Protokol CHSE yang Ketat Mampu Kembalikan Citra Pariwisata Bali
satunusantaranews, Jakarta - Kedisiplinan penerapan protokol kesehatan CHSE yang ketat mampu mengembalikan citra pariwisata Bali sekaligus menjadikan Pulau Dewata sebagai contoh bagi provinsi lain dalam upaya memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Presiden Joko Widodo saat Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 yang dilaksanakan 12 Juni hingga 10 Juli 2021 (19/6), menyatakan Bali sebagai destinasi favorit telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat sehingga nantinya akan aman untuk dikunjungi oleh wisatawan.
"Kami dapat meyakini kalau Bali aman untuk dikunjungi yang tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” kata Presiden. Dengan kata lain, kunci utama dari pemulihan ekonomi Bali ialah penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.
Sejalan dengan itu, Presiden meminta vaksinasi dilakukan secara cepat dan masif, serta PPKM mikro berbasis banjar dan desa adat di Bali harus diefektifkan untuk mencegah penularan. Kita tunjukkan pada dunia bahwa Bali adalah destinasi wisata yang sangat aman untuk dikunjungi, tegasnya.
Presiden juga mengapresiasi pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 yang dilaksanakan pada 12 Juni hingga 10 Juli 2021. Menurutnya, penyelenggaraan acara yang melibatkan ribuan seniman dari berbagai komunitas dengan protokol kesehatan ketat dan terukur tersebut menjadi bukti bahwa pandemi COVID-19 ini tidaklah menjadi penghalang bagi masyarakat Bali untuk tetap berkreasi. Terlebih lagi, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya di Bali tengah mengalami masa-masa sulit.
“Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali ke-43 ini merupakan bukti bahwa dalam tekanan pandemi yang sangat berat, kreativitas dan produktivitas masyarakat Bali tetap tumbuh dan tampil dengan cara-cara baru untuk terus mewarnai panggung seni dunia," katanya.
Selain itu, Presiden menilai tema “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi” dalam pelaksanaan PKB ke-43 ini adalah pilihan yang tepat di masa pandemi ini. Menurutnya, lewat tema yang berarti bahwa jiwa yang paripurna merupakan napas pohon kehidupan, masyarakat perlu membuka kembali dan mempelajari warisan-warisan susastra yang mengingatkan datangnya wabah dan mengajarkan kita bagaimana cara mencegah serta beradaptasi untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan PKB yang sudah terlaksana selama 43 tahun lamanya merupakan suatu perhelatan yang sarat akan nilai sejarah dan budaya Bali. Acara ini, lanjut Sandiaga, juga menjadi motivasi bagi masyarakat Bali untuk bangkit dari kesulitan yang tengah dialami akibat pandemi COVID-19.
“Pesta kesenian di Bali ini secara filosofis juga menjadi media dan sarana membangkitkan semangat kita, memotivasi masyarakat untuk menggali, menemukan, dan menampilkan seni budaya serta meningkatkan kesejahteraan kepada masyarakat, membuka peluang usaha, dan lapangan pekerjaan,” ungkap Sandiaga.
Sandiaga menilai, Bali sebagai episentrum pariwisata Indonesia tidak hanya mampu menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara karena memiliki daya tarik keindahan alamnya saja, tetapi juga dari kekayaan budayanya. Sehingga, ia menilai PKB ke-43 memegang peranan penting menjadi pemantik pemulihan pariwisata Bali.
Sementara Gubernur Bali, I Wayan Koster, menambahkan dalam gelaran PKB ke-43 ini diisi dengan sejumlah agenda kegiatan. Di antaranya rekasadana (pegelaran, utsawa (parade), wimbakara (lomba), kandarupa (pameran, kriyaloka (lokakarya), widyatula (sarasehan), dan adi sewaka nugraha (penghargaan pengabdi seni).
"PKB kali ini juga disertai dengan Pameran IKM (Industri Kecil dan Menengah) Bali Bangkit yang dikoordinir Dekranasda Provinsi Bali. Pameran ini menampilkan capaian karya seni kerajinan terbaik sebagai perwujudan pesta budaya yang dapat menyejahterakan krama Bali," jelas Koster.
Seluruh kegiatan PKB kali ini digelar dalam ruangan tertutup di beberapa lokasi di kawasan Art Centre Denpasar. Yakni Ksirarnawa, Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, dan Wantilan Art Centre.
Komentar