Rancangan Unik Jembatan Na Kanekes Suku Baduy

satunusantaranews, Banten – Terkenal dengan banyaknya objek wisata mulai dari wisata alam hingga wisata religi, Provinsi Banten tak kalah juga dengan kekayaan budayanya. Yakni terdapat suku yang sampai hari ini masih senantiasa melestarikan kebudayaan itu, yakni suku Baduy. Masyarakat suku tersebut hidup dengan sederhana dan menyatu dengan alam. Alam yang masih alami dan budaya yang masih kental menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi daerah ini.

 

Berkunjung ke Desa Adat Baduy yang terletak di Desa Kanekes menjadi salah satu destinasi yang menarik. Saat melakukan kunjungan ke suku ini ada hal yang mecuri perhatian yaitu bertemu dengan penduduk asli dengan ciri khas budayanya. Medan yang ditempuh juga sangat menantang tanjakan dan turunan menjadi jalur utamanya. Tak ada pilihan lain untuk menyeberang menapaki daratan lainnya pengunjung harus melalui jembatan-jembatan yang etnik.

 

Konstruksi jembatan yang dilewati yakni berbahan dasar bambu dengan rekayasa strukturnya mungkin tidak terdapat pada buku teori sekolahan. Decak kagum dan khawatir melebur tak terdefinisikan. Hal tersebut menjadi tantangan saat menapak selangkah demi selangkah diatas ketinggian sungai Ciujung.

 

Suasana alam yang dirindukan mulai terdengar. Suara berderit gesekan bambu jembatan, bergoyang beriringan dengan ayunan berat tubuh. Deru air menjadi hiburan saat menyebrangi jembatan, namun tak dipungkiri kekaguman hadir berdampingan dengan tatapan yang terfokuskan antara langkah dan keseimbangan. Rasanya lega setelah mencapai seberang.

Tanah Kanekes bertempat diantara Baduy Luar dan Baduy Dalam, diapit dua sungai besar yang keduanya bersamaan berhulu di pedalaman Baduy. Oleh karenanya kedua sungai tersebut disebut sungai Ciujung, baik yang mengalir disisi Timur maupun yang disisi Barat.

 

“Ah…da sarua wè caina ti Baduy kènèh.” Jembatan Akar yang terkenal terletak seputar Kadukohak – Penyerangan yang berada di Baduy sisi Timur, sedangkan jembatan Gajeboh yang ikonik berada disisi Barat antara Marèngo – Cicakal.

 

Selain Jembatan Akar semua jembatan yang terdapat pada suku Baduy termasuk jembatan yang sudah dilewati, dibangun gotong royong oleh warga Baduy tanpa ada blue print ataupun final design. Jembatan dibangun dari dua sisi bersamaan, ada yang sepenuhnya bertumpu pada bambu sebagai fondasi, ada juga memanfaatkan pohon untuk menanggung beban utamanya.

 

Tak kalah unik dengan kebudayaan yang sampai hari ini masih dilestarikan, rancangan bangunan jembatannya menjadi hal yang perlu diperhatikan juga.  Jadi kalau ke Baduy jangan lupa untuk mengamati lebih yah.

Leave a Comment
Share
Published by
Dini SNN