satunusantaranews, Jakarta – Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mengapresiasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mampu menekan angka kasus stunting dalam tiga tahun belakangan ini. Mereka-pun menghimbau agar Pemprov NTT terus menekan kasus stunting hingga 10 persen.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai media massa, Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi NTT mencatat, trend prosentasi balita stunting di NTT tahun 2018-2020 konsisten menurun.
Catatan penurunan angka stunting di Wilayah Nusa Tenggara Timur dari 35,4 % pada tahun 2018, menjadi 30,3 % pada tahun 2019. Sementara hingga periode Agustus 2020, lalu sebesar 27,5 persen.
Adanya penurunan ini membuat Komite III DPD RI mengapresiasi kinerja Pemprov NTT, karena turut serta untuk mengurangi angka stunting yang menjadi program pemerintah pusat.
“Kami sangat berbangga sekali, NTT terus menggalakan program ini. Berkat kerja keras Pemprov kini angka stunting di NTT sudah turun dibawah 30%. Ini harus turun lagi menjadi 20%, menjadi 10%, dan hilang,” ujar Anggota Komite III DPD RI, Hilda Manafe, S.E., M.M dalam keterangannya, Kamis (4/3).
Lebih lanjut, Senator asal NTT itu menjelaskan stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
“Kekurang gizi pada manusia tidak boleh dianggap enteng, karena permasalahan kekurangan gizi dan menyebabkan stunting akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain penurunan stunting di NTT ini juga mempengaruhi pada kualitas sumber daya manusia (SDM),” tutur Hilda.
“Pernah disampaikan ketua DPD (AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, red) mengenai kesehatan remaja pada hari gizi nasional, dan fakta lapangan remaja banyak yang mengalami kekurangan gizi dan menyebabkan beberapa penyakit diantaranya obesitas, kurang darah serta stunting atau tumbuh dibawah normal,” tambahnya.
Meski mengalami penurunan hingga 27,5 persen, wanita bernama lengkap Hilda Riwu Kore Manafe itu menyebut angka stunting di NTT itu terbilang masih cukup tinggi. Ia mengharapkan Pemprov NTT terus menekan angka tersebut.
Hilda juga menambahkan, saat ini investasi terbaik adalah SDM, dan ukuran SDM yang baik adalah sehat secara fisik, mental dan spiiritual. Menurutnya, dengan kesehatan ini SDM mudah ditingkatkan kualitasnya.
“Ini tugas kita bersama, dan masyarakat harus diberikan informasi yang cukup intensif agar memiliki kesadaran untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk menekan angka stunting dan kurang gizi,” tuntasnya.
Sebelumnya, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah memberi perhatian besar kepada generasi muda sebagai penerus bangsa. Menurutnya, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tiga dari 10 remaja Indonesia mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia.
“Hal itu menjadi persoalan yang harus serius ditangani pemerintah. Pemerintah harus menyiapkan generasi penerus bangsa sebaik mungkin. Generasi muda yang sehat dan cerdas. Perhatian besar harus diberikan kepada generasi muda, baik dibidang pendidikan maupun kesehatan,” tuturnya.
“Selain anemia, penyakit kekurangan gizi pada remaja adalh obesitas, ‘stunting’, dan energi kronis atau mudah lelah. Kondisi ini bisa menurunkan kualitas generasi muda kita. Penting sekali kesadaran untuk meningkatkan kesehatan,” tambah mantan Ketua Umum PSSI itu.
Leave a Comment