Pemila Caketum ILUNI UI Tetap Berjalan, Meski Melawan AD ART nya sendiri
Satunusantaranews - Jakarta, Desakan ILUNI UI WATCH agar pemilihan langsung calon ketua umum ILUNI UI ditunda, tidak digubris dan diabaikan oleh panitia pelaksananya. Padahal ILUNI UI WATCH sudah dengan terang benderang memaparkan, bahwa ada pasal di dalam AD ART ILUNI UI yg dilanggar dengan sengaja oleh panitia pelaksana. Semangat tidak menghargai AD ART organisasinya sendiri seperti ini, adalah sesuatu yang sangat memalukan tentunya. Jika AD ART tidak lagi menjadi konstitusi organisasi, buat apa sebuah organisasi itu ada dan eksis sebagai sebuah organisasi?
Sama aja ketika sebuah organisasi negara misalnya, dimana perangkat nya tidak lagi mentaati konstitusi negara nya, maka bubarlah negara itu. Ironis nya itu juga terjadi di kepengurusan ILUNI UI saat ini. Alumni UI yang konon katanya adalah kaum terpelajar, prestisius, intelek, berbudi dan berbudaya tinggi, ternyata secara nyata tidak peduli dengan kaidah-kaidah berorganisasi yg benar dan bermartabat.
ILUNI UI Watch telah cukup intensif melaporkan adanya pelanggaran AD/ART oleh panitia pelaksana ini ke seluruh stakeholder alumni UI. Bahkan kami hingga menyelenggarakan kompresi pers pada Rabu, 24 Agustus 2022 lalu. Tembusan adanya pelanggaran ini pun sudah dilayangkan kepada Rektor Uiversitas Indonesia dan Ketua MWA UI. Namun tidak mendapatkan respon. Buta tuli nya semua pihak yang ditenggarai membiarkan malpraktek organisasi ini terjadi, tentu sangat memprihatinkan.
Meski demikian, ILUNI UI Watch tidak akan berhenti disini saja. Kami akan melakukan somasi dan gugatan soal ketidak absahan pemilihan ini berlangsung, pada pihak yg berwenang pekan depan. Pemilihan sudah dilangsungkan mulai hari ini, Sabtu 27 Agustus 2022, hingga 28 Agustus 2022 pukul 16.00 Wib.
Sebanyak 5500 lebih suara dalam server e-vote yg dipakai, telah dinyatakan masuk. Dari 500.000 lbh alumni UI, yang terdata sebagai pemilih cuma sekitar 48.000 saja. Mengacu pada sangat rendahnya partisipasi pemilih pada pemila sebelumnya, periode 2019 -2022, yang sebanyak 11.000an pemilih yg ikut e-vote, maka pemila caketum ILUNI UI tahun ini, diperkirakan gak jauh dari angka 11.000an itu, bahkan bisa jadi berkurang banyak.
Menurut prediksi, kandidat nomor 3 Didit Ratam, dipastikan melesat mengungguli 3 kandidat lainnya. Prediksi kami ini adalah sebuah keniscayaan, bahkan akurasinya di atas 90%. Kemenangan Didit Ratam ini bukan sesuatu yang aneh bagi kami yg mencermati ini sebagai pemila yg layak dicurigai sebagai tidak fairplay. Selain dipenuhi konflik kepentingan yg menggayutinya, pemila ini jg tidak transparan dan banyak celah tidak akuntabel dalam penerapan sistim e-votenya.
Baru kali ini kami menemukan ada sebuah pemilahan yg melibatkan pemilih ratusan ribu orang, namun dalam penyelenggaraan nya, tidak disertai adanya badan pengawas dan pemantau yg kredibel. Baru kali ini juga kami menemukan, ada pemilahan langsung seorang ketua umum dari sebuah organisasi paguyuban, yang tidak memiliki tata cara soal mekanisme gugatan hasil pemilanya, jika ditemukan ada tindakan kecurangan yg dilakukan oleh para pihak.
Biasanya, sebuah pemilahan raya seperti ini, diberikan jedah waktu untuk diumumkan sebagai hasil final, jika dalam kurun waktu tertentu, tidak ada gugatan dari peserta nya. Jika ada gugatan soal pelanggaran dan kecurangan, maka badan penyelesai sengketa akan memverifikasi dan menginvestigasi laporan dari peserta terlebih dahulu, hingga diputuskan oleh badan penyelesai sengketa pemila itu.
Semua kewajaran yg mestinya ada dalam sebuah pemilihan raya seperti kami jelaskan di atas, tidak dibuat oleh panitia pelaksana. Sebuah kesengajaan kah? Kuat dugaan, itu nampaknya sebuah kesengajaan. Apa mau dikata, semua praktek tidak wajar tsb ironisnya, terjadi pada organisasi alumni UI, kaum terpelajar yg melek pendidikan, adab dan moralitas. Kepada kandidat no.3 yang kami prediksi menang, kami tidak akan memberikan ucapan selamat kepada yang bersangkutan. Kenapa?
Karena kami akan mengajukan keberatan terlebih dahulu, kepada pihak Rektorat, tentang ketidak absahan pemila ini berlangsung. Rektorat harus memanggil pihak-pihak yg lalai memenuhi AD/ART dalam terlaksana nya pemilihan raya ini. Teringat ucapan seorang pakar kriminologi dan ahli hukum pidana, Prof Sahetapy yg sangat terkenal itu pernah mengatakan, "meskipun kecurangan dan kebohongan itu larinya secepat kilat, suatu saat kebenaran akan ada mendahului nya", kata kordinator Iluni UI Watch.
Dan ajaran Prof. Sahetapy tersebut dalam banyak kasus selalu terbukti.
"Contoh terakhir adalah dalam kasus pembunuhan Brigadir J oleh Sambo dan komplotannya.
"Kecurangan dan kebohongan yang begitu hebat dibuat, terkuak dengan sendirinya karena kehendak semesta", Tegas nya.
"Suara rakyat (pemilih), Suara Tuhan", Ujar Budhius Ma'ruff Koordinator ILUNI UI WATCH.
Komentar