satunusantaranews, Jakarta – Menyambut kunjungan (courtesy call) dari perwakilan kedutaan besar Turki untuk Indonesia di kantor DPD RI, Senayan, Jakarta, dan dihadiri Mr. Burak Ali Karacan, Charge d’Affaires a.i, Ms. Yasemin Yilmaz, Third Secretary dan Ms. Ivy Nasution, Seceretary to Ambassador. Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin, berharap hubungan bilateral antar kedua negara Republik Indonesia dan Turki dapat memberikan penguatan diseluruh sektor yang berdampak pada kemajuan daerah-daerah di Indonesia.
Semasa Ottoman dan Indonesia yang masih berbentuk kerajaan-kerajaan Nusantara memiliki hubungan historis yang luar biasa. Dan kedekatan itu terjalin hingga pada pemerintahan modern pada saat ini. Maka tentu hubungan ini harus mampu kita dorong menjadi sebuah kerjasama yang nantinya akan dapat mendorong kemajuan diberbagai sektor diantara dua negara.
“Hal ini bisa dimulai tambah Sultan melalui percepatan penyelesaian negoisasi IT CEPA atau Indonesia – Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Turki) pada tahun 2021. Sebab diharapkan target volume perdagangan USD 10 Milyar mulai dapat direalisasikan secara bertahap pada tahun 2023”, lanjutnya.
Ekspor Indonesia ke Turki antara lain sawit dan turunannya, karet alam, serat staple tiruan, benang serat staple sintetis, dan benang filamen sintetik. Sementara impor Indonesia dari Turki meliputi minyak mentah, tembakau karbonat borat, bijih kromoim, dan konsentrat. Selain sawit, beberapa produk lainnya juga memiliki potensi ekspor ke Turki seperti lada, kakao, karet, udang, perikanan, kertas, serta obat tradisional dan jamu.
Potensi kolaborasi di bidang tekno dan industri meliputi industri dirgantara, mobil elektrik, tempat peluncuran roket/pesawat ulang alik, satelit, kendaraan peluncur satelit, teknologi medis dan farmasi. Investor Turki juga memiliki minat untuk mengembangkan kerja sama di sektor perkapalan, pertanian, pertahanan, dan infrastruktur seperti tol dan bendungan.
“Kerja sama kedua akan menguntungkan, karena dari segi wilayah, posisi Turki akan menjadi pintu masuk bagi pasar-pasar di Eropa dan Afrika, sementara posisi Indonesia akan menjadi pintu masuk Turki untuk kawasan Asia Tenggara, sementara produk kedua negara saling melengkapi sehingga relatif tidak bersaing satu sama lain di pasar bebas”, tegasnya.
IT CEPA akan mengelola aspek yang lebih luas dari sekadar isu perdagangan yaitu mengenai hambatan tarif, namun juga mencakup akses pasar, pengembangan kapasitas, dan fasilitasi perdagangan, serta investasi. Maka jika negoisasi ini telah rampung pada tahun ini, tentu akan berdampak baik pada kemajuan kedua negara, tutur Sultan.
Selain berbicara tentang perkembangan mutakhir di hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan ini juga mengupas banyak hal tentang isu aktual baik didalam negeri maupun isu-isu global yang sedang berkembang.
“Saya berharap Turki dapat terus untuk memberikan dukungan diplomasi terhadap bencana kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Sebab hal ini harus tetap menjadi perhatian kita bersama. Apalagi presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan adalah pemimpin dunia yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia dengan sikap kerasnya dalam menentang invasi Israel”, tegasnya.
Pertemuan dihadiri juga oleh Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSP) DPD RI, Gusti Farid Hasan Aman, Wakil Ketua BKSP DPD RI, Ali Ridho Azhari, dan anggotanya Abdul Hakim. Pertemuan ini juga merupakan tahap dalam penjajakan kerja sama maupun MoU antar parlemen antara DPD RI dengan Parlemen Turki khusus dalam hal menggali potensi kerja sama ekonomi dan sosial-budaya antara daerah-daerah di Indonesia dengan Turki.
“Jadi semoga segera kita dapat mendorong pengembangan daerah melalui potensi kerjasama yang ada (bersama Turki),” tutup Sultan.
Leave a Comment