Mengingat Kembali Cagar Budaya Jakarta, Stasiun dan Pelabuhan Tanjung Priok

k telah ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya sejak tahun 1993. Meskipun bukan merupakan stasiun pusat, stasiun Tanjung Priok dibangun di atas tanah seluas 46.930 m2 dengan luas bangunan 3.768 m2 yang megah dan mewah. Memiliki delapan peron sehingga nyaris sebesar stasiun Jakarta Kota.

Fungsinya pada masa itu tidak hanya untuk stasiun saja tetapi juga menyediakan penginapan bagi penumpang yang akan menunggu kedatangan kapal laut untuk melanjutkan perjalanan. Kamar-kamar penginapan tersebut terletak di sayap kiri bangunan yang khusus disediakan untuk penumpang Belanda dan orang Eropa.

Kamar tersebut juga dilengkapi dengan ruang di bawah tanah yang diperkirakan berfungsi sebagai gudang logistik.

Stasiun yang dibangun pada tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg (1909-1916) ini merupakan rancangan berlanggam Art Deco karya Ir.C.W. Koch seorang insinyur utama dari Staats Spoorwegen (SS - Perusahaan Kereta Api Negara Hindia Belanda).

Stasiun Tanjung Priok diresmikan penggunaaannya tepat pada ulang tahun ke-50 Staats Spoorwegen (SS) tanggal 6 April 1925 dan bersamaan dengan pembukaan jalur Tanjung Priok – Beos Jakarta Kota) yang dilayani kereta dengan lokomotif listrik seri ESS 3200 (buatan Werkspoor, Belanda) serta jaringan listrik aliran atas yang terbentang mulai dari Tanjung Priok – Bogor, dan jalur lingkar sekitar Jakarta.

Stasiun Tanjung Priok
Stasiun Tanjung Priok

Keberadaan Stasiun Tanjung Priok tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok yang dibangun pada akhir abad ke-19 oleh Gubernur Jendral Johan Wilhelm van Lansberge.

Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda, pembangunan pelabuhan tersebut menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang tidak lagi memadai.

Stasiun ini dibangun untuk mengakomodasi perdagangan dan wisatawan Eropa di Batavia. Hal itu dikarena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok yang terletak di bagian utara Jakarta sebagian besar masih berupa hutan dan rawa-rawa yang berbahaya.

Sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman untuk menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan kawasan pusat kota melalui Batavia Centrum (Stasiun Jakarta Kota).

Selanjutnya 1 2
Penulis: Bambang P
Sumber: Sunardi Rustandi

Baca Juga