Ekonomi Bisnis

Nanas Sipahutar Siap Ekspor Ke Singapura dan Malaysia, Pala Rempah ke Mesir dan Bubuk Kakao ke India

Satunusantaranews, Jakarta – Balai Karantina Pertanian siap mendukung para petani dan ekspor dalam upaya pencapaian gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian (Gratieks) yang telah dicanangkan Kementerian Pertanian. Seperti Nanas Sipahutar Siap Ekspansi Ke Singapura dan Malaysia, Pala Rempah ke Mesir, dan Bubuk Kakao ke India (10/1).

Terbukti di klinik ekspor “Horas Medan” semakin hari semakin rutin dikunjungi para calon eksportir komoditas pertanian, ingin membahas dan bincang – bincang terkait prosedur ekspor serta persyaratannya. Dan kali ini kedatangan lagi eksportir baru yaitu Boyke Silitonga.

Beliau merupakan calon eksportir buah nenas, yang rencananya akan dikirim perdana ke Singapura dan Malaysia, ujar Kepala Karantina Pertanian Medan Lenny Hartati Harahap, didampingi penanggung jawab laboratorium tumbuhan Suwandi di ruang Klinik Ekspor “Horas Medan” (9/1). Boyke mengatakan bahwa kedatangannya adalah ingin berdiskusi terkait persyaratan yang dibutuhkan untuk pengiriman nenas ke luar negeri.

 

 

“Saya sudah ke pergi Malaysia dan Singapura bersama mereka untuk melakukan survey buah nenas, dan disana itu jenis nenasnya MD2 yang artinya produk tersebut sudah rekayasa genetika sehingga rasanya belum pas dan ketika mereka saya bawa datang ke Sipahutar Samosir Sumatera Utara, saat mencoba nenas kita, mereka terkagum – kagum dengan rasanya, dan mengatakan baru kali ini merasakan nenas yang asli, sehingga mereka berminat sekali dengan buah nenas kita yang tanpa rekayasa genetik,” ujar Boyke.

Boyke menambahkan untuk permulaan rencananya akan kirim sampel terlebih dahulu dan jika sudah disetujui dan persyaratan telah dipenuhi, maka kita akan rutin mengirim Nenas ke negara Singapura dan Malaysia. Kita juga tetap mencari peluang untuk mengekspor nenas ke negara – negara lain.

Lenny Hartati Harahap menyambut baik pertemuan tersebut, dan siap untuk membantu serta memfasilitasi persyaratan yang dibutuhkan untuk ekspornya.

“Persyaratan yang harus dilengkapi adalah Phytosanitary Certificate (PC) dari negara asal, kemudian bebas dari hama penyakit atau serangga kemudian dibersihkan dengan kompresor sebelum di packing sesuai persyaratan negara tujuan,” jelas Lenny Hartati Harahap.

 

 

Karantina Pertanian Medan siap mendukung para petani dan eksportir dalam upaya pencapaian gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian (Gratieks) yang telah dicanangkan Kementerian Pertanian. Ekspor meningKat petani sejahtera, harapnya lagi.

Sedangkan dari Semarang, Pala Rempah menjadi primadona dan incaran Pasar Mesir. Terbukti sebanyak 50 ton pala diperiksa oleh Pejabat Karantina Pertanian Semarang sebelum dikirim ke Mesir. Setelah melalui serangkaian tindakan pemeriksaan, pala dinyatakan sehat dan aman dikonsumsi sehingga terbitlah Phytosanitary Certificate, untuk menjamin pala tersebut diterima di Negeri Firaun melengkapi kebutuhan rempah.

“Pala mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga memiliki peluang besar sebagai pemasok pala ke luar Jawa hingga mancanegara. Seiring dengan perkembangan pasar bebas diketahui mampu berdaya saing dan tembus ke beberapa Negara seperti India, Tiongkok, Mesir, Jepang dan lainnya, “ ujar Parlin Robert Sitanggang selaku Kepala Karantina Pertanian Semarang.

Cisilia Triwidiyanti sebagai Subkoordinator Substansi Karantina Tumbuhan mengatakan bahwa perlu dukungan petani untuk pengembangan produksi pala sehingga dapat memasok dalam jumlah lebih banyak lagi sehingga dapat berdaya saing di pasar internasional dan mampu memenuhi kebutuhan rempah di belahan dunia.

“Tingginya permintaan pasar maka perlu penerapan sistem budidaya tanaman yang baik sehingga meningkatkan produktivitas pala berkualitas tinggi. Kami selalu memberikan bimbingan teknis kepada petani untuk lebih berproduktif dan berinovasi,” tutup Parlin.

Sementara Karantina Pertanian Cilegon memeriksa Kakao Bubuk untuk ekspor ke India sebanyak 16,5 ton atau senilai 593 juta rupiah asal Tangerang. Tindakan karantina dilakukan untuk memastikan produk ekspor bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Komoditas ini dikemas dikemas dengan paper wrapped atau dibungkus karung kertas dengan berat 25 kg.

 

 

Menurut Arum Kusnila Dewi, kakao bubuk diperiksa karantina untuk memastikan keamanan pangan sesuai Undang-undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

“Dalam pelayanan ekspor, kami melakukan tindakan karantina dengan sistem jemput bola, jadi pejabat karantina yang datang langsung ke gudang pemilik. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengguna jasa karantina,” terang Arum.

Sementara itu, Rahmat Hidayat Pemeriksa Karantina Tumbuhan yang melakukan tindakan karantina digudang pemilik mengatakan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara visual tidak ditemukan OPT. Alat angkut atau kontainer yang digunakan juga baik dan tidak bocor.

Leave a Comment
Share
Published by
Kahfi SNN