Parade Budaya Grha Putih, Berbeda tapi Satu Tujuan

Satunusantaranews–Jakarta. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya, budaya adalah jati diri bangsa yang harus terus dipertahankan. Seperti Grha Putih relawan Ganjar Pranowo menggelar parade budaya saat car free day (CFD) di kawasan Thamrin, Jakarta.

Mentari baru saja menampakan 'senyum' cerahnya, disambut ratusan anggota Grha Putih dengan busana aneka pakaian daerah menuju kawasan stasiun Dukuh Atas, Menteng, Jakarta. Ada apa?, Ya mereka menggelorakan budaya bangsa yang menjadi jati diri kita.

Dari arah timur datang beberapa anggota dengan pakaian dari NTT, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur. Busananya mereka kenakan indah dengan detail ornamen pemanis di busana khas daerah yang mereka kenakan.

Lalu dari arah selatan adalah sejumlah anggota yang mengenakan kebaya bergaya Jawa, Sumatera Selatan, dan juga Maluku. Belum lagi dari arah Barat taman di kawasan stasiun Dukuh Atas, mereka juga berbusana daerah seperti Bali, Lombok dan Papua.

Busana yang mereka kenakan memang berbeda-beda namun satu tujuan mereka memperkuat jati diri bangsa. Seperti tema yang diusung Parade Budaya yang digelar Grha Putih "Parade Budaya Bhineka Tunggal Ika", yang menjadi simbol bangsa Indonesia, berbeda-beda tapi satu kesatuan.

Selain berbusana daerah, para anggota Graha Putih yang merupakan kumpulan alumni 37 universitas dalam dan luar negeri sebagai relawan Ganjar Pronowo, menampilkan aneka budaya seperti tarian dan lagu yang kian menambah gairah masyarakat yang ada di seputar stasiun Dukuh Atas.

Tenike Marfinosa, SKM, Humas Grha Putih yang juga bertugas sebagai tim medis mengatakan, acara parade budaya seperti ini dapat menyatukan semua kalangan, baik suku, budaya dan semua golongan.

Menurutnya, parade budaya yang digelar banyak dihadir lintas generasi, bukan hanya dari generasi tua. Karena budaya memang seharusnya dipahami dan menyatu dalam diri generasi apapun, mau tua, muda, anak-anak, semua golongan harus paham budaya.

Satu demi satu anggota Grha Putih menunjukan kebolehan mereka dalam seni budaya, sekelompok anggota yang berbusana adat Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Maluku menyanyikan lagu Melayu 'Selayang Pandang'. Irama musiknya pun energik. Awalnya hanya satu-dua warga yang menari, tapi begitu para penyanyi penuh semangat mendendangkan lagu tersebut puluhan orang yang ada di sana ikut menggerakan badannya.

Lagu daerah secara bergiliran dilantunkan, warga yang berkumpul di seputar panggung 'dadakan' kreasi Graha Putih kian ramai. Hal itu mempertegas kita budaya adalah perekat bangsa yang tak boleh kita lupakan.

Selain lagu dan tari, ada pula yang menampilkan pantun, pantun sudah menjadi tradisi masyarakat kita terutama di Sumatera Barat dan Betawi. Pantun yang dibawakan ala kekinian, setiap bait diucapkan dibalas 'cakep' oleh yang lain. Apa yang mereka ungkapkan penuh humor namun penuh makna.

Itulah Parade Budaya kreasi Grha Putih, tak perlu bergerak sepanjang Sudirman-Thamrin tapi tetap di satu titik kawasan stasiun Dukuh Atas, namun gaungnya 'menembus seluruh megapolitan, kota Jakarta. Tineke pun berharap, adanya acara seperti ini, akar budaya tidak hilang oleh waktu, terus menurun kepada generasi muda, millenial dan gen Z. Alhamdulillah acara lancar, cuaca cerah dan semua hadir dalam keadaan senang dan ceria.

Sementara Rico Valentino, Ketua Grha Putih, menyampaikan terima kasihnya kepada semua panitia pelaksana yang dalam waktu relatif singkat menyiapkan seluruh acara dengan baik, dan berharap bahwa di acara mendatang, akan lebih baik lagi penyelengaraan. Salam Grha Putih, salam Indonesia.

Penulis:

Baca Juga