Perusahaan Keluhkan Iklim Investasi di Papua
satunusantaranews - Jakarta. Peristiwa tewasnya warga lokal Marius Betera di areal operasional PT. Tunas Sawa Erma (TSE) di Boven Digoel, Papua pada Sabtu (16/5) lalu tidak hanya menyisakan duka yang mendalam, namun juga menimbulkan banyak pertanyaan terutama terkait dengan iklim investasi yang berada di tanah Papua.
Demikian disampaikan Direktur PT. TSE, Ronny Makal kepada wartawan.
“Kami sangat prihatin, sedih dan menyesalkan atas apa yang terjadi di tempat kerja kami belum lama ini. Kami turut berduka atas peristiwa tersebut dan sungguh tidak mengharapkan peristiwa itu terjadi,” ujarnya seperti dikutip media lokal Papua, RMOL Papua belum lama ini.
Ia menjelaskan, dalam setiap penyelesaian segala keluhan, pihaknya senantiasa mengedepankan pendekatan musyawarah.
“Kami tidak pernah mentolerir pendekatan-pendekatan dengan cara kekerasan ataupun pemaksaan dengan cara kekerasan apapun,” tegas Ronny.
Di kesempatan terpisah, salah seorang karyawan PT. TSE saat dihubungi menceritakan pihaknya malah kerap menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan malah menjadi pihak yang disalahkan dari berbagai pihak apabila berhadapan dengan masyarakat.
“Kami seringkali mengalami ancaman kekerasan dari masyarakat yang menggunakan berbagai senjata tajam seperti busur anak panah, parang dan lain-lain”
“Bahkan salah satu rekan kerja perempuan kami telah menjadi korban pemukulan hingga pingsan pada Minggu (17/5) kemarin. Aset-aset perusahaan pun seringkali dirusak oleh masyarakat tanpa ada alasan yang jelas,” kisah karyawan tersebut.
Dia menceritakan dalam penyelesaian suatu masalah, manajemen senantiasa mengingatkan karyawannya untuk selalu mengedepankan musyawarah dan melakukan sederet program sosialisasi terhadap masyarakat.
Namun sayangnya, cukup banyak masyarakat yang tidak mengerti terutama mengenai aturan hukum perundang-undangan, seperti perizinan lahan yang dimiliki oleh perusahaan.
Terkait investasi yang dilakukan PT. TSE di bumi Papua, Ronny menjelaskan tidak sedikit program sosial yang digelontorkan pihak perusahan kepada masyarakat.
Seperti yang dilakukan perusahaan dengan mendirikan fasilitas kesehatan, yang bahkan sebagian besarnya dinikmati oleh masyarakat secara gratis.
Kesulitan-kesulitan yang dialami perusahaan terkait iklim investasi menurut Ronny sudah disampaikan kepada pihak pemerintah daerah setempat.
“Cukup sering kami sampaikan hal ini ke instansi daerah setempat, dan perusahaan diarahkan untuk terus melakukan musyawarah. Meskipun hal ini seringkali tidak dipahami oleh masyarakat itu sendiri.” ujarnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, warga lokal Papua dikabarkan tewas yang diduga dikarenakan pemukulan oleh oknum polisi di area lokasi perusahaan. Namun Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal membantah hal tersebut.
“Dari hasil autopsi disebutkan korban meninggal dunia akibat serangan jantung. Pada tubuh korban tidak ditemukan adanya lebam ataupun luka,” kata Kamal Senin (18/5) lalu.
Menurut keterangan yang juga dihimpun dari tenaga medis di klinik perusahaan tersebut, mereka mengatakan telah berupaya keras untuk menyelamatkan korban dengan mencoba memasangkan oksigen dan infus, namun ditolak oleh korban.
Saat ini kasus kematian Marius Betera tersebut sedang ditangani langsung secara profesional oleh pihak Kepolisian Boven Digoel sebagai institusi yang independent. (ray/foto ist - ilustrasi)
Komentar