Peran Rimbawan dalam Geopolitik Sumber Daya Hutan Menuju Indonesia Emas 2045
satunusantaranews, Jakarta - Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam, dengan segala peluang dan potensinya, tidak luput dari dinamika posisi geopolitik penting dan strategis, baik dalam konteks perwujudan kepentingan nasional NKRI maupun dalam memenangi kontestasi kompetisi global. Oleh karena itu, setiap rimbawan Indonesia mutlak dituntut paham kondisi geopolitik sumber daya alam.
“Pemahaman yang baik tentang geopolitik sumber daya hutan akan memberikan kemampuan bagi rimbawan untuk mewujudkan peran dan kontribusi sumber daya hutan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita NKRI, bukan hanya di tingkat nasional namun juga dalam konteks percaturan komunitas global, termasuk dukungan mewujudkan visi Indonesia 2045, yang telah dicanangkan Bapak Presiden Joko Widodo,” kata Wakil Menteri LHK Alue Dohong dalam arahannya saat membuka Webinar 60 Tahun Presiden Joko Widodo seri kedua, secara virtual (21/7).
Dalam serial Webinar kedua yang mengusung sub tema “Tantangan dan Peluang Mewujudkan Peran Geopolitik Sumber Daya Hutan Menuju Indonesia 2045”, Wamen Alue Dohong mengungkapkan salah satu perubahan nyata paska perang dingin dan dimulainya era globalisasi adalah dinamika isu dan agenda pengelolaan sumber daya alam.
Khususnya hutan atau kehutanan sekaligus mampu mengejawantahkan sebagai bagian aktualisasi kepentingan nasional melalui pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Ada empat rasionalitas yang melandasi dinamika pengelolaan sumber daya alam tersebut. Pertama, arus globalisasi yang dicirikan dengan komunikasi dan mudahnya interaksi, yang telah mendorong peningkatan perdagangan bahan baku (raw materials) berbasis sumber daya alam. Kedua, pertumbuhan penduduk dunia yang sekaligus dampak pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kebutuhan terhadap sumber daya energi, pangan, pakan, obat-obatan, dan berbagai material sumber daya alam lain. Ketiga, kemiskinan masyarakat di negara-negara terbelakang (under developing countries), yang memperburuk tingkat kerusakan sumber daya alam akibat pembangunan guna mengatasi kemiskinan. Keempat, adanya perubahan iklim, polusi dan penurunan kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap suplai sumber daya alam.
“Tidak diragukan sama sekali bahwa geopolitik sumber daya hutan sangat berperan dan berpengaruh nyata bagi terwujudnya 100 tahun pasca kemerdekaan Indonesia. Melalui visi Satu Abad Indonesia pada Tahun 2045 atau Indonesia Emas, menjadi arah dan pedoman dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat, maju, adil dan makmur. Realisasi perwujudan visi besar tersebut telah mulai ditunaikan sejak periode pertama kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, termasuk pembangunan di bidang kehutanan dan lingkungan hidup,” tutur Wamen Alue Dohong.
Selama kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo konsisten menerapkan kebijakan dan program pembangunan yang terstruktur, sistematis, sekaligus terukur. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan diarahkan untuk mendukung dan membantu pemenuhan berbagai kepentingan sektor dan lintas sektor.
Selain memanfaatkan potensi hutan kayu, Presiden Joko Widodo berkomitmen meningkatkan nilai hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan. Selain potensi ekowisata, Indonesia ke depan harus berbasis pada potensi keberagaman sosial, dan budaya masyarakatnya. Potensi ekowisata Indonesia dengan berlimpahnya hutan tropis dan keberadaan keanekaragaman hayatinya, sangat berpotensi bagi pengembangan ekowisata terbesar di dunia.
“Perlu saya sampaikan di sini, potensi jasa lingkungan khususnya karbon bisa menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia ke depan. Karena kita tidak perlu mengeksploitasi secara berlebihan, justru kita menjaga ekosistem hutan agar karbon yang tersimpan di dalamnya dapat kita valuasi sehingga bisa menjadi penerimaan negara yang luar biasa,” ujar Wamen Alue Dohong.
Dalam konteks percepatan pembangunan nasional, Presiden Joko Widodo secara nyata telah meningkatkan peran sumber daya hutan bagi pembangunan infrastruktur sosial, ekonomi, budaya, desa-desa pedalaman, di dalam dan sekitar kawasan hutan. Targetnya sangat jelas, dalam upaya peningkatan konektivitas yang akan mampu mendorong pengembangan wilayah, dan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang adaptif terhadap perubahan iklim. Pengembangan infrastruktur tersebut juga sebagai upaya memenuhi komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada periode 2015 – 2030.
Peran geopolitik sumber daya hutan difokuskan pada pembangunan bentang alam ekosistem secara keseluruhan (landscape approach). Hal tersebut ditempuh melalui pemanfaatan dan penggunaan sumber daya hutan berbasis Daerah Aliran Sungai, yang disertai percepatan realisasi program Perhutanan Sosial dan Reforma Agraria berbasis Tanah Objek Reforma Agraria. Berbagai upaya ini dilakukan demi terwujudnya pemerataan akses dan keadilan masyarakat terhadap hak kelola sumber daya hutan maupun akses penguasaan atas lahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Sumber daya hutan juga memiliki peran geopolitik penting dalam pengembangan dan peningkatan kinerja sektor-sektor ekonomi strategis nasional. Sekali lagi tak dapat dinafikan betapa pentingnya peran geopolitik sumber daya hutan bagi terwujudnya pembangunan nasional,” kata Wamen Alue Dohong.
Mengakhiri arahannya, Wamen Alue Dohong berharap Serial Webinar ini dapat membangun konsolidasi bersama melalui penguatan pemahaman konsep geopolitik sumber daya hutan setiap rimbawan. Para narasumber dari beragam profesi, kompetensi, akan mendorong rimbawan untuk tidak terkungkung dan lebih berorientasi keluar (outward looking) sekaligus akan memperkaya wawasan kebangsaan rimbawan.
Webinar yang terselenggara atas kerja sama Dewan Kehutanan Nasional dan Wana Aksara Institute ini menghadirkan narasumber Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK Agus Justianto, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, Duta Besar Yuri O. Thamrin, Deputi Komunikasi dan Informasi BI Wawan Purwanto, Jurnalis Media Group Arief Suditomo.
Komentar