Nasional

Mengenang Emmy Hafild, Aktivis Perempuan Peraih Gelar Hero of The Planet

satunusantarnews, Jakarta – Nurul Almy Hafild yang akrab dipanggil Emmy Hafild (lahir di Petumbukan, Sumatera Utara 3 April 1958, usia 62 tahun) adalah seorang Aktivis perempuan yang tak henti-hentinya mengajak semua pihak untuk peduli akan lingkungan sekiatarnya. Hampir 34 tahun ia terjun di dunia lingkungan hidup. Mulai dari mahasiswa hingga berkepala lima ini. Beragam posisi ia raih mulai dari Yayasan Indonesia Hijau, Walhi, hingga Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara.

 

Meski perempuan, jiwa perlawanannya terhadap ketidakadilan sangat kental sekali. Ia rela keluar dari organisasi besar greenpeace karena tidak sesuai dengan hati nuraninya. Ia menganggap strategi greenpeace terhadap kebakaran hutan akibat ulah perusahan besar gagal.

 

Emmy menghabiskan waktu kecilnya di kota kelahirannya. Saat Emmy baru menduduki  bangku SMP, pengalaman pahit ia rasakan. Ia dan keluarganya menyaksikan langsung sang ayah ditangkap oleh pihak berwajib tanpa alasan yang jelas. Ayahnya sebagai tulang punggung keluarganya harus berakhir di penjara karena dituduh korupsi. Padahal menurut keluarganya, penangkapan ayahnya sebetulnya karena sang ayah tidak bersedia menjadi anggota Golkar pada saat itu.

 

Sejak kecil, Emmy sudah melihat ketidakadilan dan diskriminasi yang diterima oleh keluarganya. Selain ayahnya yang dimasukan ke penjara tanpa alasan yang jelas, di kompleks perkebunan, adanya diskriminasi atas penggunaan kolam renang dan bioskop yang hanya diperbolehkan digunakan oleh anak staf perkebunan. Sementara yang bukan anak staf tidak diperkenankan menggunakan fasilitas yang sama.

 

Merasakan diskriminasi dan ketidakadilan, mulailah timbul bibit-bibit penolakannya terhadap ketidakadilan dalam diri Emmy. Saat SMA, ia dan keluarganya pindah ke Jakarta, Emmy yang beranjak dewasa memilih untuk berkuliah di Institut Pertanian Bogor jurusan Agronomi. Di kampus inilah, ia dan sejumlah mahasiswa lainnya aktif dalam berbagai rangkaian demonstrasi menentang rezim Orde Baru.

 

Dimulai dari zaman perkuliahannya, ia mulai aktif di sejumlah organisasi baik di luar dan dalam kampus. Saat masih menjadi mahasiswi di IPB, ia sudah bergabung dengan organisasi di luar kampus Yayasan Indonesia Hijau dan saat Umur 24 tahun bersamaan dengan kelulusan Emmy dari IPB, ia memutuskan untuk terjun total di Yayasan Indonesia Hijau karena di organisasi ini cara bekerjanya sangat cocok dengan hobinya, yaitu kerja lapangan. Ia hanya 2 tahun menjabat sebagai koordinator lapangan di Yayasan Indonesia Hijau.

 

Kariernya di lembaga swadaya masyarakat melesat cepat, ia masuk ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Ia menjadi Direktur Walhi selama dua periode kepengurusan.

 

 

Pada tahun 1998 saat masih tergabung dalam WALHI, ia juga terlibat dalam pembentukan gabungan LSM antikorupsi. Ia juga tercatat pernah melawan Presiden Soeharto. Ia juga mendapat perhatian dari AS dan menjadi orang asing pertama yang beraksi di depan Senat urusan dana bantuan luar negeri dan lingkungan.

 

Kancah aktivitasnya tak hanya di kawasan Indonesia, ia juga aktif di Greenpeace Asia tenggara. Atas kegigihannya dalam dunia lingkungan, Emmy diganjar sebagai Hero of The Planet oleh majalah Time karena upaya dalam kritiknya terhadap Freeport soal penambangan di Irian Jaya.

 

Tak puas sampai disitu saja, dirinya pun membawa spirit pergerakan melalui ide dan gagasan ke dalam perjuangan melalui Partai. Pada 2017 yang lalu, Emmy memutuskan bergabung dengan Partai NasDem.

 

“Semoga di usia saya yang tidak muda lagi, Tuhan tetap izinkan saya untuk bisa meneruskan mimpi saya menjadikan Indonesia ke depan jauh lebih baik, khususnya di bidang lingkungan, kemaritiman dan pertanian,” katanya.

 

Emmy pun kerap mengungkapkan kegalauannya tentang Indonesia, politik dan lingkungan melalui tulisan dan tersebar ke mana-mana.

 

“Semua itu, secara pribadi telah membuat saya semakin dikenal banyak orang. Tapi, apalah popularitas jika apa yang saya suarakan dan perjuangkan tidak terealisasi,” ujar Emmy.

 

Begitu bergabung ke partai pengusung restorasi ini, Emmy Hafild yang bernama lengkap Nurul Almy Hafild ini, langsung dipercaya menjabat sebagai Ketua DPP Partai NasDem yang membidangi pertanian dan maritim.

 

Partai rupanya sangat paham dan apresiatif dengan kompetensi yang dimiliki Emmy. Kepercayaan yang diberikan partai sangat pas dengan misi yang selama ini diperjuangkan Emmy di luar sistem.

 

Konsistensi yang sampai sekarang ini dimiliki Indonesia, katanya, adalah kemiskinan; jurang kemiskinan antara pedesaan dan perkotaan sangat lebar. “Yang paling miskin adalah petani dan nelayan,” ujar Emmy.

 

Tidak ada kata terlambat bagi Emmy untuk melanjutkan perjuangan. Pada Pemilu Legislatif 2019 mendatang ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR untuk Daerah Pemilihan I Nusa Tenggara Timur (NTT) yang antara lain meliputi Flores.

 

Itulah Emmy Hafild, sosok yang tidak pernah berhenti belajar, mengembangkan diri, mendorong para juniornya untuk maju Bersama dirinya, agar tetap bermanfaat bagi lingkungan, keluarga atau paling tidak bagi diri sendiri. Dan terbukti wanita kuat ini terus eksis di berbagai bidang, mencintai pekerjaannya dan beliau adalah leader terbaik buat siapapun yang mengenalnya.

 

Leave a Comment
Share
Published by
Kahfi SNN