Selain memaparkan mengenai rencana pengembangan bisnis ke depan, manajemen Toyota juga menyambut baik Omnibus Law UU Cipta Kerja yang diharapkan dapat memperbaiki iklim investasi dan perluasan lapangan pekerjaan di Indonesia.
“Dalam rencana pengembangan bisnis kami, Toyota mempersiapkan Indonesia menjadi hub ekspor bagi produk Toyota, tidak hanya untuk kawasan ASEAN namun juga negara tujuan lainnya, sehingga kami benar-benar mempersiapkan rantai pasok dan sumber daya manusia,” tambah Yoichi.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menggelar pertemuan dengan manajemen Toyota (8/12) secara virtual yang didampingi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman. Selain Yoichi Miyazaki, Asia Region CEO Toyota Motor Corporation, yang mewakili Akio Toyoda, President Toyota Motor Corporation dan jajaran manajemen Toyota Indonesia.
Menerangkan bahwa sejumlah indikator pekonomian Indonesia sudah menunjukkan tren pemulihan. Data Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia tercatat meningkat di November 2020. PMI Indonesia naik hampir tiga poin menjadi 50,6 pada November 2020, dari bulan sebelumnya di level 47,8. Indeks di atas 50 menunjukkan industri yang berekspansi, sebaliknya indeks di bawah 50 menunjukkan kegiatan terkontraksi.
Indikator ini menunjukkan kegiatan produksi sudah mulai bergerak, kepercayaan masyarakat mulai pulih, dan daya beli diharapkan bisa mengikuti dan segera menunjukkan perbaikan, ujar Airlangga.
Dalam pertemuan tersebut, manajemen Toyota sekaligus mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah menciptakan iklim berusaha yang kondusif sehingga Toyota dapat berkontribusi dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia.
Menko Airlangga menerangkan, Undang-Undang Cipta Kerja ditargetkan menjadi solusi agar Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
“Penyerapan tenaga kerja menjadi permasalahan tersendiri untuk Indonesia, karena keterbatasan lapangan kerja di dalam negeri. Apalagi Indonesia tengah menghadapi bonus demografi atau peningkatan jumlah penduduk usia produktif. Pemerintah menyambut baik rencana investasi yang akan dilakukan oleh Toyota, dengan harapan dapat membuka lapangan kerja dan juga meningkatkan skill atau keahlian angkatan kerja Indonesia,” tutur Airlangga.
Menko Airlangga juga menyambut baik rencana Toyota membuat proyek EV Smart Mobility di Bali sebagai bagian untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik dalam ekosistem eco-tourism di Nusa Dua, Bali. Toyota akan bekerja sama dengan Indonesia Tourism Development Corporation atau ITDC Nusa Dua. Alasan Bali dipilih sebagai lokasi proyek adalah karena sejalan dengan Pemerintah Daerah yang telah mengeluarkan Pergub No 45 tahun 2019 tentang energi bersih dan kendaraan listrik.
“Untuk mendukung keberlanjutan model bisnis yang berkelanjutan dan juga peningkatan ekowisata Pulau Bali, Pemerintah merekomendasikan hilirisasi produk nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik untuk pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBL–BB) nasional,” imbuh Airlangga.
Menko Perekonomian menekankan agar hasil produk KBL-BB tidak hanya untuk pasar domestik namun juga untuk ekspor, salah satunya ke Australia dan negara lainnya. Pemerintah akan memberi dukungan yang diperlukan oleh Toyota dalam rangka pengembangan KBL-BB dalam bentuk regulasi, insentif fiskal dan non fiskal.
Selain itu, Toyota juga menyambut baik rencana pemerintah untuk menjadikan Pelabuhan Patimban sebagai pelabuhan ekspor yang kompetitif, dengan daya saing tinggi untuk kawasan Asia. Pemerintah juga menegaskan komitmennya untuk mendukung Proving Ground Project Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB) di Bekasi, yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan melalui kepastian laik jalan kendaraan, sebelum diproduksi secara massal. Menko Perekonomian juga menawarkan pengembangan kendaraan berbasis biodiesel (B50) yang mendapat tanggapan positif dari pihak Toyota.
Leave a Comment