satunusantaranews, Kota Batu – Sebagai upaya pelestarian lingkungan dan alternatif penyediaan bahan pangan, Pemerintah Kota Batu melalui Kelompok Tani Hutan (KTH) Panderman bersama Institut Teknologi Surabaya (ITS) mengembangkan Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Jenis Tanaman Porang.
Penandatanganan MOU dan penanaman biji porang dilakukan di Kawasan Kampung Edukasi Healing Forest dan HHBK Center AMKE, Desa Oro-Oro Ombo, Batu pada Selasa (1/9) pagi.
Seluas delapan hektar kawasan lereng panderman telah ditanami bibit Porang. Tanaman Porang dipilih karena memiliki siklus hidup ripah, budidaya yang tidak sulit, memiliki nilai ekonomi yang tinggi, bisa dipanen setiap tahun dan dapat menjaga kelestarian lingkungan.
“Porang banyak diolah dan diekspor untuk bahan baku makanan serta memiliki nilai ekonomis menguntungkan dan peluang bisnis yang besar” kata Kepala Cabang Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur Wilayah Malang, Sapto Yuwono.
Dengan nilai ekonomis yang tinggi, harapannya Tanaman Porang dapat meningkatkan swasembada pangan serta menambah pendapatan dan kesejahteraan petani sekitar kawasan.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Hj. Dewanti Rumpoko mengatakan Kota Batu memiliki potensi alam yang luar biasa, tidak hanya untuk wisata tetapi juga edukasi dan budidaya.
“Kerjasama dengan ITS ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat, dengan adanya pengembangan Tanaman Porang ini, potensi hutan di Kota Batu bisa dikelola dengan maksimal” kata Walikota.
Tanama Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan “jelly” yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.
Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, demikian dilansir laman resmi Kementerian Pertanian.
Porang adalah tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Bahkan, sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain.
Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
Pertanian.go.id menulis, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.
Umbi porang saat ini masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.
Leave a Comment